NovelToon NovelToon
Suddenly Married

Suddenly Married

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Romansa / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ichageul

Evan dipaksa menikah oleh ayahnya dengan Alya, gadis yang tidak dikenalnya. Dengan sangat terpaksa Evan menjalani pernikahan dengan gadis yang tidak dicintainya.

Evan mulai menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alya. Perbedaan karakter dan pola pikir menjadi bumbu dalam pernikahan mereka.

Akankah pernikahan mereka berhasil? Atau mereka menyerah dan memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Operasi

Rasanya baru saja beberapa menit Alya menutup matanya, namun shubuh sudah menjelang. Sayup-sayup dia mendengar adzan yang berasal dari ponselnya. Gadis itu meraba nakas yang ada di dekatnya lalu mematikan ponselnya. Perlahan dia bangun dari posisinya. Alya terkesiap melihat seorang pria tidur di sampingnya. Setelah semua kesadarannya terkumpul, gadis itu ingat kalau pria yang berbaring di sebelahnya adalah suaminya.

Pelan-pelan dia bangun dari tidurnya, kemudian beranjak menuju kamar mandi. Alya memilih langsung mandi saja, supaya kantuknya cepat hilang. Usai membersihkan diri dan berwudhu, wanita itu keluar dari kamar mandi. Nampak Evan masih tertidur pulas. Dia terjengit ketika mendengar ketukan di pintu kamar. Dengan cepat dia membukakan pintu. Nampak Antonio berdiri di depan kamar.

“Evan sudah bangun?”

“Belum, pa.”

“Bangunkan dia. Papa tunggu shalat jamaah di masjid.”

“Iya, pa.”

Tanpa menutup pintu, Alya segera menghampiri Evan. Awalnya dia hanya mengguncang pelan tubuh itu. Namun karena pria itu bergeming, Alya menambah kekuatannya, seraya memanggil nama suaminya.

“Mas.. mas Evan bangun, sudah shubuh.”

“Euungg..”

Terdengar lenguhan Evan. Matanya masih terasa berat, namun telinganya menangkap sebuah suara memanggilnya, lengkap dengan guncangan di bahu. Perlahan pria itu membuka matanya. Dilihatnya Alya berdiri di dekat bed dengan tubuh terbalut mukena berwarna putih.

“Aaaa.. setan!!”

Karuan saja Alya terkejut melihat reaksi Evan. Gadis itu kesal disangka setan oleh suaminya. Refleks dia memukul lengan Evan. Mendapat pukulan di tubuhnya, Evan tersadar. Matanya terus memandangi Alya. Dia baru ingat kalau wanita di depannya adalah istrinya. Pria itu berdehem beberapa kali untuk mengusir rasa malunya.

“Bangun, mas. Papa nunggu buat shalat jamaah di masjid.”

Dengan malas Evan bangun dari tidurnya. Dengan langkah sempoyongan, pria itu menuju kamar mandi. Dia hanya menggosok gigi dan berwudhu saja, jadi tidak butuh waktu lama. Evan keluar lalu mengambil baju koko dari dalam lemari. Alya memalingkan wajahnya ketika Evan tiba-tiba menurunkan celana joggernya. Dengan santai pria itu mengenakan sarung tanpa merasa malu sama sekali, karena tubuh bagian bawahnya masih terbungkus bokser selutut.

Setelah mengambil kopeahnya, Evan keluar dari kamar. Alya memegangi jantungnya yang berdegup dengan kencang. Beberapa kali gadis itu menarik nafas panjang untuk menetralkan degup jantungnya. Kemudian Alya menggelar sajadah dan mulai menunakan ibadah shalat shubuh.

Selesai menunaikan ibadah shalat shubuh, Alya keluar dari kamar. Suasana masih cukup sepi. Para pria belum kembali dari masjid dan Karina masih berada di kamarnya. Tidak tahu harus melakukan apa, Alya memilih kembali ke kamarnya. Dia membuka jendela kamar untuk membiarkan udara shubuh yang sejuk masuk ke kamar yang ditempatinya.

Satu jam berlalu, tapi Evan masih belum kembali ke kamar. Langit sudah mulai terang, sebentar lagi matahari akan menampakkan sinarnya. Alya kembali ke luar kamar. Pasti suasana di luar kamar sudah tidak sesepi tadi. Benar saja, telinganya langsung mendengar suara perabotan di dapur. Alya memilih untuk segera ke sana.

Saat melintasi ruang tengah, matanya menangkan Evan sedang tidur di sofa. Rupanya pria itu tidak kembali ke kamarnya dan memilih tidur di ruang tengah. Alya tak menghiraukan suaminya, dia bergegas menuju dapur. Bi Sumi terlihat sedang menyiapkan sarapan.

