NovelToon NovelToon
The Love Story Of Pram And Kailla

The Love Story Of Pram And Kailla

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Contest / Cintamanis / CEO / Tamat
Popularitas:8.8M
Nilai: 5
Nama Author: Casanova

Novel ini adalah musim ke 3 dari kisah cinta beda usia antara Pram dan Kailla.

- Istri Kecil Sang Presdir ( season 1 )

Pernikahan karena perjodohan antara Pram dan Kailla. Rumah tangga yang diwarnai
dengan konflik ringan karena tidak hanya karakter tetapi juga umur keduanya berbeda jauh. Perjuangan Pram, sebagai seorang suami untuk meraih cinta istrinya. Rumah tangga mereka berakhir dengan keguguran Kailla.

- Istri Sang Presdir ( season 2 )
Kehadiran mama Pram yang tiba-tiba muncul, mewarnai perjalanan rumah tangga mereka. Konflik antara menantu dan mertua, kehadiran orang ketiga, ada banyak kehilangan yang membentuk karakter Kailla yang manja menjadi lebih dewasa. Akhir dari season 2 adalah kelahiran bayi kembar Pram dan Kailla.

Season ketiga adalah perjalanan rumah tangga Pram dan Kailla bersama kedua bayi kembar mereka. Ada orang-orang dari masa lalu yang juga ikut menguji kekuatan cinta mereka. Pram dengan dewasa dan kematangannya. Kailla dengan kemanjaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pram & Kailla 14

Pram menggulung lengan kemeja hitamnya, berdiri di depan cermin meja rias. Menyemprotkan parfum di beberapa titik, ia tersenyum saat celana panjangnya ditarik si sulung Bentley.

"Dadada ... dada ...." celoteh bayi lucu itu dengan tangan mungil menggenggam celana kain sang Daddy.

"Ya, Sayang. Daddy bersiap dulu, baru menggendongmu."

Sedangkan Kailla sibuk memerah asi untuk stok si kembar selama acara puncak family gathering yang diadakan di ballroom hotel. Ia memilih meninggalkan putranya pada pengasuh, tidak mau membawa keduanya di tengah keramaian. Ia tidak sanggup menghadapi kerewelan si kembar dan harus menjaga Pram dari Jennie di saat bersamaan.

Suara teriakan Kentley begitu melengking saat melihat Kailla duduk di sisi ranjang dengan pompa asi elektriknya.

"Ya, Sayang. Sebentar lagi, ya. Mommy harus memenuhi botol susu kalian dulu." Kailla berkata sembari menggoda putra bungsunya. Baby Kentley sudah mulai berdiri merambat di kakinya.

"Mamamam ... mamamam ...." celotehnya memukul pelan kaki Kailla dan memekik girang.

"Baru saja mamam, Sayang. Nanti lagi, ya." Kailla mengernyit, menggoda putranya.

"Kai, apa masih lama?" tanya Pram.

"Sebentar lagi. Aku mau membuat kedua botol ini penuh dulu, baru bisa meninggalkan mereka tanpa gangguan."

"Ya sudah, aku bawa anak-anak ke tempat Mama dulu. Kamu bersiap-siap, aku akan kembali secepatnya," ujar Pram, membungkuk untuk meraih tubuh Kentley. Mengendong si kembar di sisi kiri dan kanan.

"Bye-bye Mommy dulu ...." pinta Pram, menyodorkan kedua putranya agar Kailla bisa melabuhkan ciuman pada pipi gembul Bentley dan Kentley.

***

Ballroom hotel sudah disesaki karyawan dan petinggi RD group. Suara musik bercampur dengan obrolan-obrolan ringan mengiringi malam puncak acara family gathering. Pram dan Kailla terlihat duduk di salah satu meja bundar, bergabung dengan petinggi perusahaan lainnya. Dengan tampilan santai, keduanya duduk bersisian menikmati acara yang malam itu dipandu oleh salah satu host kenamaan Indonesia.

"Kai, apa kamu menyukai menunya?" tanya Pram, berbisik di telinga Kailla yang sedang menyantap steak.

