Satu hubungan rumah tangga yang di harapkan oleh istri, menjadi tempat nyaman dan tentran tapi ternyata yang dia rasakan sebaliknya. Akan kah sang istri mendapatkan kebagian dalam rumah tangganya, dari suaminya, atau bahkan di dapatkan dari orang lain.
Bab 13
Bhima dan Liora terkulai lemas, menikmati sisa - sisa yang masih bergejolak.
Setelah di rasa rileks, Bhima mengelus halus kening Liora.
“ Ra…”
Liora membuka matanya menatap mata indah Bhima, dengan senyum puas.
“ hm…” gumam Liora
Bhima tersenyum melihat reaksi Liora,
mengangkat pelan tubuhnya.
“ Ssstt… “ desih Liora
“ Masih sakit sayang? “ tanya Bhima
Liora mengangguk pelan, Bhima dengan
sangat pelan mencabut nya.
“ Nghhh… “ lengkuh Liora setelah ßatang itu tercabut dari Liang nya
Bhima melihat jelas noda mèráh yang ada di sprei, yang lumayan cukup banyak.
“ Tunggu, sebentar ya “
“ ikut, kak “ Liora mengangkat kedua tangan nya meminta di gendong.
Bhima tersenyum lembut, lalu menghampiri
Liora dan menggendongnya ala bridal style. Membawanya ke kamar mandi.
Sampai di kamar mandi Bhima mendudukan Liora di closhet kamar mandi.
“ Tunggu disini dulu benter ya, aku siapin air hangat “
Liora hanya mengangguk, entah lah apa jenis hubungan mereka berdua sekarang.
Tapi Liora sudah terlanjur nyaman dengan
Bhima begitupun juga dengan Bhima
sebenarnya. Bahkan Bhima sudah ingin
memiliki Liora dari pertama kali mereka bertemu.
Bahkan Liora sudah berfikir sisi terburuknya, jika setelah ini Bhima membuangnya seperti sampah.
Setelah di rasa suhu air pas, Bhima
membopong lagi Liora dan di letakan secara perlahan ke bathup.
“ Makasih, kak “ ucap Liora
Bhima mengacak acak rambut Liora dan tersenyum mengangguk.
Saat Bhima hendak berbalik ke arah shower, tangan Liora mencekal pergelangan tangan Bhima.
Bhima menoleh ke bawah, arah Liora.
“ kenapa, hm ? “ tanya nya
“ Disini aja sama aku “ rengek Liora manja
Bhima mengangkat satu alisnya mendengar Liora mengucapkan kata “ aku “
Liora menarik - narik ujung jemari Bhima.
“ hm, iya sayang “ jawab Bhima
Bhima memposisikan diri di belakang Liora, saat Bhima sudah nyaman dengan posisinya.
Liora menyandarkan tubuhnya ke dada bisang Bhima. Ia coba menikmati moment yang sekarang sedang terjadi, mencoba
menyingkirkan semua pikiran yang terlintas tentang Briel.
Ia bahkan seakan tidak ingin lagi menyebut kan nama itu, hati nya membeku. Mati, bahkan ia sudah tidak ingin sama sekali memberi
ruang sedikitpun untuk manusia itu.
——
Di apartemn Briel, jam sudah menujukan jam tiga pagi tapi, tanda - tanda kepulangan Liora sama sekali tidak ada.
Hatinya sedikit gusar, setelah memastikan Kayla tidur dengan lelap, ia meraih ponselnya, mencoba melacak posisi Liora lewat GPS yang ia pasang di mobil yang ia berikan kepada Liora dulu.
Posisi Liora terdeteksi di taman kota, ia coba untuk menghubungi tapi sama sekali tidak bisa.
“ nghhh, mas kenapa? “ Kayla terbangun
“ eh, gak papa sayang. “ Briel kembali meletakan ponselnya di nakas, lalu mengecup
lembut kening Kayla dan kembali memeluk perempuan itu.
——-
Kembali lagi ke pasangan ataupun entah apa sebutannya ini yang masih berendam di dalam bathub saat ini.
Kedua mata Liora terpejam, merasakan sentuh - sentuhan lembut dari tangan Bhima yang menghusap - usap kedua lengannya, bahkan rerkadang merambat ke mana - mana.
“ Ra… “ panggil Bhima
“ Hm…” Liora bergumam masih dengan keadaan terpejam
“ Gimana bisa Ra…. “
“ Apa, kak? “ tanya nya lembutvmembuka
kedua matanya
“ hm, gimana bisa kamu masih pèràwàń “ ucap Bhima lirih
Liora mengambil kedua tangan Bhima yang mengelusnya pelan, membawa kedekapan nya. Menggenggamnya erat di depan perutnya.
