Season 2
Bersama Rendra -The young and dangerous-, Anggi menjalani kehidupan baru seperti menaiki wahana rollercoaster.
Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti.
Sempat jatuh, namun harus bangkit lagi.
Hingga akhirnya Anggi bisa berucap yakin pada Rendra, "It's always gonna be you."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Baby You're All That I Want
Rendra
"Abang!" Anggi berkali-kali berusaha menghentakkan tangan, namun justru membuatnya makin erat mencengkeram.
"Jalannya pelan-pelan!" desis Anggi dengan suara menahan kesal saat mereka mulai memasuki lobby basement untuk kemudian antri masuk ke dalam lift.
Ting!
Begitu pintu lift terbuka ia langsung menyerbu masuk ke dalam meski mereka berdua berada di antrian paling belakang. Membuat orang-orang yang sudah lama menunggu di antrian depan marah-marah,
"Hei! Kamu orang antri kaa!"
"Kamu jangan pang curang!"
Namun ia bergeming, tubuh menjulangnya dimanfaatkan dengan baik untuk mengintimidasi pemrotes, "Sori, aku sedang buru-buru bosku!" jawabnya santai sambil merengkuh bahu Anggi yang memberinya tatapan tak setuju.
It's all right sweetie....
Lift langsung terisi penuh, hingga menimbulkan bunyi Teeeet Teeeet, karena kelebihan muatan. Tanpa kompromi meninggalkan orang-orang yang menggerutu karena tak bisa ikut masuk ke dalam lift.
Begitu lift merangkak naik, ia memasang badan sedemikian rupa untuk melindungi tubuh mungil Anggi dari desakan penumpang lain. Untungnya penumpang lift mulai banyak yang turun di lantai tertentu. Hingga suasana tak sepenuh saat pertama mereka masuk tadi. Dan semakin lift naik keatas, semakin berkurang pula penghuninya.
Ting!
Suara pintu lift yang terbuka membuat ide brilian mendadak muncul.
"Abang!" terdengar pekikan kaget ketika ia meraih tubuh mungil Anggi kemudian berjalan keluar dari lift.
Ia tersenyum, "Ingat waktu kita jalan menyusuri gelapnya lapangan GSD? Terus kamu pasang wajah bete nggak mau nerima permintaan maafku?"
"Sempat kepikiran mau gendong kamu terus bawa ke pojokan lapangan yang paling gelap buat ngancam, 'Terima maafku nggak? Rese banget jadi cewek!' "
Ia kembali tersenyum ketika Anggi menatapnya penuh rasa ingin tahu sambil mengalungkan kedua tangan untuk berpegangan ke lehernya. "Kenapa cuma kepikiran, nggak dilakuin beneran?"
"Iya ya, kenapa nggak ku lakuin beneran?" ia mendadak berpikir. "Kamu pasti langsung terpesona kalau aku bersikap segentle itu. Macam di film-film."
Anggi mengangguk-angguk sambil mencibir, "Tapi nanti endingnya kamu babak belur dikeroyok massa trus nginep di kantor polisi."
"Ah, tenang, ada Mas Sada, cincai...."
Lalu mereka saling berpandangan sambil melempar tawa. Namun langsung terhenti begitu melihat sekumpulan orang yang berdiri di depan pintu suite mereka dan terlihat sedang berusaha mengetuk.
"Ngapain pada ngumpul disini?" tanyanya heran melihat Rakai, Papa, Mama Amy, dan Qeva berdiri di depan pintu suitenya. Sementara Anggi berusaha meronta untuk melepaskan diri namun ia tak mengijinkan, tetap merengkuhnya erat dalam buaian.
"Dasar bocah gob lok!" umpat Papa.
"Lu kemana aja sih ditunggu dari tadi?! Ditelepon nggak diangkat!" Rakai menggerutu sambil melempar tatapan menuduh sekaligus mencibir melihatnya menggendong Anggi.
"Mumpung Mama Amy disini kamu nggak usah ke rumahnya!" lanjut Rakai yang mendesis kesal melihatnya tetap menggendong Anggi meski Anggi berusaha memberontak ingin turun.
"Buka pintunya Papa sama Mama Amy mau ngobrol!" hardik Rakai lagi.
Ngobrol? Terus bagaimana dengan hasrat hati yang sudah di ujung tanduk?! Alamak masa iya pending lagi?!
***
Anggi
Ia sampai harus menutup mulut guna menahan tawa sambil memandang wajah Rendra yang memerah karena kesal.
"Rese banget nggak bisa lihat orang senang!" gerutu Rendra dengan mulut mengerucut saat mengambil beberapa dokumen yang tersimpan di safe deposit box di dalam kamar.
