Apa jadinya kalau CEO dan asistennya selalu bertengkar hanya karena hal sepele?
Andrian yang selalu saja ribut dengan Jasmine asistennya dalam segala kesempatan. Tiada hari tanpa keributan antara mereka, dari saling mengejek dan menggoda jadi aktifitas mereka disela kegiatan kantor.
Seiring kebersamaan dan langkah mereka yang sering ribut justru menimbulkan perasaan nyaman antara keduanya. Namun gengsi seakan menahan perasaan keduanya untuk tidak terucap.
Mampukah mereka saling jujur akan perasaan masing-masing? atau justru terus terperangkap pada gengsi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesurupan
"Dasar payah menangkap seorang wanita saja kalian tidak bisa" ucap seorang wanita marah pada orang yang ia hubungi.
"........."
Tiba-tiba suara pintu di ketuk dari luar membuat wanita itu melirik kesana dan meminta si pengetuk masuk.
Melihat siapa yang masuk, Mini pemilik ruangan segera mengakhiri sambungan telponnya.
"Sudah dulu ada orang, nanti kumpul di tempat biasa" ucap Mini.
Jasmine masuk dan disuguhkan oleh pemandangan yang merusak matanya.
Bagaimana tidak merusak mata, Mini duduk di kursinya dengan kaki yang ia angkat ke atas meja. Rok pendek ketat yang di gunakannya tidak bisa menutupi dengan sempurna bagian bawahnya hingga menampakkan ****** ******** yang berwarna pink.
Untung kakinya mulus kalau ada gope'an nya pasti lucu tuh batin Jasmine saat melihat paha dan dalaman Mini.
"Kenapa?" tanya Mini menatap sinis Jasmine.
"Pak Andrian minta mbak untuk mengkofi ini lalu disalin dan di cetak" jawab Jasmine menyerahkan kertas bertuliskan tangan pada Mini.
Mini melirik kertas yang di berikan oleh Jasmine lalu melemparkan buku catatan kecil.
"Tulis ulang di buku itu, tulisanmu sangat jelek hingga merusaak penglihatanku, kertasnya juga lusuh seperti wajahmu" ejek Mini merendahkan Jasmine.
Jasmine mengambil buku catatan milik Mini dan juga pulpennya.
"Yakin mbak tidak mau kertas yang itu aja!" ucap Jasmine.
"Yakinlah, buat apa kertas buluk begitu kau berikan padaku" sinis Mini.
Jasmine menahan senyumnya lalu mulai menulis. Gimana reaksinya nanti kalau tahu ini tulisannya Andrian ya? kerjain ah! gumam Jasmine dalam hati.
"Cepat nulisnya lambat banget sih nulis gitu aja" sentak Mini sembari melihat-lihat kuku tangannya dengan gaya centil.
"Sabar kali mbak, orang sabar jodohnya lebar" sahut Jasmine santai.
"Jawab lagi, udah buruan siapin" kesal Mini menatap tajam Jasmine yang nampak tidak perduli.
Setelah selesai menulis Jasmine menyerahkan buku catatan Mini yang sudah ia tulis ulang.
"Ini mbak bukunya" ucap Jasmine.
"Pulpennya sekalian jangan kau curi" sahut Mini.
"Nih pulpen murahan aja" ejek Jasmine.
"Yakin tidak mau yang ini aja mbak kertasnya! wangi loh ini" lanjut Jasmine.
"Buang kertas itu jauh-jauh" ucap Mini mengibaskan tangannya.
"Padahal ini tulisan pak Andrian sendiri, ya udahlah" gumam Jasmine lalu meremas kertas di tangannya dan di lemparkan ketempat sampah.
Mendengar Jasmine mengatakan tulisan Andrian sendiri sontak membuat Mini bangkit dari duduknya.
"Tulisan Andrian! mana kertasnya sini?" pinta Mini mengulurkan tangannya.
Jasmine pura-pura polos lalu menatap kertas yang ada di tempat sampah.
"Yah udah ku buang mbak ketempat sampah, tulisannya juga jelek dan kertasnya lusuh, mbak kan tidak suka yang seperti itu" ucap Jasmine.
Mini di buat kesal setengah mati oleh gadis di depannya ini.
"Kenapa tidak kau bilang dari tadi kalau itu tulisan Andrian sendiri hah!" teriak Mini marah.
"Kan mbak tidak nanyak ya sudah toh juga itu udah ada tulisannya" tunjuk Jasmine pada buku yang baru ia tulis tadi.
Dengan menahan kesalnya Mini kembali duduk dengan menaikkan sebelah kakinya ke atas kaki satunya.
"Pergi sana mau apa lagi tetap di situ!" kata Mini mengusir Jasmine.
"Aku nunggu kofiannya mbak, pak Andrian minta sekarang juga trus salinannya nanti mbak yang pelajari" ucap Jasmine.
Mini melirik tajam pada Jasmine.
"Aku sendiri yang akan bawa kofiannya sama Andrian nanti, kau pergi sekarang juga" usir Mini.
"Tapi mbak pak Andrian minta sekarang bukan nanti" kekeh Jasmine.
"Heh! aku ini sekretaris kau cuma asisten yang artinya pembantu jadi tidak usah sok ngatur pergi sana" teriak Mini lalu melayangkan vas bunga kecil ke arah Jasmine.