“ hm, aku jugak gak tau kak. Mungkin setidak menariknya aku kali di hadapan suamiku kak “ ucapnya tersenyum sambil mengelus - elus kedua punggung tangan Bhima menggunakan kedua ibu jarinya.
“ Hustt, gak boleh ngomong gitu “ ucap Bhima memeluk posesif Liora dari belakang.
Liora terdiam dan tersenyum lembut menoleh ke arah Bhima, menatap mata indah Bhima. Begitupun dengan Bhima, manik mata Liora yang indah, wajahnya, bahkan seluruh nya yang ada di tubuhnya. Itu sangat sempurna, bagaimana bisa ada yang tidak tergoda oleh itu!
Mata Liora tadi yang menatap kedua mata
Bhima, mengamati setiap inci wajah Bhima.
“ ganteng banget “ gumam Liora lirih yang masih bisa di dengar oleh Bhima
Senyum tampan Bhima saat sedang salting merekah, mata Liora turun ke arah bibir Bhima lalu.
“ cup…” kecupnya singkat, lalu dia berbalik menatap kedepan lagi.
Muka Bhima bersemu merah salting, semakin memeluk erat Liora.
Hening sesaat
“ kak…” panggil Liora pelan
“ hm…” gumam Bhima menyandarkan dagunya ke bahu Liora
“ Sesudah ini, kakak bakal usir aku nggak? “ tanya nya
Bhima menaikan kedua alisnya, menoleh kearah Liora dengan posisi yang masih sama.
Sapuan hangat nafasnya berada di pipi Liora
“ Alasan apa yang buat aku kek gitu ke kamu, Ra? “ tanya
Liora menoleh ke arah Bhima muka mereka beradu, lalu Liora menggeleng.
Bhima tesenyum manis, hidungnya mengadu ujung hidung Liora.
“ Kamu bakalan tetep disini sampai kapan pun kamu mau, sampai kapan pun kamu bosen. Atau kalau perlu, kalau kamu udah bosen disini aku bisa aj kamu pindah kemana pun yang kamu mau “ ucap Bhima meyakin kan.
Liora tersenyum memeluk erat Bhima.
Mereka menyudahi sesi berendam mereka, Bhima menatik tubuh Liora untuk membilas tubuh mereka di bawah shower.
Bhima mengelus lembut setiap inci kûłït Liora, siapa sangka sesi membilas kali ini bukan hanya sesi membilas di lanjut kan oleh mereka. Ke sesi berikutnya.
Lèńgkühán, dèśáhán menggema di kamar mandi itu. Tubuh Liora membungkuk menghadap dinding, kedua tangan nya menyangga tubuhnya di dinding dengan Bhima yang mèńghèńtàknya dengan sedikit kencang dari bèłákáng
Akhhhh…
Kak…
Nghhh…
Stttt….
Sayang
Suara suara merud itu beradu, sampai akhirnya mereka mengerang bersama
AKHHHH…..
ENGHHHH….
Kaki Liora serasa sudah tidak bertulang, lemas gemetar. Satu tangan Bhima yang beeada di perutnya menyangga tubuh Liora.
Bhima membantu Liora untuk membilas tubuhnya, lalu membopong nya ke tempat tidur yang tadi masih seperti kapal pecah
namun tidak mereka hiraukan.
Bhima menyelimuti tubuh Liora dengan
nyaman. Liora menggeliatkan tubuhnya,
mencari posisi nya yang nyaman seperti apa lalu tanpa hitungan menit dia sudah berada di alam mimpi.
Bhima tersenyum mengecup lembut dahi Liora, mengelusnya halus kening itu lalu
meninggalkan Liora ke arah wadrobe nya
untuk memakai baju.
Setelah keluar dengan pakaian nya, dia membawa baju nya juga untuk di pakai kan ke Liora. Saat Bhima memakaikan Liora kaos, Liora sama sekali tidak bergerak. Tubuhnya sudah sangat lelah, dengan segala yang terjadi untuk hari ini.
Bahkan jiwanya yang juga serasa sudah hilang, dia merasa saat ini dia hidup karna
memang masih di takdirkan untuk hidup. Entah bagaimana keadaan nya kedepannya, bagaimana nasib nya bahkan bagaimana caranya dia melanjutkan hiduonya saja dia sudah tidak berfikir sejauh itu.
Tubuhnya lelah, hatinya lelah. Kali ini Liora hanya ingin menikmati saat - saat yang terjadi sekarang, bukan kedepannya.