David Ferrero
adalah seorang pengusaha muda yang berbakat dan tampan namun sayang ketampanannya tertutup oleh sikap dingin dan galaknya sebagai CEO dari Ferrero grup. sikapnya yang dingin membuat para wanita takut untuk sekedar menyapa atau meliriknya
Bela diana putri
adalah wanita sederhana yang berasal dari desa terpencil. bela memiliki karakter ceria, ramah dan sangat baik terhadap semua orang, walaupun bela berasal dari desa terpencil tapi otaknya sangat cepat tanggap dalam menerima sesuatu yang berkaitan dengan ilmu atau perusahaan. oleh sebab itulah bela direkomendasikan bekerja oleh kampusnya di perusahaan terkenal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
david masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. dia melihat bela sedang berbaring di atas kasurnya
"bangun!" titah david
Bela terbelalak melihat bos-nya sedang berada didalam kamar
"tu,,,tuan maaf saya akan pergi jika mengganggu" ucap bela langsung berdiri hendak pergi
"ck pergilah atau aku akan memecat mu!" ancam david membuat langkah kaki bela seperti lem
"maaf" kata bela menunduk menghadap david
"kenapa tidak keluar?" tanya david datar
"saya takut mengganggu tuan" jawab bela masih menunduk
"sudah sarapan?" tanya david masih dengan wajah datarnya
"belum" jawab bela singkat
"bodoh!!" umpat david dan langsung menarik tangan bela keluar dari kamar membawanya ke meja makan
"duduk!" titah david masih memegang tangan bela
bela mengangguk patuh namun tidak berani menatap david
"makan!" titah david lagi
bela kembali mengangguk tanpa perlawanan. seluruh mata disana menatap david bingung melihat tingkahnya
"david ada apa sayang?" tanya dewi mengeryitkan dahi
"David benci melihat orang sakit karena tidak makan ma" jawab david datar sambil memakan makanannya
dewi dan ervan mengangkat bahunya melihat tingkah david yang peduli dengan sekertarisnya
"mm masakan kamu enak sayang" ucap dewi sambil menyeruput sup ayam buatan bela
"terimakasih nyonya silahkan dinikmati" jawab bela tersenyum tipis
"ma pa syifa juga ikut membantu" saut syifa kesal
dewi dan ervan menggelengkan kepalanya melihat wajah syifa yang kesal
"syifa ada yang ingin papa bicarakan" kata ervan dengan serius
"jika papa ingin syifa pulang jangan mimpi pa" ujar syifa menghentikan makannya
"nak kau tidak boleh seperti itu, papa dan mama sudah tua. papa ingin melihat kalian berkumpul nak" saut dewi dengan sendu
"tidak! jangan paksa syifa" syifa berdiri meninggalkan keluarganya
"bela akan ikut kerumah" ucap david dengan santai memakan makanannya
uhuk,,,uhuk,,,uhuk
bela tersedak dengan perkataan bosnya, bagaimana bisa david berkata seperti itu pikir bela
bela langsung menegak air sebanyak banyaknya untuk menenangkan diri
"benarkah?? yee jika kak bela ikut syifa akan bersiap siap sekarang" ujar syifa berlari kedalam kamarnya sambil berjingkrak jingkrak
"sa,, saya tuan?? ta,, tapi saya anu mm" otak bela membeku seketika
"nak bela tolong mengerti keadaan kami, kami ingin sekali syifa betah dirumah tanpa kabur seperti ini" kata ervan sambil memegang bahu istrinya
bela diam sejenak lalu menatap mata bosnya yang masih terlihat tajam
ini sama saja aku membawa diri menuju neraka. batin bela
"aku ingin bicara!" ucap david datar dan langsung pergi ke balkon tanpa persetujuan bela
bela tersenyum kepada kedua tua syifa lalu pergi mengikuti david dari belakang
"aku akan menambah gaji mu 2 kali lipat dari sebelumnya jika kau bersedia tinggal dirumah ku" ucap david menyilangkan tangan didada nya
bukan uang masalahnya tapi kau. aku ingin sekali menjauhi mu tapi kenapa semakin dekat. cukup sudah aku bertemu dengan mu dikantor jangan dirumah. batin bela
"jika aku bicara dengar lalu tanggapi bukan diam seperti batu!" ucap david dengan tajam menatap bela
"ba,,baik tuan baik" kata bela sudah pasrah dengan hidupnya
"bagus" ujar david lalu pergi meninggalkan bela
nasib buruk apalagi ini. bos kejam, ibu kejam, hidup juga kejam aaahhh otak ku ingin meledak. batin bela
bela masuk kedalam kamarnya untuk menemui syifa tapi bukan untuk memberi pelajaran kepada syifa melainkan untuk menyuruh syifa pergi tanpa dirinya