NovelToon NovelToon
AIRILIA

AIRILIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Irla26

Airilia hidup dalam keterbatasan bersama ibunya, Sumi, yang bekerja sebagai buruh cuci. Ayahnya meninggal sejak ia berusia satu minggu. Ia memiliki kakak bernama Aluna, seorang mahasiswa di Banjar.

Suatu hari, Airilia terkejut mengetahui ibunya menderita kanker darah. Bingung mencari uang untuk biaya pengobatan, ia pergi ke Banjar menemui Aluna. Namun, bukannya membantu, Aluna justru mengungkap rahasia mengejutkan—Airilia bukan adik kandungnya.

"Kamu anak dari perempuan yang merebut ayahku!" ujar Aluna dingin.

Ia menuntut Airilia membiayai pengobatan Sumi sebagai balas budi, meninggalkan Airilia dalam keterpurukan dan kebingungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Rumah sakit

Setelah selesai sarapan pagi, Airilia bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Sebelum pergi, ia ingin berpamitan kepada ibunya, Sumi. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat sang ibu diam-diam menangis di dapur.

"Kenapa Ibu menangis?" batinnya.

Airilia mendekat dan memanggilnya dengan lembut, "Bu... Ibu?"

Sumi segera mengusap air matanya dan berbalik menatap putrinya. "Ada apa, Lia?" tanyanya, berusaha tersenyum.

"Aku berangkat sekolah dulu, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati, Nak," jawab Sumi dengan suara lembut.

Saat Airilia hendak melangkah keluar, Aluna dan Reza muncul dari kamar mereka.

"Bu, aku dan Mas Reza mau pergi. Kami akan menetap di Banjar," ujar Aluna.

Sumi menatap putrinya sejenak, lalu mengangguk. "Hati-hati di jalan, Nak."

Aluna mendekat dan mencium tangan ibunya, disusul oleh Reza yang melakukan hal yang sama.

Sebelum mereka pergi, Sumi menatap Reza dan berkata, "Reza, berusahalah adil kepada kedua istrimu."

Reza hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa, lalu memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.

Tak lama kemudian, mobil yang dikemudikan Reza melaju meninggalkan pekarangan rumah. Sumi hanya bisa menatap kepergian mereka dengan doa di hatinya.

"Doa Ibu selalu menyertaimu, Aluna."

---

Setelah selesai ujian, Airilia masih betah di dalam kelas. Ia sibuk membaca buku pelajaran, bersiap menghadapi ujian berikutnya setelah istirahat.

Dari sampingnya, Gilbert menoleh dan bertanya, "Lia, cita-citamu ingin jadi apa?"

"Mungkin, dokter," jawab Airilia tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Wah, keren banget!" seru Gilbert.

Airilia meliriknya sekilas. "Apanya yang keren?"

"Ya, kamu. Nanti kalau aku sakit, kamu bisa mengobatiku... termasuk hatiku," kata Gilbert dengan nada menggoda.

Airilia langsung menunduk, wajahnya bersemu merah.

Tiba-tiba, Ririn muncul di ambang pintu. "Cieee... Lagi ngapain kalian berdua? Kalian enggak dengar lonceng istirahat berbunyi?" godanya.

Airilia buru-buru menutup bukunya dan keluar kelas. Ia berjalan menuju kantin tempatnya bekerja, milik Bibi Darmi.

"Bibi, ada yang bisa aku bantu?" tanyanya ketika melihat tidak ada cucian piring kotor.

Bibi Darmi tersenyum. "Tolong antarkan pesanan ini ke meja tengah, yang diisi dua perempuan itu."

"Baik, Bi."

Airilia segera mengantarkan pesanan ke meja pelanggan. Saat ia kembali ke belakang, Gilbert datang dan langsung duduk di salah satu meja.

"Lia, aku pesan dua porsi nasi goreng dan dua gelas es jeruk."

Airilia mengernyit bingung. "Kamu mau makan berdua dengan siapa? Kenapa pesan dua porsi?"

Selang beberapa menit, Airilia membawa pesanan ke meja Gilbert.