“Masak apa, bi?” tanya Alya.

“Ngga masak apa-apa, mba. Cuma buat sandwich sama omelet aja sama buat susu dan jus.”

“Emangnya om Anto eh papa ngga pernah sarapan berat ya?”

“Bapak kan mau operasi sekarang. Jadi ngga sarapan dulu katanya.”

“Oh gitu.”

“Mas Evan juga ngga suka makan berat waktu sarapan. Makanya bibi hanya buat sandwich aja.”

“Biar aku, bantu, bi.”

“Eh ngga usah.”

“Ngga apa-apa. Aku juga ngga ada kerjaan.”

Alya segera membantu bi Sumi menyiapkan bahan untuk membuat sandwich dan juga jus. Dengan cekatan gadis itu sudah menata roti lapis tersebut. Sekarang hanya tinggal memanggangnya sebentar.

Sarapan yang hanya terdiri dari sandwich, jus dan omelet tersedia di meja makan. Evan minta dibuatkan omelet sebagai tambahan sandwich. Kaisar keluar dari kamar dengan Eliana berada dalam gendongannya. Anak itu juga sudah mandi dan berdandan rapih. Di belakangnya menyusul Karina.

“Ya ampun pengantin baru ngapain repot-repot bikin sarapan,” tegur Karina.

“Ngga apa-apa, kak. Dari pada aku ngga ada kerjaan,” jawab Alya sambil tersenyum.

Tak berapa lama, Fariz menyusul ke ruang makan. Pria itu juga sudah terlihat rapih. Dia menarik kursi makan lalu mendudukkan diri di sana. Evan yang sudah mandi juga ikut duduk di ruang makan.

“Van.. baju-baju kamu udah diberesin belum?”

“Belum. Kan aku pindahnya nunggu papa sehat dulu.”

“Papa ngga apa-apa. Lebih baik kamu bereskan baju-bajumu, nanti papa akan tunjukkan rumah baru kalian.”

“Iya, iya. Tapi nanti kalau papa udah dibolehin keluar dari rumah sakit.”

“Ck.. anak keras kepala. Alya, kamu saja yang bereskan pakaian Evan sesudah sarapan.”

“Iya, pa.”

Evan hanya mendengus kesal. Sepertinya papanya ini ingin segera menendangnya keluar dari rumah. Dengan kesal dia memakan sandwich yang diseling dengan omelet. Mata bulat Eliana terus saja melihat pada pamannya yang masih menikmati sarapan. Dan itu disadari oleh Evan.

“Eli mau makan juga?”

Kepala Eliana hanya menggeleng. Dia kembali memasukkan biskuit di tangannya ke dalam mulutnya. Alya bergegas menghabiskan sarapannya. Karena dia masih memiliki tugas lain, yakni mengepak pakaian Evan. Usai sarapan, gadis itu segera masuk ke dalam kamar.

Alya hanya tertegun di depan lemari. Dia bingung pakaian mana yang akan dibawa Evan. Kalau dibawa semuanya, pasti akan membutuhkan dua koper. Terdengar pintu kamar terbuka, Evan masuk ke dalamnya. Dia mengambil koper yang ada di atas lemari, lalu menaruhnya di atas kasur.

“Mana saja pakaian yang mau dibawa?” tanya Alya.

Tanpa menjawab pertanyaan Alya, Evan mengambil pakaian santai, pakaian untuk pergi dan celana dari dalam lemari. Dia menaruhnya di atas kasur. Kemudian dia membuka lemari gantung dan mengeluarkan beberapa kemeja dari dalamnya. Tak lupa dia mengeluarkan handuk dan pakaian dalamnya.

Tanpa menunggu perintah, Alya menata pakaian Evan dalam koper. Setelah semua pakaian disusun rapih, dia menutup koper. Evan segera membawa keluar koper, lalu memasukkannya ke bagasi mobil Antonio.

“Pa.. aku berangkat duluan, ya. Mau antar Eli dulu. Aku tunggu di rumah sakit, ya,” ujar Kaisar.

Kaisar mencium punggung tangan Antonio, disusul oleh Karina. Antonio mengambil Eliana dari Karina, kemudian menggendongnya sebentar. Pria itu lalu menaruh cucunya itu di atas pangkuan mamanya.

“Dadah Eli,” ujar Antonio seraya melambaikan tangannya. Sambil tersenyum, Eliana membalas lambaian tangan sang kakek.

