Gadis yang harus terpaksa menikah dengan CEO muda kaya, karena Ayahnya terlilit hutang yang banyak. Namun, apa jadinya ketika dia baru tahu setelah menikah. Suami nya itu adalah seorang psikopat pembunuh berdarah dingin.
Tubuh Zizi bergetar hebat karena Kenzo mengarahkan pisau itu ke mulut mungilnya.
"Sssttt … jangan banyak bicara, apa kamu mau mulutmu yang kecil cerewet ini disobek?"
Kenzo semakin mendekatkan pisau itu ke mulut Zizi. "Sepertinya aku ingin melukis di atas kulitmu yang mulus ini, tapi aku tidak mempunyai tinta."
Zizi yang masih gemetaran memberanikan diri untuk bersuara.
"Tuan maafkan saya karena saya tadi begitu lancang."
Namun, Kenzo tidak menghiraukan Zizi. "Bagaimana kalau pisau ini sebagai kuas untuk melukis, sepertinya akan sangat indah."
Mau tahu kelanjutannya cuss ...Dibaca saja!!
Warning … . bisa membuat KECANDUAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Hamil
Zizi berdiri di depan pintu Ayahnya untuk pertama kalinya setelah menikah dengan Kenzo. "Nyonya kita pulang saja, mungkin di dalam tidak ada orang." Jesi kasihan melihat Zizi sudah lama berdiri tapi tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka. "Sebentar saja, kalau kali ini tidak akan ada yang membuka pintu kita pulang."
Eliza Ibu tiri Zizi berjalan dengan cepat dia mengira paketan yang ia pesan datang.
"Sebentar…." Pintu terbuka wajah Eliza berubah. "Ngapain kamu kesini anak tidak tahu diri." Bukannya mendapat sambutan Zizi malah ucapan bedas yang keluar dari mulut Ibu tirinya. "Saya hanya ingin bertemu Ayah." Zizi tidak pernah mau memanggil Eliza dengan sebutan Ibu. "Ayah kamu sedang keluar kota, pergi kamu jangan mengotori rumahku dengan pakaian haram mu itu."
Zizi bukan yang dulu dihina akan diam saja lain halnya yang sekarang. Zizi mendorong Eliza hingga masuk kedalam. "Harta yang kamu makan pun haram dari hasil menjualku. Jangan sok suci." Eliza menunjuk wajah Zizi. "Kamu anak yang tidak pernah diinginkan, keluar dari rumah ku." "Kamu pelakor yang tidak tahu malu, ini rumah Ibu ku hasil kerja kerasnya selama hidupnya." Eliza yang geram menjambak rambut Zizi. "Lepas, tangan mu tidak pantas menyentuh sehelai rambutku."
Zizi tidak tinggal diam ia menarik rambut Eliza juga. "Kamu datang hanya untuk mencuci otak Ayahku, dan sekarang berlagak menjadi ratu di rumah Ibuku sendiri dasar wanita hina." Jesi tidak menyangka Zizi akan senekat ini berani melawan Ibu tirinya. Pak Hardian yang baru datang mencoba memisahkan keduanya. "Hentikan Zizi!! Ayah tidak pernah mengajarkan kamu begini." Eliza berlari kecil langsung ke pelukan Pak Hardian setelah berhasil melepas rambutnya dari jambakan Zizi. "Mas dia menjambak rambutku lihat rambutku jadi rusak." Pak Hardian menatap Zizi. "Kalau kamu hanya datang membuat onar dirumah Ayah, lebih baik kamu tidak usah kesini." Zizi masih diam melihat bagaimana Ayahnya mudah percaya dengan ucapan Eliza. "Mas Zizi mencakar wajahku perih sekali." Pak Hardian melepaskan pelukannya dari Eliza. "Apa maksud semua ini Zizi??" "Jangan tanyakan kepada ku, tanyakan semua kepada pelakor murahan Ayah ini." "Zizi sopan sedikit dia Ibumu."
"Ibuku hanya satu Ibu Ambar dan tidak akan pernah tergantikan sampai kapanpun, bukan pelakor yang hanya sebagai benalu."
"Pergi dari hadapan Ayah sebelum Ayah berbuat kasar kepada mu."