"Bikin orang sakit perut aja!" gerutu Rendra lagi sambil memilih dokumen yang diperlukan, kemudian menyimpan kembali dokumen yang lain ke dalam safe deposit box, lalu menutupnya.
"Ha ha ha....," ia tak lagi mampu menahan tawa.
"Berani-beraninya ketawa," gerutu Rendra
"RENDRA!" teriak tak sabar Papa dari living room.
"Don't go anywhere," bisik Rendra. "I'll be back...."
Sepertinya Mama Amy adalah istri kesayangan Papa, terbukti pembicaraan mereka serius dan lama. Hingga selarut ini belum selesai, hanya terpotong saat waktu sholat. Sampai-sampai Rakai memanfaatkan layanan kamar untuk memesan makan malam.
Selama menunggu ia bolak balik kamar - kamar mandi - pantry - ruang makan. Dan terus menggeleng meski Rendra memintanya untuk ikut duduk di living room. Sudah cukup baginya sehari ini bertemu dengan orang-orang mapan yang meributkan materi tanpa ada ujung pangkalnya.
Karena bosan akan kegabutan yang melanda, ia kini mulai mengecek sosmed yang tak pernah dibukanya sejak badai menimpa Rendra. Tertawa-tawa sendiri membaca komentar teman-teman di bawah foto terakhir yang dipostingnya, foto bersama anak-anak cofas cluster teknik usai closing ceremony di lapangan GSD. So yesteryear.
'Samawa Anggi.'
'Best wishes for you two.'
'Selamat Anggi berhasil menyeret Rendra ke pelaminan.'
'Longlast couple faveku.'
Lalu tersenyum senang melihat postingan terbaru Mala yang sedang memakai seragam putih hitam lengkap dengan dasi, mengikuti Latsar CPNS dari sebuah Kementerian. Ya, Mala sebagai orang yang paling berjasa besar dalam kisah perjalanan cintanya dengan Rendra justru tak bisa hadir di hari bahagianya karena harus mengikuti Latsar yang berlangsung selama hampir dua bulan.
'How i miss u -sending virtual hug-.'
Ketiknya dengan mata sedikit memanas. Semoga kelak mereka bisa bertemu lagi meski jarak memisahkan.
Usai puas melihat-lihat sosmed teman-temannya, ia penasaran melihat sosmed suaminya. Hihi suami ya sebutannya, terdengar masih belum familiar.
Ia pun melotot melihat sosmed Rendra yang dibanjiri komentar hingga puluhan ribu, di bawah foto terakhir yang diposting Rendra, foto di ruang tamu rumahnya bersama Papah Mamah. Hmm, rupanya Rendra juga lama nggak main sosmed.
Ia mulai membaca komentar yang tertulis disana, mulai dari ucapan selamat lulus sidang, ungkapan kekecewaan dan makian karena kasus video mesum yang menimpa Rendra, ucapan selamat wisuda, hingga ucapan selamat atas pernikahan mereka.
'Potek hati adek Bang.'
'Akhirnyaa, berlabuh juga bosku ini.'
'Hari patah hati regional.'
'Congrats Rendra, dari Ikatan Player Indonesia.'
Kegabutan membuat tangannya gatal ingin memposting sesuatu. Setelah memilih-milih dari sekian banyak foto memorable mereka berdua, akhirnya pilihan jatuh ke foto legend di depan paperboard flower. Sambil tersenyum-senyum sendiri ia menulis caption,
'First date, ke baby shower
Belum apa-apa udah berani rangkul-rangkul'
-Anggi tak sadar bahwa di foto itu ia memakai dress batik dan tas rotan hadiah dari Bunda Dio. Plus gelang perak tanda jadian dengan Dio di pergelangan tangan kanan yang berkilau terkena lampu blitz.-
Matanya langsung mengerjap demi memandang deretan komen dari teman-temannya hanya dalam waktu sepersekian menit.
'Ulu ulu ulu...kemana aja neng? Samawa ya.'
'Anggiiiiii! Congratss!'
'Akhirnyaaa diposting juga.'
'Berani pamer juga lu Nggi. Awas banyak pelakor mengintai.'
Namun komen yang paling menarik perhatiannya adalah,
'Tapi nggak nolak waktu dirangkul -emoticon ketawa setan-.'
Ish, ia mencibir melirik ke arah living room. Rendra lagi ngobrol serius juga masih bisa main sosmed di ponsel. Dasar.
"Sayang, makan yuk," suara orang yang sedang dipikirkannya mendadak muncul di kamar. Terlihat dari pantulan cermin, Rendra sudah berdiri di belakangnya sambil tersenyum miring.
Ia pura-pura tak melihat, sibuk menyisir rambut. "Nggak lapar. Kamu aja makan dulu."
Rendra tak berkomentar, namun semenit kemudian kembali muncul membawa sepiring Cake Cokelat Volcano dengan topping es krim vanilla yang terlihat begitu menggoda.
