WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 15
Semoga kalian semua di berikan kesehatan dan rejeki Lancar. Selalu patuhi protokol kesehatan dan pakai masker. TERIMA KASIH~
***
"Stark bawa penata rias kita ke prancis, ikut sertakan mereka terbang bersama kita karena pesawat akan langsung mendarat di landasan pribadi area Mansion Edoargo , kita tidak punya banyak waktu, suruh mereka mendandani Laura di dalam pesawat, sebelum landing."
"Baik Tuan." Kata Stark.
Laura sedikit banyak tenggelam dalam pikirnnya, Zafran kini benar-benar berbeda dengan Zafran yang pernah ia kenal dulu. Mungkin juga seleranya tentang wanita pun juga berubah. Terlihat bagaimana dia tidak puas dengan dandanan Laura yang mungkin terlihat udik bagi Zafran.
Helikopter tiba dan mendarat dengan mulus di halaman penginapan milik Laura yang memang sudah di desain untuk pendaratan helikopter, dulunya penginapan itu sangat ramai bahkan banyak turis yang menginap atau sekedar mendarat karena mereka memakai helikopter.
Semua pengawal bersiaga, Edward memberikan aba-aba pada Zafran serta Laura untuk naik ke dalam Helikopter, dan sang pilot siap kembali menerbangkan helikopternya di bantu oleh co-pilot.
"Kita siap menuju landasan Tuan, disana pesawat jet pribadi anda sudah selesai di maintance dan siap take off."
Kemudian sang pilot berbicara dengan seseorang yang lain melalui saluran komunikasinya, dengan menggunakan bahasa asing, untuk melakukan ijin terbang dan membuka jalan di udara.
Tak lama mereka telah sampai di landasan pribadi milik Zafran, tempat itu memiliki bangunan yang cukup besar dan mewah, bisa dikatakan bandara mini milik Zafran, terlihat juga beberapa pesawat Jet mewah berjejer rapi.
Laura turun di bantu Zafran, rambut Laura yang panjang berterbangan terkena angin dari baling-baling helikopter.
"Kita akan sarapan di pesawat, semua sudah di siapkan." Begitu kata Zafran sembari berjalan cepat dan menggandeng tangan Laura.
Gadis itu mengimbangi langkah Zafran sesekali ia mencuri pandang dan hanya terlihat rahang yang kuat dan punggung besar serta kekar milik Zafran. Pria itu begitu tinggi hingga Laura harus mendongak memandangnya.
Laura kini benar-benar merasa betapa kuat pengaruh Zafran. Seakan semua ada di dalam tangan dan genggamannya, Zafran berubah menjadi seorang pria yang sangat ingin mendominasi, dan Laura hanyalah seperti boneka yang harus mentaati semua titah Zafran, kini gadis itu sudah masuk ke dalam sangkar sang penguasa dunia, Pria Milliarder yang dingin dan kejam.
Pesawat sudah siap take off semua sudah di maintance, deru suara pesawat sudah menggema di telinga Laura, ketika pesawat semakin naik tubuh Laura terasa seperti terdorong ke belakang menekan kursinya.
Tak selang beberapa lama mereka telah mengudara di atas awan membuat Laura bernafas lega. Kini suara deru pesawat bahkan tidak terdengar lagi.
Sang pilot sudah memberikan pengumuman menggunakan bahasa asing, bahwa penumpang sudah diperbolehkan melepas sabuk pengaman dan diperbolehkan untuk berjalan-jalan.
Zafran berdiri dan mendekati kursi Laura, tangannya membuka belt safety milik Laura, membuat gadis itu gugup karena tangan yang kuat dan kokoh itu sedikit menyentuh paha dan perut bagian bawahnya.
"Apa kau takut?" Tanya Zafran kemudian.
"Sedikit, terakhir kali aku menaiki pesawat saat umurku masih 5 tahun, kurasa..." Laura menjawab tidak yakin.
"Sarapan sudah datang, makanlah dulu." Perintah Zafran, kemudian pria itu kembali ke tempat duduknya.
"Aku benar-benar seperti boneka yang diatur begini dan begitu, harus menuruti semua perintahnya." Gerutu Laura dalam hati.
Laura memakan sarapannya sembari melihat sekeliling pesawat, saat naik ia tidak sempat melihat bagaimana isi dan keseluruhannya karena Zafran menariknya begitu cepat.
Pesawat yang sangat mewah, bahkan tempat duduk nya pun bisa untuk berbaring, pesawat itu sepertinya memiliki kamar pribadi, kemudian mungkin di belakang masih ada tempat duduk lagi karena ia melihat Stark muncul dari belakang.
Laura tenggelam dalam kemewahan pesawat jet pribadi milik Zafran, kini ia berpura-pura membaca majalah atau melihat awan dari jendelanya, sesekali ekor matanya melirik apa yang sedang Zafran lakukan.
Sejauh ini Zafran tidak mengajaknya berdebat, seperti biasanya yang selalu memancing Laura untuk beradu argumen tentang perpisahan mereka yang tragis.