"Bella pelakor ini sepuas Ayah, yang telah tega menghancurkan rumah tangga Ibu dan Ayah. Suatu hari nanti Ayah akan menyesal telah membela orang yang salah." Pak Hardian menahan emosinya.
"Jaga harta Ayah sebelum pelakor ini mengurasnya." Zizi sempat mendorong Eliza lagi hingga terjatuh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Aku sangat capek hari ini Jesi."
Zizi duduk santai setelah pulang dari rumah Ayahnya tadi. "Ini jusnya Anda Nyonya silahkan di minum." Entah kenapa setelah mencium aroma jus jeruk itu Zizi merasa mual. Berlari untuk mengeluarkan isi perutnya. "Nyonya Zizi kenapa, perasaan ini jus kesukaannya." Zizi kembali duduk.
"Ganti aku tidak suka mencium jus ini."
Jesi menuruti perintah Zizi. "Apa mungkin aku masuk angin." Jesi kembali dengan jus mangga di tangan. Lagi-lagi Zizi berlari ke kamar mandi. "Aneh, tadi jeruk sekarang mangga." Zizi terlihat lemas. "Saya ganti dengan jus yang lain ya Nyonya?" Zizi menggeleng."Tidak usah Jesi, aku ke kamar dulu, mungkin aku masuk angin."
"Saya akan menghubungi Dokter Divya Nyonya, saya takut Anda kembali sakit."
"Aku baik-baik saja Jasi, aku cukup istirahat saja besok pagi sudah pasti membaik."
"Ya sudah, kalau Anda membutuhkan sesuatu panggil saya Nyonya."
"Kamu juga tidur Jesi ini sudah malam, aku tidak akan membutuhkan apa-apa."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Getaran pada ponsel Jesi membuatnya terbangun. "Hallo, ngapain nelpon sudah jam dua dini hari?" Niko gemas melihat mata Jesi yang berusaha tetap terjaga. "Apa kamu tidak rindu??" Membuat mata jesi terbuka lebar.
"Apa itu rindu? Aku sudah terbiasa tanpa mu." Niko sudah tahu bagaimana sifat Jesi gadis yang satu ini memang beda daripada yang lain. "Baiklah, aku akan menanyakan kabar anak ku apa dia sudah makan?"
"Sudah Ibunya." Sesingkat itu Jesi menjawab tidak ada romantisnya. "Aku akan lama disini jadi jaga Nyonya Zizi baik-baik."
"Pasti, tapa kamu minta. Tapi aku curiga Nyonya Zizi hamil." Niko terkejut mendengar Jesi. "Apa aku tidak salah dengar?" "Tidak, tadi Nyonya mual-mual."
"Jesi mual itu bukan pertanda hamil saja. Bisa jadi Nyonya Zizi masuk angin atau kecapekan." "Piling ku mengatakan Nyonya Zizi hamil." Niko berusaha berpikir keras.
"Jesi kamu sedang mengigau, tidur ucapanmu membuat bulu kuduk ku berdiri."
"Kalau benar Nyonya Zizi hamil." Jesi membuat Niko semakin penasaran.
"Jangan mikir yang tidak-tidak. Tuan Kenzo tidak pernah menyentuh Nyonya Zizi lagi setelah kejadian di Sembalun waktu itu."
"Kalau anak Tuan Darel gimana?"
Jesi semakin membuat kepala Niko mau pecah. "Kalau sampai terjadi kita akan menjadi tumba, hanya tinggal nama saja."
Sekarang Jesi yang menjadi gelisah.
"Semoga tidak benar, aku masih terlalu muda untuk mati." Jesiemelihat Kenzo sudah berada di belakang Niko. Tetapi Niko tidak menyadarinya. "Siapa yang hamil…."
Tuuuttt…Jesi langsung memadam ponselnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zizi lemas karena tadi malam bolak balik kekamar mandi. Ia baru bisa tidur setelah jam 3 pagi tadi. Jesi seperti biasa akan selalu masuk ke kamar Zizi dengan leluasa.
"Nyonya hari ini kita akan pergi ke salon."
Tidak ada jawaban dengkuran halus terdengar dari balik selimut, menandakan Zizi masih tidur nyenyak. "Tumben sampai jam 9 Nyonya Zizi masih tidur, apa tadi malam Nyonya begadang." Jesi meraba kening Zizi dia mengira mungkin Zizi sakit. "Nyonya tidak demam." Zizi bangun karena ada sesuatu yang ingin keluar dari mulutnya.