Kailla mengangguk, tanpa sengaja penglihatan beradu dengan Jennie yang duduk tepat di hadapannya. Wanita itu diam-diam mencuri tatap ke arah mereka dan mengumbar senyuman saat tertangkap basah. Tatapan Jennie yang lebih tertuju pada Pram, membuat Kailla kesal sendiri.

"Sayang, aku tidak menyukai direktur barumu," keluh Kailla berbisik tepat di telinga Pram.

"Memang kenapa?" Pram menyunggingkan senyuman.

"Dia menatapmu ... seperti hendak memiliki. Aku tidak suka."

"Aku milikmu, biarkan saja." Pram berbisik dengan santainya. Tangannya mengusap punggung Kailla dengan lembut. Ia paham betul bagaimana Kailla.

"Aku tidak suka!" ungkap Kailla lagi.

"Biarkan saja, Kai. Kenapa harus mengurusi perasaan orang. Itu haknya. Mau melihat siapa, mau menyukai siapa. Yang terpenting itu suamimu, bukan yang lain." Pram menenangkan sembari mencuri kecupan di pipi Kailla.

Begitu bibir Pram mendarat mulus di pipi, Kailla seketika protes. "Sayang ...."

"Sudah aku katakan ... jangan pikirkan perasaan orang lain. Apa yang ingin kamu lakukan ... ya lakukan saja, sejauh itu tidak merugikan orang lain," lanjut Pram.

"Jangan terlalu dekat padanya, kalau tidak mau melihat istrimu menjadi tontonan semua orang. Aku tidak pernah main-main." Kailla mengancam. “Aku tidak segan-segan menjambaknya di tengah keramaian. Berani macam-macam padaku, kamu akan tahu sendiri akibatnya!” ancam Kailla.

"Ya, Sayang." Pram tergelak.

"Jangan menatapnya!" lanjut Kailla lagi, menyodorkan potongan steak ke dalam mulut Pram. "Aku tidak suka."

"Aku akan memejamkan mata sepanjang acara." Pram tersenyum. Dicemburui Kailla adalah salah satu hal terindah di dalam hidupnya. Cemburu Kailla menunjukan seberapa besar cinta yang ada untuknya. Semakin dicemburui Kailla, semakin ia gila karena bahagia.

"Sudah, jangan berisik. Habiskan steakmu. Jangan pedulikan Jennie, dia tidak ada apa-apanya dibandingkanmu." Pram berbisik di telinga Kailla sebelum akhirnya menegakan kembali posisi duduknya. Beruntung suara hiruk-pikuk acara membuat obrolan mereka tidak terdengar orang lain.

***

Senja memerah di sisi barat saat Kailla dan Pram memutuskan kembali ke Jakarta. Beberapa petinggi lainnya sudah berangsur meninggalkan hotel sejak siang. Kailla bergelayut manja di lengan Pram saat berpamitan dengan Jennie. Sebagai tuan rumah dan ketua panitia acara, tentu saja Jennie harus bersikap ramah pada atasan sekaligus owner perusahaan tempatnya bernaung.

"Maaf ... kalau ada kekurangan, Pram. Aku dan tim sudah berusaha semaksimal mungkin. Dan suatu kehormatan untuk kami ... sudah dipercayakan untuk menyiapkan acara ini." Jennie menyodorkan tangannya.

Belum sempat Pram menyambut, Kailla sudah mendahuluinya. "Terima kasih ... Ibu Jennie, aku dan anak-anak menyukainya. Benarkan, Sayang?" tanya Kailla, mengeratkan dekapan di lengan suaminya.

Tangannya masih belum mau melepas, sedikit meremas jemari Jennie. Ia mengirim tatapan tajam dan mengintimidasi. Bermaksud memukul mundur lawan tersembunyi yang diam-diam mengirim signal ancaman dan menebar pesona pada sang suami sejak kemarin.

"Kalau bukan direktur perusahaan, sudah kupastikan dia hancur di tanganku." Kailla menggerutu dalam hati.

"Kalau sedang bertugas ke Jakarta, silakan mampir ke kediaman kami ... Bu Jennie."

"Ya, em ...."

"Panggil aku Nyonya Pratama," tegas Kailla. Ia berusaha tersenyum ramah. Wanita di depannya sudah dimasukan ke dalam daftar ancaman. Ia tidak mau kecolongan.

