Nalendra, I Love You

Hari-hari telah berganti. Satu minggu telah berlalu. Namun kini Nalendra belum juga kembali ke apartemen. Padahal Bi dartik mengatakan jika pemilik apartemen tersebut akan kembali setelah satu minggu pulang ke rumahnya pribadi.

Tapi sampai sekarang, Model sekaligus penyanyi terkenal tersebut belum kelihatan batang hidungnya. Hal itu jelas membuat Ayra merasa kesepian.

Saat malam tiba, Gadis yang sudah tak di sayang oleh keluarganya itu tidak bisa tidur dengan nyenyak. Padahal sudah ada ponsel canggih yang kini ia miliki yang tentu akan menjadi seorang teman. Ayra juga telah membuat akun media sosial hanya untuk sekedar menghilangkan rasa suntuk.

Dia ingin menghibur diri dengan melihat akun pribadi milik Nalendra. Tapi belum apa-apa Ayra sudah merasakan cemburu. Pencarian yang ia lalukan dapat mengundang semua postingan tentang Nalendra muncul tanpa harus di ketik terlebih dahulu.

Dari beberapa fans yang mengedit Nalendra menikah, Foto-foto tampan serta gaya panasnya. Tidak itu saja, Yang paling membuat Ayra kesal ialah, Sebuah adegan dimana ada acara pertemuan Fans. Ketika salah satu fans beratnya datang dan dengan lancang menyentuh, Mengusap bahkan mencubit pipi Nalendra yang baginya imut itu.

Dan anehnya, Nalendra nurut-nurut saja. Apa mungkin memang begitu caranya mengalirkan uang?

Gara-gara kepikiran, Ayra sampai tidur sampai kemalaman. Dan semua itu sukses membuat Ayra bangun kesiangan. Gadis itu juga tidak sempat memakan sarapan apa yang sudah di siapkan oleh Bi Dartik.

"Tapi seenggaknya kamu sarapan dulu Ay!!..

"Gak usah Bi.. Ayra buru-buru.. Belum juga kerja satu bulan..."Ucap gadis itu tergesa karena ikat tali sepatu yang pagi ini memang sengaja mengajak gelut.

"Yaudah Bi.. Ayra berangkat dulu ya. .. Dada..."Bi Dartik hanya diam seraya menghela nafas panjang.

"Dia memang mirip sekali dengan Non Kiran.. Tapi anehnya Sikap,Sifat dan tingkah laku mereka berbeda.."Gumam Bi Dartik memandang punggung Ayra yang sudah menghilang di balik pintu.

Sementara Ayra sendiri. Gadis itu tengah berada di atas kendaraan roda dua sekarang. Ayra yang buru-buru dengan segera mencari tukang ojek agar mengantarkan nya ke hotel dimana ia mencari uang untuk bertahan hidup.

"Bang udah berhenti..."Motor tersebut akhirnya terhenti di depan bangunan yang menjulang tinggi itu. Dengan cepat serta buru-buru, Ayra mengobrak abrik tasnya mencari uang untuk ongkos ojek yang ia tumpangi tadi.

"Nah ini dia.. Ini bang makasih ya..."Saking terburu-buru nya, uang ongkos yang di berikan ke tukang ojek sampai jatuh.

"Cantik sih... Tapi grusa grusu.."Kata Abang tukang ojek tersebut.

Ayra terus berlari masuk ke dalam sebuah bangunan yang terletak di belakang hotel. Dimana bangunan tersebut adalah tempat para karyawan menyimpan barang-barangnya.

Tidak hanya itu saja, Di dalam tempat tersebut juga ada banyak ranjang susun. Dimana tempat itu khusus para karyawan yang pulang malam atau tidak bisa pulang sehingga memutuskan untuk menginap.

"Telat Ay..."Kata salah satu karyawan yang selalu julid yaitu Dini.

"I..iya mbak.. Bangunnya kesiangan.."Jawab Ayra tanpa peduli lagi kepada Dini dan ketiga temannya yang memang punya rasa tak suka terhadap Ayra semenjak pertama kali gadis itu bekerja.

"Udah yuk.. biarin aja dia.."Bisik Dini pada ketiga temannya. Namun semua itu masih dapat di dengar oleh telinga tajam Ayra.

"Huuufftt.. Pergi juga mereka akhirnya.. Dasar gerombolan ulet.." Umpat Ayra usai keempat wanita itu pergi.

.

.

.

Nyatanya bukan hanya Dini dan kawan-kawan yang tak menyukai kehadiran Ayra sebagai salah satu karyawan disana. Beberapa karyawan lelaki pun sama.

Bagaimana tidak? Diantara mereka tak jarang melihat Ayra yang bekerja seenak jidat. Gadis itu selalu sibuk dengan ponselnya. Padahal sudah di larang saat bekerja ponsel jangan di bawa, Tapi Ayra Justru mengabaikan semua itu.

Seperti siang ini, Memang benar Ayra sedang bekerja. Gadis itu berjalan sambil membawa dua bantal dan satu guling. Akan tetapi sebelah tangannya sibuk dengan ponsel yang kini menempel di telinganya.