"Maaf lama, tadi antre," ujarnya sambil meletakkan piring ke meja.

Gilbert menatapnya dan tersenyum. "Lia, temenin aku makan, ya? Aku enggak sanggup habisin semuanya."

Airilia menatapnya curiga. "Kalau enggak sanggup, kenapa pesannya dobel?"

Dalam hati, Gilbert menjawab, "Sengaja, biar bisa makan berdua sama kamu."

Namun, ia hanya berkata, "Tadi aku ke sini sama teman. Jadi aku pesankan duluan, tapi ternyata dia enggak datang. Sayang kalau mubazir."

Airilia yang memang merasa lapar akhirnya mengangguk. "Ya sudah, terima kasih."

Mereka pun makan bersama.

---

Sepulang sekolah, Airilia mampir ke warung Pak Kumis untuk membeli soto ayam kesukaan ibunya.

Setibanya di rumah, ia mencari keberadaan Sumi. Namun, rumah terasa sepi. Yang lebih aneh, pintu depan tidak dikunci.

"Kemana Ibu? Kenapa pintunya terbuka?" batinnya sambil mondar-mandir di teras.

Tiba-tiba, sebuah pikiran terlintas di benaknya. "Apa Ibu di rumah Mbak Asih?"

Ia segera menyeberang jalan menuju rumah Asih. Namun, sebelum sempat mengetuk pintu, seseorang memanggilnya.

"Airilia... Lia!"

Ia berbalik dan melihat Ijah, ibu Renata, menghampirinya dengan wajah khawatir.

"Lia, tadi ibumu pingsan di musholla. Sekarang sudah dibawa ke Rumah Sakit Mawar," ujar Ijah.

Airilia terkejut. "Terima kasih, Bu."

Tanpa pikir panjang, ia segera pulang, mengganti bajunya, lalu bergegas menuju rumah sakit.

---

Rumah Baru Aluna

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam, akhirnya Reza dan Aluna tiba di sebuah rumah sederhana.

Di ujung gang, tampak sebuah rumah mewah—rumah milik Dinda.

Reza sengaja membeli rumah ini agar bisa tetap dekat dengan Aluna tanpa harus pergi terlalu jauh dari rumah Dinda.

Aluna turun dari mobil dan menatap rumah itu dengan ekspresi kecewa.

"Ini rumah yang kamu beli untukku? Aku ingin rumah seperti milik Dinda," keluhnya.

Reza menghela napas. "Uangku hanya cukup untuk membeli rumah ini. Aku enggak bisa mengeluarkan terlalu banyak uang, nanti Dinda curiga. Jadi, kamu pilih: tinggal di sini atau kembali ke kos?"

Aluna mendesah kesal, lalu melangkah masuk. Ia melihat ruang tamu, dapur, dan dua kamar.

"Kamu enggak mencari pembantu untukku?" tanyanya.

Reza menatapnya tajam. "Kalau aku mencari pembantu, pengeluaran kita bertambah, dan itu bisa membuat Dinda curiga. Jadi, untuk sementara, kamu harus mengurus keperluanmu sendiri."

Aluna mendengus. "Tapi aku sedang hamil! Aku enggak mau terlalu capek."

"Dinda juga hamil, tapi dia bisa mengurus rumah dan butiknya sendiri. Jangan manja, Aluna."

Aluna semakin kesal. "Iya, iya. Aku capek, mau istirahat."

Tanpa menunggu jawaban Reza, ia langsung masuk ke kamar dan merebahkan diri di tempat tidur.

Reza menatapnya sejenak, lalu berkata, "Aku pergi ke rumah Dinda dulu. Nanti aku balik."

Aluna hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa, membiarkan suaminya pergi.

Di dalam kamar, ia menatap langit-langit dan berpikir, "Inikah kehidupan yang aku pilih?"

Bersambung...

1
rania
Kasihan Dinda, peluk jauh🥺🥺
R-man
cerita nya menarik !!
Maximilian Jenius
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Madison UwU
Menyentuh
indah 110
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!