Ia seorang istri dan ibu. Nalurinya semakin terasah hanya dengan membaca tatapan wanita lain pada sang suami. Suami tuanya yang masih mempesona dengan ketampanan dan kemapanan. Suami berumurnya yang sedang menghadapi fase-fase puber kedua. Suami matangnya yang menjadi incaran para gadis muda untuk menumpang kenyamanan.

Hidup mengajarkannya banyak hal. Bagaimana menjadi istri dan mempertahankan status istrinya di hadapan dunia. Ia sudah melihat banyak contoh di luar sana, para istri yang tersalip dengan kehadiran wanita lain. Dan ia tidak ingin rumah tangganya berada di dalam pusaran itu. Bagaimana pun, ia akan menjaganya sampai titik darah penghabisan.

"Baik, Nyonya."

"Ah ... aku lupa. Beberapa waktu lalu Ibu Jennie ini pernah menghubungimu, Sayang. Aku pikir salah sambung. Aku mematikannya." Kailla tersenyum. Ia tahu ucapannya terdengar tidak masuk akal, tetapi ia hanya ingin memberitahu wanita di hadapannya agar tidak berani mengganggu suaminya.

"Maaf ... Bu Jennie, suamiku tidak pernah bercerita tentangmu selama ini, jadi aku tidak tahu menahu. Next time, aku tidak akan melakukannya lagi. Maklum saja, suamiku ini tipe pria yang terbuka. Ponsel miliknya jadi ponsel kami bersama. Aku bisa membukanya setiap saat." Kailla berkata pelan. Berharap Jennie sadar, tidak ada ruang untuk mendekati Pram dengan cara dan alasan apa pun.

Ia tidak peduli dikatakan istri yang menguasai suaminya. Ia tidak peduli Pram kehilangan wibawa di depan Jennie. Saat ini, ia tidak melihat Jennie sebagai bawahan suaminya, tetapi sebagai ancaman di dalam rumah tangganya. Tatapan dan lirikan Jennie selama dua hari di Bandung, sapaan-sapaan yang terkesan manja, bagi Kailla sudah menodai keprofesionalan Jennie dalam pekerjaan. Untuk itu, Kailla merasa ia tidak perlu bersikap profesional sebagai istri dari pemilik perusahaan. Masih bagus, ia tidak menegur Jennie karena berani memanggil nama Pram tanpa embel-embel.

***

"Kenapa bersikap seperti itu, Kai?" tanya Pram. Keduanya sudah berada di dalam mobil yang dikendarai Bayu.

"Aku tidak suka dengannya, Sayang. Sejak awal aku tahu arti tatapannya. Apa kamu tidak bisa memecatnya saja?" keluh Kaillan bersandar di pundak Pram.

Perjalanan pulang ke Jakarta, Kailla merelakan kedua putranya ikut dengan Kinara dan Binara. Di sana lebih luas, si kembar akan lebih nyaman. Apalagi ia sudah menyiapkan asi perah di dalam cooler bag untuk bekal di perjalanan. Dan Kailla masih berkesempatan menyusui mereka saat berhenti di rest area.

"Tidak bisa, Sayang. Memecat dan menerima karyawan itu bukan seperti mempekerjakan asistenmu. Ada prosedur dan aturan. Ada kontrak kerja juga, apalagi Jennie menempati posisi puncak di anak perusahaan kita. Kalau pun harus memberhentikannya, harus ada alasan yang logis. Misalnya ... dia membuat kesalahan atau ...."

"Aku mengerti," potong Kailla.

"Kalau mengerti jangan marah-marah lagi." Pram berusaha membujuk. Menautkan jari-jarinya pada jemari Kailla.

"Ya ...." Kailla menjawab dengan wajah cemberutnya. Terbayang, ke depan ia harus lebih extra mengawasi Pram.

"Aku menyukai kecemburuanmu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Cukup fokus pada si kembar dan kuliahmu saja."

"Ya ...." Kailla melingkarkan tangannya di pinggang Pram, memeluk dan bermanja seperti suaminya. Tanpa si kembar, ia bisa menguasai Pram sesuka hati.

