NovelToon NovelToon
Anak Pembawa Berkat

Anak Pembawa Berkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rachel Imelda

Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ide yang Bagus

"Kalo Gitu hati-hati yah, Mas. Aku pamit ya. Pak Lurah saya permisi ya" pamit Cia.

Pak Lurah dan Juna pun menganggukkan kepalanya.

"Iya Cia, Makasih" Cia berjalan keluar dari halaman rumah Pak Lurah Hadi.

Pandangan mata Juna mengikuti kepergian Cia. Pak Lurah menyadarinya dan berkata "Sepertinya sudah ada benih-benih cinta yang tumbuh di desa Swadaya ini" kata Pak Lurah Hadi.

"Hah. Paman bilang apa?" tanya Juna.

"Sepertinya sudah ada benih-benih cinta yang tumbuh di desa Swadaya ini" Pak Lurah Hadi mengulangi perkataannya.

"Apa sih Paman" kata Juna malu. Wajahnya berubah warna menjadi merah muda. Kulit wajahnya yang putih membuat perubahan warna itu sangat terlihat.

"Hahahha kayaknya ponakan Paman yang tampan ini sedang jatuh cinta dengan kembang desa Swadaya" kata Paman lagi.

"Paman jangan nyebar gosip ih" kata Juna lalu masuk ke dalam. "Aku mau siap-siap dulu" lanjutnya lagi. Pak Lurah Hadi cuma tersenyum melihat ponakannya yang malu-malu pus.

Di kediaman Juragan Darmo. Bruno sedang di marahin abis-abisan oleh Juragan Darmo. "Kerja begitu aja gak becus" kata Juragan Darmo.

"Juragan saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Juragan. Tapi sekarang saya ketahuan dan saya dihukum. Selain diusir dari Desa ini saya juga bertanggung jawab memperbaiki icon kebanggaan itu, Juragan. Saya mau ambil uang dari mana untuk memperbaikinya. Dan Saya juga tidak tahu akan kemana nanti." kata Bruno. Siapa tahu Juragan Darmo mau membantunya kan?

Tetapi Juragan Darmo. "Yah salah kamu sendiri siapa suruh sampe ketahuan. Tanggung sendirilah akibatnya" Kata Juragan Darmo tanpa perasaan sama sekali. Padahal itu kan karena disuruh oleh dia. Jahat memang si Juragan ini.

Bruno menatap Juragan Darmo dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

"Apa kamu liatin saya. Sudah sana pergi. Mulai sekarang kamu bukan anak buah saya lagi. Kerja gitu aja gak becus sampe ketahuan" kata Juragan Darmo lalu pergi meninggalkan Bruno sendirian.

Bruno mengepalkan kedua tangannya. Ada sesuatu di dalam hatinya. Dia menyesal karena sudah menjadi anak buah dari seseorang yang sangat jahat dan tidak berperikemanusiaan. Bruno lalu pergi meninggalkan rumah Juragan Darmo. Rumah yang beberapa tahun terakhir menjadi tempatnya mencari nafkah. Tapi sekaligus tempat dia kehilangan segalanya.

********

"Paman, Bibi aku pamit yah" kata Juna yang sudah bersiap-siap dengan tas ranselnya dan juga helm di kepalanya.

"Iya kamu hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut-ngebut" pesan Pamannya.

"Siap Paman. Nanti pasti aku datang lagi ke sini" kata Juna.

"Paman tahu. Pasti kamu akan ke sini lagi. Kan ada sesuatu yang istimewa di sini" kata Pak Lurah sambil menaik turunkan alisnya.

"Apa sih, Paman" Kata Juna Malu-malu.

"Wah ada apa ini? kayaknya Bibi ketinggalan info penting nih" Kata Bibinya.

"Hehehe gak ada apa-apa Bi. Paman aja yang sok tahu." Kata Juna lagi.

"Udah kamu jalan gih biar gak kemaleman di jalan. Ingat hati-hati ya" kata Bibinya lagi.

"Oke deh. Aku jalan ya. Mang Tejo, aku pamit" pamit Juna.

"Siap Den. Hati-hati di jalan ya. Sampai ketemu lagi" kata Mang Tejo.

"Siap Mang. Makasih" jawab Juna. "Titip salam buat Papi Mami kamu" kata Bibinya lagi.

"Siap Bi" jawab Juna lalu menyalakan sepeda motornya kemudian mengklakson satu kali setelah itu dia menjalankan motornya keluar dari halaman rumah pamannya.

"Desa Swadaya, aku pergi dulu yah. Tapi pasti aku akan kembali lagi." kata Juna sambil terus melajukan motornya.

"Mas Juna pulang ya?" tanya seorang ibu tetangga Pak Lurah Hadi. Juna cuma menganggukkan kepala lalu mengklakson.

"Hati-hati" teriak ibu itu lagi.

Juna menjalankan motornya perlahan melewati rumah-rumah warga yang mulai ramai dengan aktivitas pagi. Setiap jengkal jalan terasa istimewa. Jalan yang pernah ia lalui dan membuat dia bertemu dengan seorang gadis desa yang manis. Jantung Juna tiba-tiba berdesir mengingat senyuman gadis itu.

"Ah fix, dia telah mencuri hatiku" kata Juna sambil tersenyum. Begitu motornya tiba di gerbang desa itu ada sebuah plang kayu bertuliskan kata "Selamat Jalan" Juna menghentikan motornya tapi tidak mematikan mesinnya, Ia melihat kembali ke arah desa dan berkata.

