Karena ulah wanita yang ia cintai kabur saat usai akad nikah, Letnan Harley R. A Navec tidak sengaja tidur dengan wanita yang berbeda, gadis yang sebenarnya sudah menjadi pilihan orang tuanya namun ia merahasiakan hal besar ini. Harley Navec hanya menganggap Pranagita Kairatu Inggil Timur sebagai adik, apalagi gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. Disisi lain, jiwa petarung dan jiwa bebas Harley masih melekat dalam dirinya.
Sakit hati yang mendalam ia lampiaskan di setiap harinya pada Gita hingga gadis lugu itu hamil. Sebenarnya perlahan sudah terbersit rasa sayang apalagi setelah tau Gita hamil namun kakunya Letnan Harley membuatnya kabur hingga bertemu kembali dengan seorang pria yang dulu pernah berkenalan dengannya tanpa sengaja, Letnan Herlian Harrajaon Sinulingga.
Pernikahan Letnan Harra dan Gita pun terjadi, rintangan silih berganti menghampiri hingga hadir istri titipan karena.....
SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Gara-gara Bang Ke.
"Eehh, Git.. Abang penasaran dah. Bijimana ceritanya lu bisa kawin sama si Black. Di mana-mana perempuan yang waras pasti pilih laki-laki normal. Dia mah killer, lu merasa di dukunin nggak sih?" Tanya Bang Vial masih saja penasaran.
"Nggak, Bang. Ya Gita mau nikah sama Bang Harra karena beliaunya memang baik. Iya sih kadang galak, tapi menurut Gita nggak seseram itu deh, Bang." Jawab Gita.
"Waahh.. Bener nih, di dukunin nih anak." Gumam Bang Vial.
"Memangnya kenapa, Bang??"
"Nggak.. Menurut Abang, Harra juga aneh lho Git. Pikirannya tuh kadang laki banget, tapi kita semua nggak pernah lihat dia dekat sama perempuan. Dia godain perempuan di jalan pun juga hanya sekedar formalitas. Kita malah mikir kalau dia tuh sebenarnya belok, atau mungkin fantasinya hanya sama laki. Tapi selama dia nggak nyamber kita-kita sih oke aja." Kata Bang Vial. "Eehh.. Kamu jangan cemas ya. Ini rahasia kita berdua.. Hanya saja lihat kamu hamil begini, kita sudah yakin sih kalau Harra itu sewajarnya laki-laki."
Gita mulai terdiam, hal ini bahkan sama sekali tidak terpikir olehnya. Tapi jujur ucapan Bang Vial sedikit banyak telah memperngaruhi perasaannya.
'Bang Harra memang terlihat laki banget sih. Masa iya Abang nggak pernah ngelirik perempuan. Pantas semalam Gita di pindahin ke kamar, ternyata memang Abang nggak suka dekat sama Gita. Nyatanya anak ini pun anaknya Bang Harley, bukan anak Bang Harra.'
...
"Gita mau tanya sama Abang." Celetuk Gita saat Bang Harra usai menata sisa ranting kayu di samping rumah.
"Tanya apa?"
"Kenapa semalam Abang pindahkan Gita ke kamar?? Kenapa Abang nggak mau dekat sama Gita. Nggak mau tidur sama Gita." Tanya Gita tanpa basa basi.
"Kau pasti sudah paham jawabannya. Itu semua juga demi keselamatanmu sendiri, dek."
Gita tak peduli akan jawaban tersebut, ia mendekat lalu berjinjit hendak mengecup bibir Bang Harra.
Bang Harra segera mundur teratur karena dirinya baru saja merokok tapi ekspresi wajah Gita seketika berubah.
Jelas saja ada rasa kecewa dalam Bang Harra pun menangkap sesuatu yang tidak biasa dari istrinya itu.
"Sejak kapan Abang jadi g*y???"
"Haaahh.. Apaa?? Coba ulangi..!!!!!!!" Kini nada suara Bang Harra mendadak meninggi. "Darimana pikiran terkutuk itu berasal?????"
"Gita sudah tau, pokoknya Gita sudah tau semuanya." Jawab Gita kemudian masuk ke dalam kamar. "Gita mau cerai..!!"
Bang Harra terperangah hingga kemudian mengurut pangkal hidungnya. Sejenak ia terdiam, pikirannya terus berputar sambil mondar-mandir mengingat akan hal apa saja yang sudah terjadi tadi.