Tak berapa kemudian, kendaraan roda empat itu segera meluncur pergi. Fariz masuk ke dalam mobil Antonio, kemudian memanaskan mesinnya. Alya merapihkan dirinya sebentar lalu keluar dengan membawa tas berisi dompet dan ponselnya dan juga paper bag yang kemarin diberikan Karina.

“Berangkat sekarang, pa?” tanya Fariz.

“Iya.”

Fariz segera duduk di belakang kemudi, disusul Antonio yang duduk di sebelahnya. Evan dan Alya duduk di bagian tengah. Fariz memasukkan kopling, kakinya menekan pedal gas, dan kendaraan roda empat itu perlahan melaju.

☘️☘️☘️

Dua orang perawat mendorong bed yang membawa tubuh Antonio menuju ruang operasi. Karina, Fariz, Evan dan Alya terus mengikuti dari belakang. Sebelum masuk ruang operasi, Karina lebih dulu mencium punggung tangan dan kening sang papa. perawat segera membawa Antonio masuk ke ruang operasi.

Tak berapa lama Kaisar muncul. Tubuhnya sudah mengenakan baju OK. Sebelum masuk ke ruang operasi, dia berhenti sebentar di dekat istri dan ipar-iparnya.

“Mas.. aku titip papa, ya.”

“Iya, tenang aja.”

Saat Kaisar akan masuk ke ruang operasi, dokter Fadil muncul. Pria itu juga sudah siap dengan baju OK-nya. Sebelum pria itu masuk, Evan bergegas menghampirinya. mendengar panggilan Evan, dokter Fadil menghentikan langkahnya sejenak.

“Dok.. titip papa.”

Kening Fadil nampak berkerut, tapi kemudian dia menganggukkan kepalanya. Dia segera masuk ke dalam ruang operasi. Fariz, Karina, Evan dan Alya mendudukkan diri di kursi tunggu. Mata Evan terus saja tertuju pada layar di dekat ruang operasi yang menunjukkan ruang mana yang digunakan operasi. Terdapat dua operasi pagi ini.

Di tengah kecemasannya menunggu jalannya operasi sang papa, Evan nampak bingung melihat kedua kakaknya begitu santai. Mereka asik bermain ponsel, dan sama sekali tidak mencemaskan keadaan Antonio. Kemudian pria itu melirik Alya yang duduk di sebelahnya. Istrinya itu hanya diam sambil sesekali berbalas chat, entah dengan siapa.

Evan melihat jam di pergelangan tangannya. Baru lima belas menit operasi berjalan dan rasanya sudah lama sekali. Pria itu bangun dari duduknya. Menunggu seperti ini membuatnya mengantuk, dia bermaksud membeli kopi untuk dirinya dan juga yang lain.

“Aku mau beli kopi. Bang Fariz sama kaRin, mau?”

“Aku espresso aja,” ujar Fariz.

“Aku latte,” jawab Karina.

“Kamu mau apa?” Evan melihat pada istrinya.

“Samain sama kaRin aja.”

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Evan segera meninggalkan ruang tunggu tersebut. Pria itu akan membeli kopi di kedai kopi yang ada di sebrang rumah sakit. Baru lima menit Evan berlalu, pintu ruang operasi terbuka. Kaisar keluar dari dalamnya. Tak lama Antonio menyusul dengan menggunakan kursi roda.

“Udah selesai?” tanya Fariz.

“Udah. Evan mana?”

“Lagi beli kopi.”

“Tunggu di ruangku aja, pa,” tawar Kaisar.

Antonio hanya menganggukkan kepalanya. Karina segera mengambil alih kursi roda dari suster. Semuanya segera menuju ruangan Kaisar yang ada di lantai tiga.

“Mas Evan gimana?” tanya Alya.

“Nanti biar abang yang wa, suruh langsung ke ruangan Kaisar aja.”

Alya hanya menganggukkan kepalanya. Gadis itu segera mengikuti langkah ketiga orang di depannya menuju lift. Sebenarnya Alya juga bingung, mertuanya tadi menjalani operasi apa. Suaminya nampak begitu cemas, namun operasi hanya berlangsung sebentar dan keadaan papa mertuanya baik-baik saja.

☘️☘️☘️

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pesanan kopi Evan selesai juga. Pria itu membayar kopi, kemudian keluar dari kedai. Bergegas pria itu menuju lantai lima. Dia sudah terlalu lama meninggalkan ruang tunggu operasi.

Evan hanya terbengong sesampainya di ruang tunggu, ternyata kakak dan istrinya tidak ada di sana. Dia mengambil ponselnya, hendak menghubungi Fariz. Ternyata kakaknya sudah mengirimkan pesan lebih dulu. Dia dan yang lainnya menunggu di ruangan Kaisar. Evan segera menuju ruangan kakak iparnya yang berada di lantai tiga.

