Rain Angello, seorang pembunuh bayaran yang sangat terkenal. Wanita yang bekerja dengan bayaran fantastis itu tak pernah menunjukkan identitas nya pada siapapun, termasuk orang terdekat nya.
Setiap melakukan tugas nya, Wanita yang selalu di panggil Angello itu selalu melakukan penyamaran dengan mengubah wajah nya menggunakan topeng silikon. Tentu saja dia melakukan itu agar tak ada yang mengetahui identitas nya.
Pekerjaan ini memang sangat beresiko, tapi dia nyaman dengan apa yang dia lakukan. Namun siapa yang menyangka, kehidupan nyaman nya berubah dalam sekejap mata hanya karena dia yang ingin menikmati hidup.
Mati? Masuk ke dalam tubuh orang lain? Apakah itu nyata ada nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Saat Andrew dan Nick sedang membersihkan diri, Angello kembali ke apartemen dengan membawa banyak sekali belanjaan. Wanita itu membuka pintu apartemen dan melihat kekacauan sebelum nya kini sudah bersih, dan tak ada lagi sampah yang terlihat di sana.
Saat masuk ke dalam, Angello mengedarkan pandangan nya mencari kedua pria yang sudah mengacau di apartemen nya. Wanita itu menaruh belanjaan yang dia bawa di atas pantry, dia berjalan ke arah kamar tamu.
Angello membuka pintu kamar dan melongokan kepala nya ke dalam kamar, "Nick, Andrew. Apakah kalian ada di dalam?" Panggil nya saat mendengar suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi di dalam kamar itu.
"Hey, apakah kalian mandi bersama?!" Teriak Angello karena kedua pria itu sama sekali tak menyahut.
"Kau sedang apa Angello?"
Tubuh Angello terperanjat saat seseorang menepuk bahu nya dari belakang, wanita itu segera berbalik dan meliha Andrew dengan rambut basah nya dan juga handuk yang masih melilit tubuh pria itu.
Mata Angello langsung me-mincing saat menatap Andrew yang baru saja terlihat selesai mandi, bahkan air yang berada di rambutnya masih menetes. "Kau mandi di mana?" Tanya Wanita itu, karena kamar mandi di apartemen nya hanya ada dua, di kamar nya dan juga di kamar tamu.
Andrew terkekeh polos, "Hehehe... Di kamar mandi kamar mu." Jawab nya dengan wajah polos minta di kasihani.
Plak...
Angello menepuk kening Andrew hingga pria itu mengaduh, " Kau tidak boleh masuk lagi ke kamar ku!!" Peringat Angello yang langsung pergi dari hadapan Andrew dengan wajah di tekuk.
Sedangkan Andrew memasang wajah menjengkelkan saat Angello berlalu melewati nya. " Kau tak boleh lagi masuk ke kamar ku, nyenyenye... Sedangkan Kenan bisa bebas masuk ke sana." Ucap Andrew yang mengulang perkataan Angello tadi dengan sebal.
"Hey, aku dapat mendengar ucapan mu!!" Teriak Angello dari arah dapur.
Andrew yang mendengar teriakan itu segera berlari ke kamar tamu untuk berpakaian, sebelum Angello kembali datang dan menghabisi nya.
Di dapur, Angello tengah membuat makanan sederhana untuk sarapan, wanita itu membuat untuk mereka bertiga karena dia yakin Nick dan juga Andrew pasti kelaparan setelah membereskan apartemen nya.
Tepat wanita itu selesai memasak, Nick dan Angello tiba di dapur dengan wajah memelas. "Angello, apakah kau membuat makanan juga untuk kita?" Tanya Nick yang mengelus perut nya yang terus berbunyi.
Angello mendengus, dia menyodorkan dua buah Panini untuk Nick dan juga Andrew. "Apakah hanya ini?" Tanya Nick dengan tidak tahu diri.
Andrew segera menyikut lengan pria di samping nya itu, dia juga melihat wajah Angello yang sudah masam karena ucapan Nick.
"Makan saja jika kau tak ingin aku mengambil nya kembali." Sinis Angello yang membuat Nick langsung menutup rapat bibir nya.
Ketiga nya makan dengan tenang, hingga makanan di piring mereka benar-benar habis. Angello membereskan piring kotor dan menaruh nya di wastafel.
" Angello, mengapa kau bisa ada di sini? Bukan kah kau mengatakan jika suami mu... Ah, bukan. Suami Rain tidak membiarkan kamu untuk pergi keluar?" Tanya Andrew yang kini menatap serius ke arah Angello yang selesai mencuci piring kotor.
