NovelToon NovelToon
Buku Nabi

Buku Nabi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:674
Nilai: 5
Nama Author: Equinox_

Sebagai pembaca novel akut, Aksa tahu semua tentang alur cerita, kecuali alur ceritanya sendiri. Hidupnya yang biasa hancur saat sebuah buku ungu usang yang ia beli mengungkap rahasia paling berbahaya di dunia (para dewa yang dipuja semua orang adalah palsu).

Pengetahuan itu datang dengan harga darah. Sebuah pembantaian mengerikan menjadi peringatan pertama, dan kini Aksa diburu tanpa henti oleh organisasi rahasia yang menginginkan buku,atau nyawanya. Ia terpaksa masuk ke dalam konspirasi yang jauh lebih besar dari cerita mana pun yang pernah ia baca.

Terjebak dalam plot yang tidak ia pilih, Aksa harus menggunakan wawasannya sebagai pembaca untuk bertahan hidup. Ketika dunia yang ia kenal ternyata fiksi, siapa yang bisa ia percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Equinox_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pasar Bawah Tanah Dan Benua Selatan

Mereka berempat menuju Galeri Artefak Kekaisaran untuk melihat rekaman dari artefak yang merekam kejadian. Hanya tempat itu yang mempunyai akses untuk memutar kejadian tersebut.

Pada awalnya, Ms. Jenna hanya ingin membawa Aksa, akan tetapi Brian bersikukuh memaksa untuk ikut karena ia sangat tertarik dengan tempat favoritnya. Sedangkan Auriel memanfaatkan status nama keluarganya yang cukup terkenal di kalangan kekaisaran.

'Merepotkan. Tapi sepertinya pria yang menyebalkan itu tahu sedikit tentang artefak, dan wanita itu mungkin mengetahui sesuatu dengan pengetahuan dari keluarganya. Mungkin aku akan membiarkannya untuk sekarang,' pikir Ms. Jenna.

“Wuah! Luar biasa! Tempat ini benar-benar sepi, tak banyak orang.” Mata Brian berbinar sangat terang sehingga ia kegirangan.

Galeri Artefak Kekaisaran hanya dibuka untuk umum saat akhir pekan. Ketika hari biasa, tempat ini tertutup dan butuh akses khusus untuk memasukinya. Tentu ini menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi Brian.

Ia ke sana kemari melihat dan menjelaskan semua artefak yang terpajang kepada mereka bertiga, seperti seorang pekerja yang memandu pengunjung.

“Kau bilang ingin melamar di sini, 'kan? Apakah kau hanya ingin sebatas menjadi pemandu?” tanya Aksa.

Brian menjelaskan bahwa ini adalah momen yang ia tunggu. Ketika memberi tahu secara detail hal yang disukainya kepada Aksa, entah berapa kali ia membayangkan momen ini pada akhirnya terwujud.

“Tentu saja tidak. Aku ingin menjadi pembuat artefak yang luar biasa di sini.”

“Huh, seluar biasa apa pun orang sepertimu membuat artefak, toh tidak akan bisa sampai menjadi artefak spesial,” sindir Aksa.

Artefak spesial tidak bisa dibuat oleh seorang manusia biasa. Artefak ini merupakan buatan para dewa yang diturunkan turun-temurun kepada pengikutnya. Hingga saat ini, tak ada yang bisa membuat artefak spesial, bahkan Mr. Bright, Kepala Akademi, hanya bisa membuat artefak yang mendekati spesial, seperti alat transportasi teleportasi antar desa.

Artefak spesial berbeda dengan artefak lainnya yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Artefak spesial bisa memberikan kekuatan unik yang berbeda-beda pada penggunanya, akan tetapi diharuskan penggunanya adalah seorang yang mampu mengendalikan mentalnya. Jika tidak, maka pengguna itu akan gila.

Mereka berempat telah sampai di ruangan Tuan Ox. Mereka melihat sosok Tuan Ox yang menggunakan jas laboratorium berwarna putih, sedang merakit artefak.

“Whoa! Tuan Ox!” seru Brian yang menghampirinya. Ia menyalami tangannya dan menggoyangkan tangan Tuan Ox ke atas ke bawah dengan cepat, seolah benar-benar senang bertemu dengannya.

“Anda siapa?” tanya Tuan Ox.

Ms. Jenna menjelaskan bahwa ia yang membawanya kemari secara khusus untuk perkembangan dari kasus yang ia tangani. Walaupun dua sisanya tidak berhubungan dengan kasus ini, ia terpaksa membawanya.

“Baiklah, aku paham. Mari kita semua lihat rekaman kejadian itu.” Tuan Ox mulai memutar perangkat yang bisa dimasukkan artefak rekaman tersebut.

Mereka berlima menyimak rekaman kejadian dari pria bertopeng itu muncul hingga pembantaian yang dilakukan oleh kedua sosok berjubah putih itu.

Urat nadi Aksa menonjol. Jantungnya berdegup tak karuan. Ia benar-benar tak menyangka akan menyaksikan adegan ini dengan mata kepalanya sendiri. Orang yang ia sayangi dibunuh dengan sadis.

'Jadi, mereka pelakunya?! Akan kubalas! Balas! Balas! Balas! Balas! Dan membunuh mereka berdua!' pikirnya dengan niat membunuh yang menjalar ke seluruh ruangan Tuan Ox.

Brian yang menyadari hal itu mencoba menenangkannya. “Aksa, tenanglah sedikit. Untuk sekarang, fokus kita lihat selanjutnya. Bukankah ada sosok yang lain?”