Dengan cepat Jasmine menghindar dari lemparan vas itu hingga yang tidak mengenai dirinya.
Namun ternyata bertepatan dengan melayangnya vas itu ada yang membuka pintu ruangan. Jadilah lemparan Mini mengenai orang yang salah.
Lebih parahnya lagi yang kena lemparan adalah Andrian sendiri.
Karena ada hal yang lupa ia sampaikan pada Jasmine untuk di lakukan Mini, jadilah ia menyusul ke ruangan sekretarisnya dari pada harus menyusuh Jasmine bolak-balik.
Kedua wanita itu terkejut melihat siapa korban vas bunga Mini. Jasmine langsung mendekati Andrian begitupun dengan Mini yang nampak ketakutan.
"Ya ampun Andrian, kamu tidak apa-apa?" tanya Jasmine khawatir sembari mendekati Andrian yang terkena lemparan.
Untung Andrian masih sempat menghalangi vas terbang itu dengan tangannya hingga lengan kirinya yang kena.
"Kenapa kalian ribut sekali disini?" tanya Andrian datar tapi membiarkan Jasmine memegang lengannya.
Jasmine melepaskan pegangannya lalu sedikit mundur dari samping Andrian karena suasana yang mulai menegangkan.
"Pembantu kamu tuh jahat banget si mas, masa dia lempar aku pake vas bunga untung aku tidak kena loh" ucap Mini manja lalu memeluk Andrian dan melirik sinis Jasmine.
Mendengar dirinya di tuduh tentu saja Jasmine tidak terima.
"Dari posisi berdiri aja udah tahu mana yang salah, logikanya kalau aku yang lempar mbak pasti arahnya ke kursi mbak itu bukan ke pintu karena posisiku membelakangi pintu" ucap Jasmine mengabaikan tatapan datar Andriaan.
"Heh jangan ngelaknya kau, jelas-jelas tadi kau yang lempar waktu aku mau ke sana" tunjuk Mini pada lemari di sisi sebelah mejanya.
"Yayaya lempar batu sembunyi tangan, udah salah ngelolong duluan" ucap Jasmine.
"Saya duluan ya pak udah jam istirahat tuh, tenangin aja dulu tuh pacarnya yang lagi kerasukan" lanjut Jasmine kemudian pergi dari ruangan itu.
Saat ia sudah di luar ruangan Mini hendak menuju lift tiba-tiba ada yang menanggilnya.
"Jasmine!"
Si pemilik nama berbalik melihat yang memanggilnya.
"Mas Hendri, kenapa mas?" tanya Jasmine melihat Hendra yang mendekat.
"Mau makan siang ya! bareng yuk" tawarnya.
"Kebetulan, yuk lah" ucap Jasmine mendapat senyuman senang dari pemuda itu.
Keduanya kembali berjalan menuju lift, ketika pintu akan tertutup ada kaki yang mengganjal pintu hingga terbuka kembali.
"Eh Ndri! mau ikut makan siang bar..reng" ucapan Hendri mengecil di akhir kata karena Andrian sudah menarik gadis di sampingnya.
Andrian yang kaget melihat tingkah Mini yang tiba-tiba memeluknya hanya diam saja, lalu saat mendengar Jasmine mengatakan kalau Mini pacarnya yang sedang kesurupan kemudian pergi, Andrian langsung mendorong Mini.
Lalu meninggalkan Mini untuk mengejar Jasmine.
Tentu saja Mini sangat senang karena ia berpikir kalau Jasmine akan di marahi atau di pecat.
Andrian menarik Jasmine kembali keruangannya di ikuti oleh Mini di belakang mereka yang tersenyum penuh kemenangan dan ingin melihat bagaimana Andrian memarahi Jasmine demi membelanya.
Saat sudah di dalam ruangan Andrian menarik Jasmine duduk di sofa yang sudah ada kotak makanan di meja depan mereka.
"Mau ngapain sih narik-narik udah kayak teh aja nih tangan di tarik-tarik" kesal Jasmine, tapi dalam hati sudah berdebar karena mengira Andrian akan memarahinya.
"Nih makanan kamu, enak aja mau makan sama Hendri trus pesanan kamu mau di kemanain" ucap Andrian memberikan dua kotak makanan di hadapan Jasmine dan satu cup minuman dingin.
Jasmine lega karena tidak di marahi malah di kasih makan. Dengan senang hati Jasmine menerima makanan gratis itu, lumayan hemat uang batin Jasmine mulai membukan kotak makanannya.
Lain halnya dengan Mini yang tercengang melihat apa terjadi di hadapannya tidak sesuai bayangannya.
"Mas, dia tadi udah lempar kamu loh! kok bukannya di pecat sih malah di kasih makan" herannya sekaligus kesal.
"Yang bilang mau pecat siapa?" tanya Andrian santai sembari mulai makan.
"Mau mbak!" tawar Jasmine melihat Mini yang kesal.
Sambil menahan amarahnya Mini pergi dari ruangan Andrian dan menutup pintu dengan kuatnya.
Jasmine cekikikan melihat hal itu.
"Makin kesurupan aja tuh dia" gumam Jasmine sambil makan.
Andrian menghela nafas sejenak melihat tingkah Mini yang sangat kekanakan menurutnya.