"Kabar Ayra baik buk.. Ibu gak perlu khawatir lagi.. Sekarang Ayra udah dapet kerjaan. Dan gajinya juga lumayan kok.."Begitu berbinar Ayra bercerita walaupun hanya melalui Via Telepon.

"Bersyukur ya.. kamu bisa dapet pekerjaan yang layak.. Ibu juga seneng dengernya.." Kata Nilam ikut senang mendengar cerita putrinya yang sebahagia itu.

"Iya.. Bu, Ayra juga seneng banget.. Yah! Walaupun agak berat sih buk.. "Keluh gadis itu saat menceritakan beratnya ia kerja di hotel tersebut.

"Namanya juga kerja sayang.. Gak ada kerjaan itu enak Ayra... Semua pekerja itu capek.. Apapun profesinya, Tidak ada kerjaan yang enak nak..." Nasehat dari sang ibu hanya mendapat helaan nafas dari Ayra. Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di jembatan kayu yang terletak di tengah-tengah kolam renang.

Begitu santai Ayra bekerja sambil bermain benda pipihnya. Tanpa Gadis itu sadari, Jika sudah ada niat jahat yang sejak tadi mengintainya.

Dini dan para temannya yang lain begitu kesal. Yang lain bekerja hanya fokus dengan pekerjaannya, Sementara Ayra bekerja sibuk dengan benda pipihnya.

"Kita ceburin aja gimana?" Dini menoleh ke salah satu temannya yang bernama Rasti itu.

"Di ceburin?

"Iya...

"Gini loh.. Kalo kita ceburin tuh anak.. Otomatis tuh HP juga bakalan kecebur kan? Mati deh.."Lanjut Rasti dengan senyum bangga disana.

Dini dan teman yang lainnya pun ikut setuju dengan rencana itu. Hingga, Dini lah yang langsung memulainya. Wanita itu berjalan sambil membawa nampan yang terletak sebuah minuman di atasnya.

Dengan gayanya yang terlihat sangat buru-buru, Dini Sengaja menyenggol Ayra agar gadis itu terjatuh. Dan benar saja, Ayra yang tak mempunyai aba-aba langsung terjatuh di kolam tersebut.

Byuuuurrrr!!!

"Aaaahhhh......"Ayra kelimpungan dan bingung. Gadis tersebut mengusap wajahya yang terkena air.

"Duh ini gimana?" Gumam Ayra bingung, Bukan apa-apa. Tapi dua bantal dan Satu guling itu ikut mengapung di tengah-tengah air kolam.

"Makanya! Kalo kerja ya kerja!! bukannya malah main Ponsel!!" Teriak Rasti seolah mengundang teman-teman ikut mendukungnya.

"Huuuuuu.......

Sorakan demi sorakan mulai Ayra dengar. Sudah gadis itu duga, Apabila jatuhnya nya ke kolam tersebut bukan karena tanpa sengaja, Melainkan memang di sengaja. Dan Ayra sudah menduga siapa orangnya.

Tatapan matanya tajam menatap Dini yang seolah bahagia atas deritanya saat ini. Ingin di labrak, Tapi Ayra sadar ia memang salah.

Gadis itupun lebih memilih untuk diam, Dan menerima bantuan Reta. Satu-satunya temannya yang selalu ada untuknya.

"Ayo.. Aku bantu naik.."Tangan Reta terulur ke arah Ayra yang sedang menepikan bantal dan gulingnya..

"Ponsel kamu gimana?" Tanya Reta seolah ikut khawatir.

"Ngapain tanya Ponsel? yang tewas lah tuh barang..."Sahut Rasti begitu yakin jika ponsel milik Ayra sudah mati. Begitupun Dini yang dengan bangga karena berhasil sudah membuat Benda kesayangan Ayra tak terselamatkan lagi.

"Halo..Ayra! kamu baik-baik saja nak...

Ucapan sang ibu masih terdengar dari benda pipih itu. Mata Ayra melotot, Ponselnya baik-baik saja dan tidak terjadi apapun sama sekali.

"Ingat! Ponsel ini anti air....

Sebuah senyum terbit dari bibir gadis itu. Ternyata benar, Ponsel tersebut memang anti air.

"I..iya bu.. Ayra masih disini.." Dini dan teman-temannya melongo. Dengan jelas mereka melihat bahwa ponsel milik Ayra masih menyala. Telinga mereka juga mendengar suara ibu Ayra di ponsel itu..

Niat hati mendorong Ayra jatuh ke kolam agar ponselnya mati. Kini mereka di tampar oleh kenyataan bahwa ponsel milik Ayra bukan ponsel sembarangan. Buktinya benda pipih itu masih sehat-sehat saja walaupun sudah masuk ke dalam air.

"Dari ponselnya aja mewah.. Jangan-jangan dia juga bukan karyawan biasa lagi.. Bisa jadi orang kaya yang lagi nyamar..??

"Bisa jadi sih??

.

.

.

TBC