"Sulit adalah kita, tapi kisah cinta ini hanya ada kita, aku dan kamu tanpa ada mereka."
-----------
Ketika melanjutkan jenjang pendidikan ke sebuah Universitas, Cheryl terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya untuk tinggal di rumah Tantenya Diandra dan Gavin, suaminya. Awalnya Cheryl menolak karena sejak dulu dia sudah tertarik dengan Gavin yang di matanya terlihat sebagai sosok yang dewasa. Namun, karena paksaan dari keluarga, akhirnya Cheryl setuju untuk tinggal di rumah Diandra.
Gavin yang sejak dulu selalu menganggap Cheryl sebagai gadis kecil yang lucu, kini harus mengubah pola pikirnya saat melihat Cheryl yang kini tinggal bersamanya sebagai sosok yang dewasa. Kesibukan Diandra sebagai seorang model yang sering meninggalkan Gavin dan Cheryl dalam satu rumah semakin membuat keduanya semakin dekat, hingga suatu malam saat Diandra sedang menghadiri gelaran Paris Fashion Week, hubungan satu malam pun terjadi diantara Gavin dan Cheryl yang menjadi awal dari hubungan gelap me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Weny Hida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cokelat Terenak
Cheryl sebenarnya merasa begitu bahagia, semua mimpinya seakan terwujud mendapatkan cinta dari Gavin, meskipun tak bisa dipungkiri jika dia menyimpan rasa bersalah yang begitu besar pada Diandra. Apalagi saat ini mereka tengah pergi berdua, layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Meskipun sebenarnya mereka tidak hanya pergi berdua, tapi ada Amara sekretaris Gavin. Setelah sampai di Bandara, mereka lalu masuk ke dalam mobil jemputan yang sudah disiapkan oleh pihak hotel.
"Amara, jam berapa kita mengandakan pertemuan di lokasi proyek?" tanya Gavin setelah mereka sampai di hotel.
"Pertemuannya pukul 13.00 siang Pak Gavin."
"Oh berarti masih ada waktu dua jam untuk beristirahat?"
"Iya Pak, anda masih memiliki waktu dua jam untuk beristirahat."
"Kalau begitu aku ke kamar dulu."
"Iya Pak Gavin."
"Ayo Cheryl!" Cheryl kemudian tersenyum pada Amara, lalu mengikuti langkah Gavin berjalan menuju ke bungalow tempat mereka menginap. Cheryl sebenarnya merasa risih, karena sejak tadi mendapat tatapan tidak mengenakkan dari Amara. Tapi, dia memilih diam lalu berjalan di belakang Gavin dan tidak menampakan kemesraan mereka. Dia tidak ingin ada yang curiga, kalau dia sebenarnya adalah selingkuhan dari Gavin.
Sedangkan Amara yang melihat Gavin dan Cheryl pergi berjalan meninggalkannya, tampak menatap mereka dengan tatapan penuh tanda tanya. "Pak Gavin memang mengatakan kalau Bu Diandra menyuruh keponakannya untuk menemaninya pergi ke Lombok, karena kondisi Pak Gavin saat ini yang sedang sakit. Tapi, apakah benar hubungan mereka hanya sebatas Om dan keponakannya? Aku tidak yakin, apalagi Cheryl juga sangat cantik seperti Bu Diandra, tidak mungkin Pak Gavin tidak tertarik pada daun muda seperti Cheryl," ujar Amara.
Setelah mereka masuk ke dalam bungalow, Gavin tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya begitu saja. Saat Cheryl baru menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, tiba-tiba Gavin sudah tidur di sampingnya. Lalu memeluk dan merremas kuat *********** yang membuat Cheryl tersentak, tubuhnya melengkung menerima serangan tiba-tiba dari Gavin.
Gavin kemudian membalikkan tubuh Cheryl lalu melummat bibir mungil yang seakan menjadi candu baginya. Tangan Gavin tak tinggal diam, tangan itu kini bergerak lincah masuk ke bawah pakaian Cheryl, memainkan jarinya di tubuh itu lalu mencari pengait bra dan melepaskannya.
"Emmmphhh..., ah Om!" dessah Cheryl saat Gavin merremas bukit kenyal miliknya. Gavin juga mellummat kembali bibir mungil itu dengan makin ganas, mengullum, melilitkan lidahhnya, dan menggigit bibir Cheryl dengan begitu bergairah. Namun tak berhenti di situ saja, Gavin kini tampak memasukkan jarinya ke dalam liang hangat milik Cheryl lalu memainkan jarinya dalam liang hangat itu yang membuat Cheryl berteriak.
"Akh..., Om!"
"Kau suka sayang?" ucap suara bariton milik Gavin yang kini mulai dipenuhi oleh nafsu. Dia lalu melepas pakaian Cheryl, kemudian menerjang kembali tubuh itu, dan bermain di ceruk leher Cheryl sambil memasukkan kejanttanannya ke dalam liang hangat milik Cheryl.