"Tunggu aku kembali". Seolah-olah dia sedang berbicara dengan seseorang. Setelah itu dia pun kembali melajukan motornya menyusuri jalan yang akan membawanya kembali ke rutinitasnya dan ke tanggung jawabnya.

*************

Di rumah Ayah Beny terlihat Cia sedang membantu Ibunya di dapur.

"Hari ini Nak Juna jadi balik ke kota?" tanya Ibu Marni.

"Iya bu. Mungkin udah pergi sekarang" jawab Cia.

Ibu Marni melihat ada sesuatu yang aneh dengan anaknya. "Kamu baik-baik saja Nak?" tanya Ibu Marni.

"Eh aku baik-baik aja kok bu. Emang kenapa ibu bertanya begitu?" jawab Cia.

"Enggak sih, cuma kayaknya kamu kok kelihatannya sedih. Apa yang kamu pikirkan Nak. Bukannya kamu harusnya senang karena sekarang kamu gak perlu lagi jalan keliling desa untuk jualan kue" kata Ibu Marni.

"Aku senang kok bu. Karena sekarang aku gak cape keliling lagi." kata Cia.

Ya karena usulan dari Juna, akhirnya Cia dan Ibunya menitipkan kue-kuenya di warung-warung yang ada di desa Swadaya.

Bersyukur karena pemilik warung menerima dengan senang hati ketika Cia dan Ibu Marni hendak menitipkan kue mereka. Karena kue-kuenya memang enak dan cepat habis. Jadi setiap pagi Cia akan pergi menitipkan kue-kuenya lalu sore hari dia akan pergi mengambil tempat kue pagi di ganti dengan kue sore. Lalu Paginya dia pergi lagi membawa kue baru sekalian mengambil tempat kue sore kemarin. Pokoknya begitu terus.

"Tapi kelihatan lho kalo kamu lagi sedih. hmmm....apakah kamu sedih karena Nak Juna udah balik ke kota?" tanya Ibu Marni menyelidiki.

"Ih Ibu apaan sih. Enggak kok. Ngapain aku sedih. Mas Juna kan bukan apa-apanya aku bu" kata Cia.

Tapi wajahnya sudah memerah karena malu ketahuan sedih karena harus berpisah dengan Juna. Ibu Marni menatap wajah anaknya yang kemerah-merahan.

"Lalu itu kenapa muka kamu jadi warna pink kayak gitu" tanya Ibu Marni sambil menaikturunkan alisnya menggoda anaknya.

"Ibu.....jangan godain aku dong...." kata Cia Malu-malu.

"Ah ngapain malu. Ibu akan sangat senang banget kalo kamu dan Nak Juna ada apa-apanya" kata Ibu Marni tersenyum.

"Nak Juna anak yang baik. Walaupun orang kota dan kaya tapi dia gak sombong. Tampan lagi" kata Ibu Marni lagi.

"Ibu jangan kebagusan mimpinya ntar kalo gak tercapai jadi sakit. Mana mungkin Mas Juna mau sama Aku yang cuma gadis desa dan gak berpendidikan tinggi ini. Dan pasti Mas Juna itu udah punya pacar bu. Gadis kota kan cantik-cantik." kata Cia lagi.

"Darimana kamu tahu kalo Nak Juna udah punya pacar?" tanya Ibu Marni lagi.

"Aku pernah kok dengar...eh maksud aku gak sengaja mendengarkan Mas Juna lagi telponan sama Ceweknya waktu dia lagi sakit" kata Cia.

"Oh ya? tapi kok yang ibu lihat Nak Juna itu perhatiannya ke kamu itu beda Nak" kata Ibu Marni lagi.

"Beda gimana? kayaknya enggak deh." kata Cia yang memang tidak menyadari kalo ternyata Juna juga menaruh hati padanya.

"Pokonya beda lah. Ibu kan udah pengalaman. Udah makan asam garam bahkan udah mandi garam dalam hal-hal begitu. Jadi Ibu tahu mana pandangan biasa dan mana pandangan tidak biasa" kata Ibu Marni lagi.

"Masa sih bu. Aku gak tahu lho" jawab Cia.

"Ya karena kamu belom pengalaman. Ibu doain semoga kamu berjodoh dengan Nak Juna" kata Ibu Marni lagi.

Cia tersenyum malu-malu mendengar perkataan ibunya. Tapi dalam hati dia mengaminkan dengan keras doa ibunya.

"Oh iya Bu, uang sekolahnya Rina sama Rino belum dibayar lho Bu. Apa sekarang aja aku ke sekolahan mereka untuk membayar uang sekolah mereka" tanya Cia.

Rina dan Rino sekarang sudah kelas 6 SD, sebentar lagi mereka akan lulus dan akan melanjutkan ke SMP.

"Iya sebaiknya kamu pergi sekarang aja" kata Ibu Marni.

"Baik bu Aku siap-siap dulu yah" kata Cia lalu segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolahannya Rina dan Rino untuk membayar uang sekolah mereka.

Bersambung....

1
Afifah Aliana
lanjutkan semangat tor
Professor Ochanomizu
Asik banget!
Rachel Imelda: Makasih....
total 1 replies
Rachel Imelda
Makasih loh🙏. Sabar ya...
AteneaRU.
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!