***

Mobil yang dikendari Bayu akhirnya keluar tol menuju ke kediaman mereka. Sepanjang perjalanan Kailla menghabiskannya dengan tidur. Sedangkan Pram sibuk dengan ponselnya, mengecek beberapa proyek melalui foto yang dikirim pengawas lapangan.

Di tengah keheningan, Bayu yang melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata itu mendadak menginjak pedal rem. Laju mobil terhenti dengan suara decitan nyaring bersama dengan kereta besi yang berguncang hebat.

Kailla terbangun tepat saat tubuhnya terhempas ke depan seiring dengan bunyi dentuman di bagian depan mobil. Bayu menabrak sesuatu. Benturan mobil tidak terelakan meskipun berusaha menghentikan laju dengan maksimal.

"Kai, apa kamu baik-baik saja," tanya Pram sesaat setelah mobil berhenti.

"Ya hanya kepalaku membentur kursi depan." Kailla menjawab sembari memijat kepalanya yang pusing.

"Ada apa, Bay?" tanya Pram.

"Sepertinya ... aku ... menabrak seseorang, Bos." Bayu terbata. Lampu mobil menyorot tubuh terkapar di tengah jalan. Terpental beberapa meter ke depan saat membentur bagian depan Mercedes Benz E- Class yang dikemudikannya. Laki-laki tak berdaya itu mencium aspal, berhias darah segar yang mulai mengenangi di sekitar kepala. Beberapa orang mulai mengerubungi.

Bayu membeku, Kailla dan Pram terkejut. Di tengah situasi itu, beberapa orang menggedor kaca mobil dengan wajah amarah. Gedoran keras yang menyadarkan ketiganya.

"Sayang ... bagaimana ini?" tanya Kailla dengan suara bergetar, memeluk Pram. Ia melihat sendiri sang korban yang terbaring tak berdaya, tak bergerak dan mengenaskan.

"Apa dia mati?" tanyanya ketakutan.

“Ssstt, tidak apa-apa. Semua baik-baik saja,” bisik Pram memeluk erat Kailla.

***

Tbc

1
Fitri ahmad
kok gak ada aq klik judulnya
Fitri ahmad
buset dahhh.. kuluarga upin ipin
Ayu Galih
Baguus banget karya2 mu kak dr awal 1,2 & 3 aqu ikutin cuma sayaaangnya aqu gk bisa lihat season ke 4 nya sefih bangeet ..😌
untuk yg lain aqu sdh melimpir kak...SEMANGAT ...
kalea rizuky
kaila kek bocah ua pernah selingkuh sih maklum suaminya tua jd liat yg muda kek. maruk/Smug/ jd inget dia pas selingkuh ma koko ditya ampe ciuman bibir menjijikan
kalea rizuky
Q baca lagi di taun 2025
Tifanny Lette
ceritanya real mana mba
Tifanny Lette
ceritanya real mana
Tifanny Lette
mba tau judul ceritanya panji dan ellena kah
Abiy Dewa
Luar biasa
Mak sulis
ternyata Keysa mendonorkan darah untuk Kailla..
membayangkan Pram kok mumet mboyong keluarga ke negri singa dan gak tau sampe kapan demi keamanan.
sat set sat set
Mak sulis
semoga ini jadi pelajaran dan pendewasaan buat Kailla
Mak sulis
hadduh kok Kailla juga diculik tapi gak papa sih..bisa ketemu anaknya.. tapi ngomong2 Sam kemana.. bakalan dirujak Pram ini
Mak sulis
Kailla jangan gegabah buat bergerak sendiri..dari pada tambah runyam
Mak sulis
Kailla dilarang menampakkan diri di hadapan Pram, ehhhslah nyusul ke kantor
Mak sulis
masih juga dikandungan sudah onty main jodoh2in aja
Mak sulis
warung sudah dibuka hidangan siap disantap ehhh gagal gara2 TLP interupsi
Mak sulis
Pram salah perhitungan..dg minta bantuan mama berharap bisa ngasih solusi malah dimarahi
Mak sulis
penasaran apa rencana Pram untuk membalas perlakuan Kai yg memancing dg memakai lingerie tapi harus jaga
Mak sulis
Sam semangaaaat!!!💪🏼💪🏼💪🏼 kerjaanmu double2😁
Mak sulis
lega..akhirnya Pram tau kalo Kailla hamil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!