NovelToon NovelToon
Duda Dan Anak Pungutnya

Duda Dan Anak Pungutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Duda
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

carol sebagai anak pungut yang di angkat oleh Anton memiliki perasaan yang aneh saat melihat papanya di kamar di malam hari Carol kaget dan tidak menyangka bila papanya melakukan hal itu apa yang Sheryl lakukan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

Kepala sekolah yang mendengar hal itu hanya diam saja. Setelah itu, Bu Fitri dan Bu Ana kembali ke ruang guru.

Saat di ruang guru, semua guru melihat Bu Fitri dengan tatapan yang tidak enak. Namun, Bu Fitri hanya diam saja. Tidak lama kemudian, Bu Fitri dipanggil oleh kepala sekolah ke ruangannya.

Bu Fitri hanya menurut tanpa banyak bertanya, sedangkan Bu Ana hanya nyinyir karena tahu Bu Fitri akan kembali mencari muka.

Tok! Tok! Tok!

“Masuk!”

Fitri masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. Setelah sampai, ia duduk dengan wajah bingung, tak tahu ada urusan apa.

“Bu Fitri, mulai sekarang saya naikkan jabatan ibu menjadi guru BK. Sepertinya ibu cocok di posisi itu.”

BK adalah singkatan dari Bimbingan Konseling.

Fitri yang mendengar hal itu kaget dan tidak menyangka kalau cita-citanya menjadi guru BK akhirnya tercapai. Ia merasa terharu hingga tidak bisa berkata apa-apa. Kepala sekolah tersenyum melihatnya.

“Bu Fitri, tenang saja. Tidak usah dipikirkan terlalu dalam. Semua kebutuhan ibu akan dipenuhi. Ini juga keputusan dari yayasan, bukan dari saya.”

“Terima kasih, Bu Kepala Sekolah. Saya merasa sudah banyak merepotkan ibu, jadi agak tidak enak.”

“Jangan merasa begitu, Bu. Ini mungkin rezeki untuk ibu. Kalau begitu, ibu bisa kembali ke ruang ibu.”

“Baik, Bu Kepala Sekolah. Terima kasih banyak, Bu.”

Akhirnya Bu Fitri pun keluar dari ruangan kepala sekolah tanpa beban di pikirannya.

Sementara itu, Bu Ana merasa kesal karena Bu Fitri selalu saja mencari muka kepada kepala sekolah. Ia pun mulai menyusun rencana untuk menyingkirkan Bu Fitri dari sekolah itu.

Namun, Bu Dinda — sahabat Bu Fitri — tidak mau sahabatnya disakiti. Ia selalu berusaha menggagalkan setiap rencana jahat yang dibuat oleh Bu Ana.

Bu Ana heran, karena setiap rencananya selalu gagal. Ia mulai curiga, apakah ada seseorang yang membantu Bu Fitri hingga semua rencananya berantakan.

Kepala sekolah sebenarnya tahu bahwa Bu Dinda adalah orang yang baik, sama seperti Bu Fitri. Ia tidak ingin kehilangan guru sebaik Bu Fitri, karena baginya Bu Fitri adalah sosok penting di sekolah itu.

Tanpa Bu Fitri, sekolah bisa hancur bila hanya ditangani oleh Bu Ana yang egois. Sejak Pak Beno dikeluarkan, sifat asli Bu Ana semakin terlihat.

Kepala sekolah tidak ingin mengurusi hal-hal yang tidak menguntungkan. Jika suatu saat Bu Ana kembali berbuat buruk, kepala sekolah akan langsung melapor ke yayasan agar yayasan yang menanganinya.

Sebenarnya, Bu Ana sudah merasa bahwa dirinya tidak disukai di sekolah itu. Ia mulai berprasangka bahwa semua orang memusuhinya.

Sementara itu, Bu Fitri tetap bersikap profesional walau hatinya sering terluka. Ia tetap mengerjakan tugas dengan baik, sedangkan Bu Ana selalu berusaha merusak hasil kerja Bu Fitri.

Ketika guru BK mulai membuka sesi konseling, Bu Ana malah menyuruh murid-murid agar tidak mengikuti kelas BK. Menurutnya, kelas BK tidak berguna bagi anak-anak.

Akibatnya, selama tiga jam menunggu di ruang BK, tak ada satu pun siswa yang datang.

Kepala sekolah heran mengapa tidak ada murid yang mau datang ke ruang BK. Padahal tujuan dibuatnya ruang itu adalah agar siswa bisa mengadu dan menyelesaikan masalah mereka.

