Melodi Asmara di kota Sakura
Rina Tamaki murid baru di sekolah SMU Negeri Sakura, menemui tunangannya Mitsuru Mugita, dengan membawa tugas dari keluarga, untuk menguak suatu misteri.
Namun, pertemuannya dengan tetangga depan rumah yaitu Taiga Yuki, di hari pertama, membuatnya terkesan.
Lalu, seperti apa kisah asmara yang di penuhi oleh gula? yuk ikuti kisahnya di kota Sakura yang penuh dengan misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitray Uni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Mitsuru
Day 8-15.00 Sakura School
Rina bersiap melanjutkan ekskulnya ketika Hatsuki datang menghampiri.
"Rina, kamu mau berkuda lagi?" tanya Hatsuki.
"Iya, kan ikutin kamu," jawab Rina menatap Hatsuki.
"Oh, yuk jalan," Hatsuki melangkah pelan diikuti oleh Rina.
Mereka menuju belakang sekolah di mana kuda sudah di persiapkan.
"Rina, sebenarnya, bukan aku yang merusak mobil Taiga," kata Hatsuki pelan takut di dengar teman mereka yang juga melewati jalanan itu.
Rina berhenti dan menatap temannya yang berambut gelap itu tak percaya.
"Kenapa kemarin tidak bilang?, terus siapa pelakunya?" tanya Rina lagi.
"Ada seseorang yang membawa mobil Taiga, dan menabrak kannya ke dinding Chapel itu," kata Hatsuki lagi.
"Siapa?" tanya Rina tidak sabar.
"Aku tidak jelas, tapi, sepertinya senior Mitsuru. Aku takut salah, anggap saja aku salah lihat," bisik Hatsuki takut-takut.
Rina terdiam sejenak, ia mempertimbangkan apa yang ia dengar.
"Ya sudah, kamu duluan saja berkudanya, aku pergi sebentar ya," Rina memutar langkahnya menuju samping sekolah.
Rina berpaling ke belakang, memastikan Hatsuki tidak mengekorinya. Setelah ia lihat gadis itu melangkah menuju lapangan berkuda, langkah kakinya kembali menuju lapangan tempat Mitsuru saat ini sedang berlari pemanasan.
"Hai Rina," Mitsuru mendekati Rina menghentikan kegiatan olahraganya.
"Hai, apa aku mengganggumu?" tanya Rina tersenyum canggung.
"Kalau kamu yang mengganggu, aku tidak masalah," jawab Mitsuru tersenyum senang. Walau bagaimanapun, Rina merupakan gadis cantik yang menurutnya sangat unik, berbeda dengan yunior lain yang ia kenal.
"Aku mau bicara," kata Rina lagi.
"Baiklah, ayo kita pergi," Mitsuru mengajak Rina memutari jalanan menuju parkiran, melewati kolam renang yang tampak sepi dari luar.
Mereka naik sedan merah, satu-satunya mobil yang terparkir di sana. Sepertinya sedan itu bebas di gunakan oleh pelajar atau guru di sekolah itu, dengan catatan harus di kembalikan pada tempatnya semula.
Rina menikmati perjalanan mereka berdua sore itu. Mitsuru senior kelas tiga yang menjadi idola banyak gadis di sekolah, membuat Rina merasa tersanjung sore itu.
Mobil berjalan mulus keluar area sekolah, dan lurus masuk gang perumahan yang di bilang kumuh oleh Mitsuru saat pertama kali mereka bertemu.
Hanya melewati sebuah rumah bertingkat dua dengan halaman luas, sedan merah itu memasuki parkiran Sushi bar.
Rina tergelak, kalau hanya ke sini, untuk apa mereka pakai mobil. Bahkan jarak dari sekolahnya, mungkin hanya sekitar dua ratus atau tiga ratus meter saja.
"Kenapa?" tanya Mitsuru juga tertawa melihat Rina yang tertawa lucu.
"Nggak kenapa-kenapa," ucap Rina mengikuti Mitsuru duduk lesehan.
"Ini satu-satunya Sushi bar di kota ini, dan makanannya di jamin enak," kata senior Rina itu mulai memilih menu apa yang ia inginkan.
Tokujo seharga 2800 yen. Mitsuru memilih hidangan yang setara dengan perbaikan mobil Taiga kemaren.
Rina mengikuti tunangan nya itu, mumpung gratis, ia ingin merasakan hidangan termahal di bar itu.
"Enakkan ?" tanya Mitsuru saat Rina mengunyah makanannya.
"Lumayan, makanan ini hampir menyamai harga perbaikan mobil Taiga kemaren," kata Rina di sela kunyahan bibir mungilnya.
Mitsuru terdiam menatap gadis yang duduk di sampingnya.