Zafran bekerja menggunakan Laptop, pria itu hanya memakan sepotong roti, dan kembali sibuk dengan laptopnya entah apa yang ia kerjakan.
Memang Laura akui semenjak sekolah Zafran selalu menjadi bintang sekolah berkat ketampanan dan kepintarannya, ia bahkan selalu menjadi juara umum peringkat pertama. Meski hanya menggunakan beasiswa namun Zafran sangat memanfaatkan beasiswa itu dengan sebaik mungkin.
Laura hanya khawatir bukankah di dalam pesawat dilarang menggunakan ponsel atau jaringan signal lainnya, dan ponsel harus dimatikan atau setidaknya pada mode airplane karena sepengetahuan Laura signal ponsel akan mengganggu navigasi.
Laura tersentak ketika Zafran tiba-tiba memutar kepalanya ke samping dan melihat Laura, pria itu mengangkat alis hitamnya seolah bertanya pada Laura "ada apa?"
Laura dengan cepat berpaling dan pura-pura kembali melihat awan dari jendelanya, sedangkan Zafran kembali bekerja menatap layar laptop dihadapannya.
Sesaat kemudian Laura kembali melirik Zafran dengan sembunyi-sembunyi lagi, menyerah pada ketampanan Zafran, betapa kini Zafran berubah menjadi sosok yang sangat berbeda. Lebih tampan dan berkharisma, tanpa melakukan apapun Zafran sudah mampu memikat setiap wanita.
Di lain sisi kini Zafran memiliki sikap dingin, angkuh, arogan, otoriter, sikap yang ingin mendominasi, serta ambisius. Zafran bukanlah tipe pemarah yang meledak-ledak, mungkin ia hanya tidak sabar.
Laura melihat Zafran yang sedang berkonsentrasi dengan latopnya, membuatnya semakin ingin berlama-lama memandang.
Tiba-tiba gadis itu tersadar, apa yang telah ia lakukan kenapa ia terbuai pada keadaannya sekarang dan kini Laura membenci dirinya sendiri, merasa malu dan tidak pantas untuk berada di dekat Zafran, ia merasa seperti wanita murahan yang mengejar Zafran hanya karena sekarang ia sudah menjadi orang yang kaya.
"Tidak, aku bahkan mencintainya sebelum ia menjadi yang sekarang, dan itu hanyalah perasaan masa lalu, sekarang aku tidak mencintainya, mungkin aku hanya terbawa suasana." Ujarnya dalam hati.
Zafran melihat ekspresi Laura gelisah.
"Kau mau makan sesuatu atau minum?" Tanya Zafran santai.
"Air mineral saja..." Jawab Laura, mulutnya terasa kering dan tenggorokannya serak.
Zafran berdiri dan mengambil botol air minum di kulkas mini, kemudian mengamati Laura meminum air mineralnya, gadis itu terlihat gelisah karena Zafran ada di dekatnya.
Saat Laura selesai meminumnya dan menutup botol mineral itu, Zafran dengan cepat menyambar botol dari tangan mungil Laura yang dingin dan gemetar, pria itu menyingkirkannya dengan secepat kilat.
Dengan sikap tenang, Zafran menundukkan kepala dan punggungnya. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Laura.
"Ap-apa?" Laura mendongak dan tersentak, gadis itu melotot.
"Tidak ada, aku hanya akan mencium mu." Gumam Zafran, suaranya parau, mata Zafran menatap lekat pada mata Laura, tangan Zafran mengunci Laura yang duduk di kursinya.
Laura jelas panik dan tidak siap dengan tindakan Zafran, ketika dirinya sedang lengah. Laura kebingungan dan membelalakan matanya, hingga menekan kepalanya pada kursi ingin menjauh dari wajah Zafran.
"Tap-tapii... Kau tidak boleh melakukannya padaku, kita sudah sepakat dan menandatangani perjanjian itu!"
"Seharusnya tidak apa-apa jika aku mencium mu Laura." Kata Zafran pada Laura.
"Perjanjian itu berisi, bahwa kau hanya tidak ingin tidur dengan ku." Sambung Zafran kembali.
Laura tercengang pikirannya benar-benar di kejutkan dengan semua perkataan dan pemikiran Zafran. Laura mengira jika Zafran menerima syarat yang Laura ajukan pria itu tidak akan menyentuhnya, tapi sekarang pria itu justru ingin menciumnya.
"Ya Tuhan dengan licik nya dia berani menipuku, dan menjerumuskan ku dalam sangkar penjaranya, menuruti semua titah nya dan merontokkan semua harga diriku. Dia berperan seolah menjadi Ksatria yang datang membantu melunasi hutang piutangku, namun sebenarnya ia hanya ingin membalas dendam padaku, menunjukkan betapa kaya nya dia sekarang, menunjukkan betapa berpengaruhnya dia sekarang, dan ingin mencabik-cabik serta membalas dendam padaku."
Laura kesal namun juga sedih, betapa berat ia harus melalui ini semua seakan kini harga dirinya telah di renggut oleh Zafran dengan membodohi nya.
Bersambung~