Bu Ana merasa senang karena rencananya berhasil. Namun, seperti biasa, Bu Dinda berusaha menggagalkan niat jahat itu.

Hingga akhirnya terbongkar bahwa selama ini orang yang membantu Bu Fitri adalah Bu Dinda. Bu Ana marah besar. Ia bahkan menarik rambut Bu Dinda.

“Bu Dinda! Saya tidak menyangka kalau selama ini ibu yang menggagalkan semua rencana saya! Ibu ada masalah apa sih sama saya?” bentak Bu Ana.

“Saya tidak punya masalah apa pun dengan ibu,” jawab Bu Dinda tegas. “Tapi saya tidak suka cara ibu yang selalu menjelekkan guru lain, terutama Bu Fitri. Padahal Bu Fitri tidak merugikan siapa pun. Kenapa ibu begitu membencinya?”

Alasan sebenarnya Bu Ana membenci Bu Fitri adalah karena Pak Beno menyukai Bu Fitri. Hal itu membuat Bu Ana kesal dan iri.

Padahal, Bu Fitri sama sekali tidak pernah menerima perasaan Pak Beno. Namun, Bu Ana merasa Bu Fitri sok cantik.

Menurut Bu Ana, seharusnya Pak Beno mencintai dirinya, bukan Bu Fitri. Kebenciannya berubah menjadi obsesi yang menyesakkan.

Bu Fitri mencoba menyikapi semuanya dengan sabar, tetapi Bu Ana semakin gelap mata. Ia bahkan menodongkan senjata tajam ke arah Bu Fitri.

Kepala sekolah yang melihat kejadian itu terkejut dan menilai perbuatan Bu Ana sudah sangat keterlaluan. Yayasan pun turun tangan dan membawa kasus itu ke pihak berwajib.

Bu Ana akhirnya ditangkap karena perbuatannya yang merugikan banyak orang dan membuat banyak guru trauma.

Kepala sekolah hanya bisa menggelengkan kepala, tidak menyangka bahwa Bu Ana adalah dalang dari semua kekacauan itu.

Sementara itu, Bu Fitri merasa bersalah dan berniat mengundurkan diri. Ia berpikir, mungkin kehadirannya di sekolah itu hanya membawa masalah.

Namun, kepala sekolah dan pihak yayasan menolak pengunduran diri tersebut. Mereka tahu, yang bersalah adalah Bu Ana, bukan Bu Fitri.

Bu Dinda merasa bangga pada sahabatnya.

“Gua bangga sama lu, Fitri. Gua nggak nyangka lu sekuat ini. Kalau gua di posisi lu, gua nggak akan sanggup.”

“Ya, mau gimana lagi,” jawab Fitri pelan. “Sebenarnya gua udah mau ngajuin surat pengunduran diri juga. Kayaknya gua nggak pantas aja di sini. Banyak yang nggak suka sama gua.”

“Jangan mikir gitu, Fitri. Belum tentu pikiran lu benar. Yang salah itu si Ana, bukan lu. Lagian, lu tuh orang baik. Kalau ada yang nggak suka sama orang baik kayak lu, ya berarti yang aneh itu mereka, bukan lu.”

Fitri hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya. Tak lama, kepala sekolah memanggilnya lagi.

“Bu Fitri,” kata kepala sekolah lembut, “saya tidak akan mengeluarkan ibu. Walaupun ibu membuat surat pengunduran diri berkali-kali, saya tidak akan menerimanya. Saya tahu ibu punya potensi besar dan sudah berkontribusi banyak untuk sekolah ini. Terima kasih karena ibu tetap kuat meski harus menghadapi Bu Ana yang sudah melewati batas.”

“Terima kasih, Bu Kepala Sekolah. Sebenarnya saya juga tidak tahu mau bekerja di mana lagi. Tapi saya merasa mungkin kalau saya tidak ada di sini, sekolah ini bisa lebih tenang.”

“Ibu Fitri tidak perlu merasa begitu,” jawab kepala sekolah. “Masalah ini bukan karena ibu. Seperti yang saya bilang tadi, masalahnya ada di Bu Ana dan juga Pak Beno. Ibu hanya korban dari keadaan.”

Fitri terdiam. Ia terharu dengan kepercayaan yang diberikan kepala sekolah. Dalam hatinya, ia berjanji akan membuktikan bahwa dirinya tidak seburuk yang selama ini orang katakan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!