"Nyonya Anda sepertinya sakit." Zizi terus menerus muntah. "Aku tidak tahu Jesi, dari tadi malam aku ingin muntah terus."
"Kita periksa sekarang Nyonya, Dokter Divya tidak bisa datang karena sedang ada pasien yang di oprasi." Zizi pasrah karena ia tidak tahan bolak balik terus ke kamar mandi.
Beberapa hari ini memang Zizi merasa berbeda pada dirinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Atas nama Ibu Zivana Roselin." Zizi berdiri setelah lama menunggu. Akhirnya gilirannya yang masuk. "Silahkan masuk Nyonya saya tunggu di luar." Zizi masuk sendiri sedangkan Jesi menunggu di luar. "Selamat siang Nyonya, apa keluhan Anda." Dokter laki-laki itu tersenyum ramah. "Saya mual-mual Dokter, dan saya tidak suka aroma yang terlalu menyengat." "Sudah berapa bulan Anda telat datang bulan?" Zizi kembali mengingat ngingat. [Kenapa malah membahas datang bulan, aku kesini mau minta obat saja dan mau tau kenapa setiap pagi selalu mual.]
Tapi Zizi tetap menjawab pertanyaan dokter itu. "Kalau tidak salah satu bulan yang lalu Dokter." "Silahkan cek air urin Anda menggunakan Ini Nyonya." Zizi terlihat bingung karena baru kali ini melihat tespek.
"Saya tidak mengerti cara pakainya Dokter."
"Sus, tolong kasih tahu Nyonya ini cara menggunakan tespek dengan benar."
Suster yang kebetulan masuk itu membawa Sisi ke toilet. Meski Dokter Bagas bukan Dokter kandungan, tetapi ia tahu gejala yang di alami Zizi seperti orang yang hamil.
"Anda menaruh air urin Anda sedikit di sini ya Nyonya, setelah itu buka dan taruh tespek ini tunggu beberapa detik hasil nya akan kelihatan." Zizi sekarang mengerti suster itu keluar membiarkan Zizi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
[Ini tidak mungkin. Aku tidak mau Tuhan]
Ketukan pintu dari luar membuat Zizi kaget.
"Nyonya apa sudah selesai?" Zizi mengenal itu suara Jesi. "Belum Jesi." Zizi memegang tespek yang bergaris dua di tangannya.
[Kenapa harus benih laki-laki itu, aku harus bagaimana ini.] "Nyonya Anda baik-baik saja kan di dalam?" Zizi keluar masih berusaha menyembunyikan tespek itu. "Kita pulang saja Jesi kata dokter aku tidak apa-apa hanya masuk angin." Jesi tidak mudah percaya ucapan Zizi. "Anda menyembunyikan sesuatu dari saya Nyonya?"
"Tidak ada yang kusembunyikan Jesi." Saat Zizi melangkah tespek itu jatuh di sebelah Jesi. "Jadi benar Anda hamil Nyonya." Zizi menggigit kukunya karna sekarang Jesi sudah tahu. "Jesi aku harus bagaimana?" Jesi sekarang tidak bisa berbuat apa-apa.
"A-apa itu anak Tuan Kenzo Nyonya?" Jesi sebenarnya takut akan menyinggung perasaan Zizi. "Maksud kamu apa Jesi?"
Jesi berusaha tenang. Namun, hatinya sudah tidak karuan. "Maksud saya Nyonya, hanya Tuan Kenzo saja yang hem…."
"Anak siapa lagi Jesi, tidak mungkin aku hamil anak tuyul." Zizi kesal mendengar pertanyaan Jesi yang terlihat tidak percaya pada dirinya. [Apa Jesi pikir aku wanita murahan, yang sembarang pria bisa menyentuh ku.]
gak cocok jdi psikopat😂😂
jawabannya satu karena darel adalah PEBINOR hanya begitu dispesialkan disetiap novel yang novelisnya wanita,
kak tp q blm puas bgt mngkanya di bikin lg cerita anak2 mereka ya kak si arlon briana sm arlan aurora pasti g kalah seru dan bucin2.