Angello menghela nafas," Aku sudah bercerai kemarin. " Jawab Angello yang membuat kedua nya terkejut.
Bagaimana bisa wanita itu bercerai? Bukan kah dia mengatakan akan sulit untuk berpisah dari pria itu? Apalagi keluarga mereka berpengaruh dan selalu menjunjung tinggi sebuah kesetiaan.
" Ya, itu semua berkat mantan adik ipar Rain. Andai saja dia bukan seorang wanita, mungkin saat ini aku masih terkurung disana." Angello kembali mendudukkan dirinya di kursi ya2 sebelum nya dia tempati.
"Apakah ada yang terjadi hingga dia membantu mu?" Tanya Nick yang kini bisa bersikap serius dengan pembahasan lumayan sensitif.
Angello mengeluarkan ponsel milik nya, wanita itu menunjukkan sebuah video pada kedua pria itu. Mereka menonton nya dengan diam, dan mendengar kan apa yang terjadi dalam video itu.
"Jadi? Adik dari suami Rain di selingkuhi oleh tunangan nya?" Tebak Nick setelaj keduanya selesai menonton video yang di tunjukkan oleh Angello.
Wanita itu hanya mengangguk, dia kembali menaruh ponsel nya. "Tapi bukan kah mengurus perceraian itu lama?" Kini Andrew kembali membuka suara.
"Banyak bukti dan saksi yang di tunjuk oleh mantan ayah mertua Rain, mereka membeberkan semua perlakuan Maximilliam dan para pelayan di sana pada Rain. Selain itu juga, bukti perselingkuhan dan kekuatan uang menjadi salah satu nya perceraian itu cepat selesai. " Jelas Angello yang hanya di angguki oleh kedua nya.
🦋🦋🦋
Disisi lain, suasana kediaman milik Maximilliam begitu terasa sepi. Apalagi saat ini para pelayan yang ikut merundung Rain sudah di pecat dan tak lagi ada disana. Maximilliam yang beberapa hari ini tak pergi ke kantor karena masalah yang terjadi akhir - akhir ini membuat nya merasa sedikit pusing, apalagi masalah kasino yang berada di Italia yang sampai saat ini belum juga selesai.
Di perusahaan milik Maximilliam, seorang staf mendatangi sekretaris pria itu untuk menanyakan keberadaan nya. " Apakah tuan Maximilliam ada?" Tanya staf tersebut pada Monika yang memiliki ruangan di luar ruangan Maximilliam.
Monika yang memang sedang mencari keberadaan pria itu merasa kesal saat ada seorang staf yang menanyakan pria itu pada nya. "Mengapa kau bertanya pada ku?! Aku saja tidak mengetahui keberadaan nya di mana saat ini." Jawab wanita itu yang terkesan sinis.
Staf itu mengerutkan dahi saat mendapatkan jawaban seperti itu, "Bukan kah kau sekretaris nya, lagi pula aku bertanya baik-baik. Kenapa kau menjawab nya seperti itu? Jika kau tak tahu, maka jawab lah dengan baik juga!" Staf tersebut terpancing emosi karena amarah Monika yang tanpa alasan terhadap nya.
"Kau.."
"Berhenti bertengkar, kalian tahu ini perusahaan. Bagaimana jika ada rekan kalian yang melihat hal memalukan seperti ini, dan kau juga Monika. Bersikap lah dengan baik sebelum tuan Maximilliam mendepak mu dari sini." Morgan yang baru saja datang sudah di suguhkan oleh keributan yang terjadi antara Monika dan salah satu staf.
Pria itu di perintah kan oleh Maximilliam untuk datang ke perusahaan dan mengambil berkas-berkas penting yang harus dia tanda tangani. Namun apa yang dia lihat kini malah membuat dia harus bertahan lebih lama di sana.
Kedua nya tak ada yang membuka suara setelah kedatangan Morgan, asisten pribadi bos mereka. Morgan berjalan hendak melewati mereka, namun Monika segera menghentikan langkah pria itu.
"Morgan, apakah kau tahu dimana Max?" Tanya wanita itu dengan harap dia dapat mengetahui keberadaan pujaan hati nya.
"Max? Sedekat apa hubungan mu dengan tuan? Apakah dia yang meminta mu memanggil nya seperti itu?" Tanya Morgan dengan mata memincing ke arah Monika.
Staf yang masih berada di sana ikut mendelik saat mendengar Monika memanggil nama bos mereka hanya dengan nama saja, padahal wanita itu hanya sekedar pekerja biasa yang memiliki pangkat sekretaris saja.
Monika berubah kikuk, "Itu... Itu..."