“Topeng itu mirip sekali dengan apa yang beredar di Pasar Bawah Tanah,” sela Auriel yang tiba-tiba mengikuti perbincangan itu.

“Pasar Bawah Tanah?” tanya Tuan Ox, Brian, dan Aksa berbarengan, yang baru mendengar tempat itu di kekaisaran.

“Ho... tempat itu? Itu adalah tempat yang tak bisa dikunjungi orang sembarangan. Bahkan orang yang punya uang pun belum tentu memiliki akses,” jawab Ms. Jenna sambil memandang Auriel. “Bagaimana seorang nona dari Keluarga Valerius mengetahui tempat kotor seperti itu?”

Auriel acuh dan mengangkat kedua bahunya, tidak menjawab.

Rekaman itu terus berjalan hingga Tuan Ox memberhentikan rekaman pada layar biru itu saat seorang berjubah putih mengeluarkan cawan perak. Ia memperbesarnya agar bisa melihat dengan rinci.

“Perhatikan cawan perak itu dengan saksama,” ucap Tuan Ox dengan nada rendah. “Aku sudah meneliti dari mana artefak spesial ini berasal, dan dalam manuskrip kuno, dijelaskan bahwa cawan itu berasal dari tempat yang sangat jauh.”

“Dari mana?” tanya Aksa.

“Benua Selatan.”

“Jauh sekali. Mengapa orang seperti mereka datang kemari?”

Dunia saat ini dibagi menjadi lima benua yang sudah dijamah, yaitu Benua Barat, Timur, Utara, Selatan, dan Tengah. Akan tetapi, bagian benua yang belum terjamah seluruhnya adalah Benua Utara dan Selatan.

Karena cuaca ekstremnya yang sama dari kedua benua itu, di mana badai salju ekstrem tak berhenti setiap harinya, banyak binatang berbahaya yang tak diketahui menyerang penjelajah, hingga berbagai rintangan lainnya yang menyebabkan penjelajah sulit menjamah semua area kedua benua itu.

Tuan Ox memandang Aksa. “Entahlah. Nak, kau berada di sana terakhir kali. Apa yang kau bicarakan dengan tetua Kuil Klinx?”

Ms. Jenna memandangnya dengan serius, mengharapkan jalan baru yang menuntunnya pada penyelesaian kasus. Akan tetapi, yang ia temukan dari jawaban Aksa hanyalah jalan buntu yang tak berujung.

“Tetua tak mengucap banyak kata. Setelah memanggilku, ia sudah berpulang kepada pangkuan Dewa Klinx.”

Ekspresinya benar-benar tak bisa disembunyikan. Mulutnya mengatakan kenyataan yang pahit, tapi wajahnya menunjukkan kesedihan yang dalam.

“Baiklah, satu-satunya petunjuk yaitu Pasar Bawah Tanah. Aku akan melanjutkan penyelidikan ini lebih lanjut dan menuju tempat itu. Kalian semua bisa pulang. Urusan di sini sudah selesai,” ujar Ms. Jenna.

Aksa menolak untuk pulang. Ia bersikeras untuk melibatkan dirinya ikut serta dalam penyelidikannya. “Hei, Nona Badan Penyidik, kedua sosok itu...”

Belum menyelesaikan kalimatnya, Aksa dihalangi oleh Brian untuk mengatakan sesuatu kepada Ms. Jenna. “Aksa... jangan beritahu lebih lanjut apa yang kau alami. Mungkin tanpa campur tangan badan penyidik, kita bisa menemukan kedua pelaku itu,” bisik Brian, yang hanya terdengar oleh Aksa dan Auriel yang di dekatnya.

“Hei! Kau seenaknya memotong pembicaraan orang lain! Sudah kuduga kau ini orang yang bermasalah, ya, sejak kita pertama kali bertemu. Dan kau, anak berambut hitam, apa yang ingin kau ucapkan?” cecar Ms. Jenna, kesal dengan tindakan Brian yang memotong pembicaraan.

“Tidak, aku hanya melantur,” balas Aksa yang berada di belakang Brian.

Tuan Ox tertarik dengan perkataan Ms. Jenna sebelumnya. “Apa maksudmu pertama kali bertemu dengan anak remaja tampan itu, Nona Jenna?” potongnya.

Brian dan Ms. Jenna saling memandang satu sama lain, seakan berbicara dalam batinnya masing-masing.

“Lupakan, itu tak penting!”

'Bikin kesal saja. Sudah kuduga pria pirang itu tak harus kubawa. Selain kegirangan karena artefak, ia tak berguna sama sekali,' batin Ms. Jenna.

“Pasar Bawah Tanah, ya? Baik, terima kasih infonya, Nona Keluarga Valerius,” ucapnya sambil tersenyum kepada Auriel. Ia memandang ketiga murid akademi itu. “Dan kalian, jangan pernah ikut campur dalam penyelidikan. Ini bisa dianggap tindakan kriminal. Tanamkan ini dalam-dalam.”

Ia berterima kasih dan berpamitan kepada mereka semua, kecuali Brian, dan pergi untuk menjalankan tugasnya lebih lanjut.

1
Osmond Silalahi
mantap ini kelasnya
Osmond Silalahi
author, "misteri 112" mampir ya
indah 110
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Taufik: Terimakasih atas feedbacknya
terus tunggu update selanjutnya ^^
total 1 replies
Phedra
Masa sih, update aja nggak susah 😒
Taufik: hehehe tunggu kelanjutannya ya ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!