Suara ******* tak terelakan pun menggema di seluruh ruangan itu, dessahan Gavin dan Cheryl saling bersahutan dengan irama keluar masuk yang Gavin ciptakan. Temponya membuat Cheryl sedikit kewalahan menerimanya, walaupun bukan pertama kalinya mereka melakukan itu, tetap saja Gavin membuat Cheryl kewalahan. Kini, Cheryl pun tak mau kalah, beberapa kali dia ikut bergerak menyesuaikan gerakan maju mundur Gavin. Ya, pada akhirnya dia memang tidak pernah bisa lepas dari pesona seorang Arshaka Gavin Dewanata, laki-laki yang sudah menjadi cinta pertamanya, sekaligus suami dari tantenya.
Beberapa jam kemudian, Gavin tampak sudah rapi. Jam sudah menunjukkan pukul 13.30, ini saatnya Gavin harus meninggalkan Cheryl menuju ke proyek pembangunan. Amara pun sudah menunggunya di depan pintu bungalow. Jika boleh memilih, Gavin rasanya ingin tidur seharian memeluk tubuh Cheryl di dalam kamar itu.
Bermesraan dengan Cheryl seakan menjadi candu baginya tanpa sedikitpun rasa bosan. Sebelum Gavin pergi, dia memberikan kecupan hangat di bibir Cheryl.
Gavin lalu merapikan selimut gadis itu agar tidak kedinginan, karena saat ini Cheryl belum mengenakan apapun di balik selimut itu.
"Aku tinggal sebentar, sayang," bisik Gavin lembut lalu meninggalkan Cheryl yang saat ini masih terlelap.
Entah berapa lama Cheryl tertidur, saat dia membuka matanya, jam sudah menunjukkan pukul 16.00 sore. "Astaga sudah pukul empat sore? Pasti Om Gavin sudah pergi," ucap Cheryl.
Dia kemudian melihat seisi kamar yang saat ini sudah kosong, Cheryl lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Saat baru saja selesai mandi, tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk.
Cheryl lalu membaca pesan yang ternyata dari Gavin untuk mengajaknya bertemu di sebuah cafe di tepi pantai. Dia kemudian bergegas menggunakan pakaian dan make up tipis.
Saat Cheryl sampai di cafe tersebut, tampak Gavin sudah menunggunya di salah satu pojok cafe dengan menggunakan masker dan kacamata hitam. Ya bagaimanapun juga Gavin adalah seorang suami dari tokoh publik, istrinya seorang artis papan atas, jadi dia tetap harus berhati-hati saat berada di luar ruangan. Apalagi saat ini dia juga sedang mengajak seorang wanita untuk berkencan, itulah alasannya Gavin juga memilih duduk di dekat bagian yang sepi dan tertutup. Cheryl kemudian mendekat ke arah Gavin.
"Om!"
"Kau sudah bangun?"
Cheryl kemudian mengganggukan kepalanya. "Kenapa Om tidak membangunkanku?" tanya Cheryl.
"Kau sepertinya sangat lelah, apa tadi malam kau tidak tidur?"
Cheryl kemudian tersipu malu. "Tadi malam aku memang begitu gugup, aku gugup mau pergi berdua denganmu. Jadi, tadi malam aku tidak bisa tidur," jawab Cheryl dengan begitu polosnya yang membuat Gavin terkekeh.
"Om apa urusan pekerjaan Om sudah beres?"
"Tentu saja karena ada Amara. Biarkan dia yang menyelesaikan pekerjaanku, dia juga tahu aku sedang tidak enak badan. Jadi, aku izin untuk pulang lebih awal."
"Dasar modus!" gerutu Cheryl.
"Sayang, kau belum makan kan? Ayo makan, setelah makan kita jalan-jalan!" ujar Gavin. Cheryl lalu menganggukkan kepalanya. Mereka lalu memesan makanan, dan menikmati hidangan itu dengan canda tawa.
Gavin menatap Cheryl yang saat ini sedang menyantap makanannya. Rasanya hatinya begitu bahagia, bisa berkencan dengan wanita yang dia cintai. Sebenarnya, Gavin sering mengajak Diandra untuk pergi berdua, tapi Diandra tak pernah ada waktu untuknya.
Saat sedang menatap lekat Cheryl, tiba-tiba sesuatu terlihat menggangu pemandangan Gavin. "Cheryl, sebentar ada cokelat di bibirmu, biar aku bersihkan!" ucap Gavin. Tapi ternyata, Gavin bukan membersihkan cokelat di bibir Cheryl dengan tangannya. Namun, dia malah menjilat bibir Cheryl dengan lidahnya, lalu melummat kembali bibir itu dengan begitu lembut. Keduanya kini asyik memainkan bibir dan lidahnya dalam temaram senja di bibir pantai.
"Ini cokelat terenak yang pernah aku cicipi," ucap Gavin yang membuat wajah Cheryl bersemu merah.
Namun tanpa mereka sadari, sepasang mata tampak sedang mengamati mereka berdua.