"Kalau yang ini pasti suka," ujar Rendra sambil meletakkan piring berisi cake ke atas meja rias. "Makan ya...."
Ia hanya tersenyum pura-pura tak tertarik, namun ketika Rendra berbalik pergi, ia mulai menyendok cake yang menerbitkan air liur itu.
Tepat jam 8 barulah Papa dan yang lain pamit pergi. Entah kesepakatan apa yang berhasil diperoleh selama pembicaraan berjam-jam, namun wajah cerah Mama Amy dan Qeva sudah mencerminkan segalanya.
Kamar mendadak sepi, namun Rendra belum juga menghampiri. Dan ketika ia mengecek ke ruang tengah, dilihatnya pintu suite terbuka lebar dengan Rendra yang sedang berdiri bercakap-cakap di luar dengan seorang petugas hotel.
Tak sampai lima menit Rendra sudah masuk ke dalam dan menutup pintu, sambil tangannya membawa paperbag warna hitam dengan aksen bunga di sudut kanan atas, bertuliskan nama gerai pakaian dalam terkemuka dari sebuah pusat perbelanjaan.
"Aku mandi dulu ya...gerah," ujar Rendra sambil menyerahkan paperbag tersebut padanya. "Dicoba dulu, semoga ukurannya pas."
Ia mengernyit, namun tangannya tetap menerima, "Apa?"
Rendra tersenyum simpul sambil masuk ke dalam kamar mandi tanpa menjawab pertanyaannya.
Sambil mengkerut ia membuka paperbag tersebut, dan langsung terperanjat begitu melihat isinya.
Dadanya mendadak berdebar kencang sambil memandangi pintu kamar mandi. Terdengar suara Rendra yang sedang bernyanyi kecil diikuti guyuran shower.
Begitu pintu kamar mandi terbuka, ia langsung menerjang masuk. Hampir menabrak Rendra yang keluar dengan hanya melilitkan handuk mengelilingi perut ratanya.
"Waduh, tenang...tenang....," Rendra terkekeh senang melihatnya terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi dan langsung menguncinya.
Di dalam kamar mandi ia sempat termenung selama beberapa menit menekuri wajah di depan cermin sambil hatinya berbisik, "Inikah saatnya?" Berpikir demikian mendadak membuat jantungnya semakin berdebar tak karuan.
Akhirnya ia pun mulai mengikuti saran dari sebuah artikel yang kemarin sempat dibacanya, Things you should always do before ....
Setelah semua dirasa cukup, dengan hati berdebar ia keluar dari kamar mandi, lengkap dengan memakai piyama mandi. Membuat Rendra yang sudah duduk manis di atas tempat tidur tak mampu menahan tawa sambil menggelengkan kepala.
"Anggi....Anggi....Ya ampun....," Rendra sampai harus melemparkan kepala ke belakang hingga menyentuh sandaran tempat tidur saking tergelaknya.
Ia mencibir sambil berjalan mendekati tempat tidur dengan hati berdebar kencang, "Kenapa ketawa?!"
Rendra masih tertawa sambil bangkit dari tempat tidur, tapi kemudian tiba-tiba sudah berdiri menghalangi jalannya. "Look at me, sweetie ...."
***
Rendra
"Lihat aku...."
Perlahan Anggi mulai mengangkat wajah, untuk kemudian menatap matanya.
"Trust me .... Sweet dreams Mrs. Darmastawa ...."
***
Keterangan :
Latsar CPNS. : pelatihan dasar bagi calon pegawai negeri sipil untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil.
*(sorry for detail) Yang Anggi lakukan before make love hanya merapihkan bulu, bukan mencabut/mencukur habis. Karena menurut penelitian para ahli (bisa dipertanggungjawabkan), ritual mencabut/mencukur habis sebelum make love justru akan meningkatkan resiko terkena penyakit infeksi menular seksual. Seperti herpes, HPV yang bisa menyebabkan kutil kelamin hingga kanker, sifilis, gonore atau kencing nanah, klamidia, hingga HIV.
Karena memangkas habis bulu ternyata akan memudahkan bakteri maupun virus melewati kulit. Bulu di daerah tertentu sendiri sebenarnya berfungsi melindungi kulit dari gesekan dan mencegah masuknya bakteri serta virus (dari berbagai sumber).
Mereka ngapain siii...
gara² ada yg ngomong ikam, auto ingat Rendra
sedangkan utk saat ini sungguh..saudara2 "malika" masih banyak berulah di jogja... shg warga sendiri yg banyak menjadi korban ketidakadilan 😭
karya nya smua bagus" bnget ak udah baca smua bnyak pembelajaran d dlam nya
syang gak ad karya yg baru lgi ya, sukses slalu