"Kenapa Gita bisa berpikir begitu?? Siapa yang sudah mengotori pikirannya??? G*y??? Aku g*y??? Sudah jelas setengah mati aku ngebet sama dia." Gumamnya geregetan. "Apalah mulutnya tadi?? Cerai?? Enak saja.
Tak buang banyak waktu, Bang Harra ikut masuk ke dalam rumah dan berusaha membuka pintu kamar tapi ternyata Gita sudah menguncinya rapat.
"Ya salam. Ini kenapa pakai di kunci sih, dek?? Lubang kuncinya macet. Bagaimana caramu keluar????"
"Bohong..!! Nggak usah alasan hanya untuk menjelaskan. Gita sudah tau semuanya. Abang nikah sama Gita biar nggak ketauan, kan??? Semalam Abang nggak mau tidur sama Gita sudah jadi alasan kuat. Tadi.. Gita mendekat pun Abang menjauh." Celoteh Gita.
"Ya Tuhan, Gitaaa.. Sekarang Abang tanya, kau tadi ngobrol sama siapa saja???"
"Memangnya kenapa?? Ini rahasia antara Gita dan Bang Vial." Jawab Gita terdengar jelas di telinga Bang Harra.
"Bang Ke, B*****t." Bang Harra menepak pintu dengan kesal lalu menghubungi sahabatnya. "Kesini, kau..!!"
...
"Istrimu sungguh lucu.. Ahahahhaha.." Bang Vial tertawa lebar sedangkan para sahabatnya yang lain ikut menahan tawa. Mereka ikut disana karena suara keras Bang Harra terdengar sampai luar.
"T*i, kau betul-betul t*i. Ternyata kau yang sudah cuci otak istriku." Umpat Bang Harra masih meradang.
"Aku hanya bercanda, ternyata ucapanku masuk benar di hati istrimu. Lugu sekali istrimu itu. Pantas kau sayang betul sama dia." Ujar Bang Vial sambi berusaha membuka kunci kamar dirumah Bang Harra.
Setiap perkataan Bang Vial kini terasa bagai belati yang menghujam perasaan Bang Harley. Entah kenapa rasa sesal itu kian terasa menusuk hatinya.
Bang Harley memilih menepi untuk meringankan beban pikirannya. Tau Abangnya sedang gundah, Bang Heldar pun ikut keluar.
"Kalau nyatanya sesakit ini, kenapa kau tidak tanggung jawab sejak awal. Sekarang Gita sudah bahagia bersama Black, kalau kau berniat mengganggu, lebih baik kau urungkan niatmu, kau juga tau bagaimana kawanmu itu, darahnya selalu mendidih, emosinya tinggi. Apa kau mau mati konyol di tangannya." Tegur Bang Heldar.
"Hatiku memang sakit, sesalku sudah pasti ada. Tapi aku masih waras, masih paham batasan ku." Kilahnya.
"Mudah-mudahan ucapanmu benar."
"Sebegitu tidak percayanya kamu???" Tanya Bang Harra.
"Selama kau adalah Abangku, aku akan berusaha tetap percaya padamu, Bang. Kecuali kau yang tidak menganggapku sebagai saudara." Jawab Bang Heldar kemudian meninggalkan Bang Harley sendirian.
Kaki Bang Harley rasanya lemas seketika. Ia terhuyung bersandar pada tiang kanopi rumah Bang Harra. Dari posisinya, Bang Harra bukannya tidak paham apa yang terjadi namun dirinya juga ingin memberi Bang Harley sedikit pelajaran, laki-laki adalah pusatnya pikiran untuk menghidupkan dunia, ia ingin sahabatnya itu bisa lebih terbuka agar tidak selalu menatap bayang masa lalu yang mungkin terasa sangat menyakitkan.
'Jika pikiran laki-laki adalah cahayanya dunia, makan wanita adalah jantung dan nafasnya dunia. Seharusnya kaum pahami posisimu lebih dulu. Bagaimana kamu bisa menuntun langkah istrimu jika pandanganmu ikut gelap. Dunia ini akan indah jika jantung dan nafasmu tenang lagi seirama denganmu. Itulah yang di sebut 'nyawa', kau harus bisa menghidupkannya'.
"Ting, di congkel saja ya. Beneran macet nih." Kata Bang Vial menyadarkan Bang Harra.
"Terserah, kau gigit juga tak masalah." Jawab Bang Harra. "Dek.. Adek mau jajan apa?? Jangan ngambek lagi lah, sayang." Bujuk Bang Harra.
.
.
.
.
konfliknya makin komplek, mantapp💪💪