"Kau membayar perbaikan mobil Taiga?" tanya pemuda itu heran.
"Ya, aku mencuri uang dari Chapel dua ribu yen, dan seribu yen aku minta uang Hatsuki, karena aku pikir dia yang sudah merusak kan mobil Taiga," kata Rina menatap Mitsuru.
"Kenapa kau tidak minta padaku," kata Mitsuru seakan kehilangan nafsu makannya.
"Aku lupa, lagian apa kau akan memberikan uang segitu banyak padaku?, sepertinya tidak," kata Rina lagi menyuap daging kenyal yang nikmat, bahkan ia tidak tau itu daging apa.
"Mungkin kalau kau mau menemani aku makan sore seperti ini, uang segitu tidak masalah bagiku," kata Mitsuru lagi kembali menikmati makanannya.
"Kemarin sore, kau kemana?" tanya Rina acuh.
Mitsuru terdiam dan meletakkan sumpit nya, ia menatap Rina yang acuh dengan makanannya.
"Apa yang ingin kau tanyakan sebenarnya?" tanya Mitsuru serius.
"Sayang, apa salah tunangan mu ini bertanya tentang keberadaan mu kemarin?, bahkan kita belum jalan-jalan berdua, kau mau aku adukan pada ayahmu?" Rina berusaha merubah arah pembicaraan mereka.
"Rina, sebenarnya aku mau tanya, ayahku itu siapa?, bahkan aku tidak mengenalnya, terus tunangan, kau pikir di kota ini ada istilah seperti itu?, tidak ada tunangan di sini, yang ada pacaran, menikah, dan hubungan tanpa status."
Kata Mitsuru kesal, seakan ia di permainkan oleh gadis yang baru muncul beberapa hari ini.
"Halo senior, hai Rina," seseorang berdiri di hadapan mereka berdua, tersenyum dengan rambut ekor kudanya.
"Chika, kau kenapa ada di sini?" tanya Rina senang, ia selamat dari amukan tunangannya.
"Maaf, tadi aku melihat kalian, dan mengikuti hingga ke sini," jawab Chika malu-malu.
"Oh, kalau begitu ayo ikut duduk di sini," Rina tersenyum dan mengajak teman manjanya itu untuk bergabung.
Chika tersenyum senang dan duduk di hadapan Rina.
"Oh ya, Mitsuru, ini Chika teman sekelas ku," ucap Rina memperkenalkan Chika.
Mitsuru menatap datar pada Chika yang tampak malu-malu.
"Senior, aku Chika, dan sudah sangat lama ingin mengenalmu," kata Chika pelan.
"Oh, begitu ya, terus kalau sudah kenal mau apa lagi?" tanya senior itu acuh.
"Ya, tentu saja ingin lebih dekat lagi," ucap Chika tersenyum malu.
"Ya sudah, ikut aku," kata Mitsuru bangkit dan berlalu setelah membayar makanannya dengan Rina.
Mitsuru membawa Chika naik sedan merah, dan melaju kencang meninggalkan Rina yang mematung.
'Jadi, kau marah, padahal aku hanya bertanya tentang keberadaan mu kemarin, huh aku semakin yakin kalau Hatsuki itu benar melihat mu. Namun, kenapa kau merusak mobil Taiga, apa kau cemburu?'
Rina menggelengkan kepalanya, dan melangkah menuju ke rumah Taiga. Langit memerah dan perlahan gelap merayap menyelimuti alam.
Ini sudah hari kedelapan, tetapi ia bagaikan berada dalam tumpukan jerami yang tak ada dasarnya.
Di depan Cafe CHERRY CAT Rina berhenti dan melangkah masuk ke dalam Cafe yang masih saja sepi.
Strawberry Parfait seharga 400 yen, terhidang membuat malamnya menjadi sedikit manis. Kenapa hatinya merasa sedikit terluka oleh ulah Mitsuru sore ini. Ia juga tidak berharap banyak, jangan sampai ia terjebak oleh perasaan yang ia permainkan sendiri.
Ia yang datang dan membuat cerita bohong itu, ternyata terlalu gampang kebohongan nya terbongkar.
Mana ia tau kalau di kota cantik ini tidak ada yang namanya tunangan, huh kok bisa dia lalai akan hal itu, kemalasan nya membuat ia terjebak di permainan ini.
Kalau saja ia lebih sedikit rajin membaca, tentu ilmu pengetahuan nya akan semakin bertambah banyak, dan tidak akan terjebak seperti sekarang ini.
Sudahlah, kalau Mitsuru marah, kan masih ada Taiga.
Rina tersenyum menikmati rasa manis dan dingin dari minuman yang ia nikmati malam itu.
Bersambung...
semangat terus
ijin follow yaaa dan jangan lupa follback /Smile/