Kembali Evan dibuat terbengong ketika melihat sang ayah berada di ruang kerja Kaisar. Pria itu memang duduk di kursi roda, namun keadannya nampak sehat bugar. Mata Evan kemudian tertuju pada telapak kaki kiri Antonio yang diperban.

“Papa udah selesai operasinya?” tanya Evan bingung.

“Sudah.”

“Kok cepat amat. Biasanya kalau operasi jantung itu kan lama.”

PLETAK

Sebuah sentilan mendarat di kening Evan. Antonio menyentil kening anaknya itu yang asal bicara. Masih dalam keadaan bingung, Evan mengusap keningnya yang terasa panas.

“Kamu doain papa kena penyakit jantung?!”

“Loh.. bukannya papa mau operasi jantung? Kan waktu itu di rumah ada dokter Fadil. Tadi juga dokter Fadil masuk ruang operasi.”

“Hahaha..” Kaisar tidak bisa menahan tawanya.

“Dokter Fadil ke rumah cuma mau lihat keadaan papa aja. Ngga ada hubungannya sama operasi papa.”

“Lah terus papa operasi apa?”

“Operasi mata ikan,” Antonio mengangkat kakinya yang masih diperban.

“WHAT??!!”

☘️☘️☘️

Gimana rasanya Van? Papamu ternyata cuma operasi mata ikan🤣

1
anonim
ternyata pak Dadang menyayangi putrinya dengan caranya sendiri - sampai-sampai kalau pulang kerja memantau di sekitar kafe tempat Alya bekerja untuk memastikan putrinya aman.
Alya tidak tahu itu - jadi bikin Alya merasa diabaikan - tak di sayang ayahnya.
anonim
Ervan mau kabur dibela-belain merangkak pula biar Karina, Kaisar dan Fariz yang baru duduk-duduk di ruang tengah tidak melihat dia mau kabur pikirnya. Ternyata tidak jadi kabur setelah tahu kondisi papanya sedang tidak baik-baik saja - ada dua dokter teman Kaisar yang selama ini menjadi langganan papanya kalau berobat datang dan masuk ke kamar papanya.
Gak jadi kabur Bro - jadi menikah nih /Facepalm/
anonim
Evan ini belum tahu kalau yang mau menikah dengan Alya dirinya /Facepalm/
anonim
keren bang Sar bisa memulangkan Evan ke Indonesia dengan idenya yang gak tanggung-tanggung
anonim
Bagus Alya - om Antonio di suruh langsung bilang ke pak Dadang - Alya akan menerima apapun hasilnya.
anonim
mantap Fariz bisa bermain ke rumah pak Karta yang mengajak main catur dan bisa mencari tahu tentang kehidupan Alya. Miris juga nasib Alya yang ada tapi seperti tak ada bagi ayahnya
Rahma Habibi
terimakasih author atas karya2 mu yang sangat menghibur dan selalu di nanti karya selanjutnya
In
gara2 Dion aku balik lagi ke sini... ☺️
Laila Isabella: sama..ulang baca dari awal lagi..🤣🤣
total 1 replies
Poppy Sari
keren.../Good/
Wiwie Aprapti
yg Tututware kemana kak, udah tutup ya pabrik nya
Wiwie Aprapti
karma di bayar tunai ga pake di cicil lagi
Wiwie Aprapti
harusnya Evan bilang nya "sudah ku dugong" gitu kak🤣🤭🙃
Wiwie Aprapti
bunga Kamboja 🤣
Wiwie Aprapti
nahhhh kannn Mardi lohhhh🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
dehhhhh..... hampura lahhhhhhh ki ace🤭🤣
Wiwie Aprapti
skakmat Evan🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
Kaisar pasti temennya kevin nihhhh
Wiwie Aprapti
kisah nana ada sedikit kemiripan sama bestiee aku, tapi kalo bestie aku satu agama cuma beda jalur, besti ku NU cowoknya LDII, dan mama besti ku ga kasih restu, bahkan di kasih pilihan, pilih cowoknya atau mamanya, kalo dia pilih cowoknya, besti ku di usir dari rumah, di cabut semua fasilitas yg di pakai, di coret dari kk, alhamdulillah dia lebih sayang sama mamanya, sekarang udh nikah, malah dapet suami yg baik banget, sayang💕, dan berkecukupan juga hidupnya, pilihan orang tua memang yg terbaik buat anaknya, ga tau juga kalo dia salah pilih, wallahualam......
Wiwie Aprapti
waduhhhhhhhh encok ga tuhhh si Alya di garap Evan 🤭🙃
Wiwie Aprapti
yg lain travelotak.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!