NovelToon NovelToon
Iblis Yang Merindukan Cahaya

Iblis Yang Merindukan Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Iblis
Popularitas:302
Nilai: 5
Nama Author: Sofiatun anjani

Kevin terbangun dari komanya ketika seorang iblis merasuki tubuhnya dan melenyapkan jiwanya.

bersikap layaknya iblis yang hendak menghancurkan dunia, namun tidak bisa membunuh satu manusia pun.

Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.

Sanggupkah Ria bertahan dengan kepingan dihatinya? lalu apa sebenarnya motif sang iblis? akankah Kevin bisa hidup kembali dalam raganya yang perlahan hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Pulang sekolah kali ini Ria diantar oleh Rama dengan motornya langsung ke tempat kerja.

"Makasih yah tumpangannya, maaf kalo ngerepotin" ucap Ria setelah turun dari jok motornya.

"Ah… nggak masalah, lagian gue juga seneng kok jalan bareng lo terus kayak gini" ucap Rama sambil tersenyum manis.

"Mm…" tanpa sadar Ria justru merasa aneh dengan jawaban Rama itu.

"Aah… bukan apa-apa kok, lupain yang tadi itu" ucap Rama sedikit kikuk. "Em… maaf ya kemaren gue nggak bisa nganter lo pulang" ucap Rama mengalihkan topik pembicaraan.

"Oh… nggak papa, lagian gue juga udah dapet kerjaan sambilan baru sama Raka kemarin" ucap Ria tidak mempermasalahkan.

"Jadi disini tempat kerja lo" ucap Rama melihat bangunan sederhana yang ada di depannya.

"Pemandangannya bagus ya, lo pasti seneng banget kan bisa kerja di tempat kayak gini" ucap Rama memperhatikan laut biru yang membentang luas di depan sana.

"Iya..." Ria menjawab dengan lirih seakan tidak ada semangat sama sekali. Rama tidak tahu kalau ia sebenarnya agak sedikit tidak suka bekerja di tempat yang terus mengingatnya dengan seseorang yang sudah tidak ingin ia ingat lagi, apalagi dengan tempat yang mengingatkannya lagi dengan semua janji-janji yang ia buat bersama Kevin yang tidak akan bisa ia tepati.

***

Setelah mengantar Ria, Rama pun pamit pulang karena ada urusan lagi. Dan Ria kembali ke pekerjaannya di rumah makan pinggir pantai ini, yah walaupun sederhana tapi tempat ini selalu ramai oleh pengunjung yang datang ke pantai. Selain makanan cepat saji tempat ini juga menyediakan beberapa souvenir bagi para wisatawan luar negeri yang berlibur ke pantai ini.

Ria pun segera terbiasa dengan tempat ini, dan jika ada yang tidak ia ketahui ia akan bertanya pada Linda.

Tepatnya di tempat ini kebanyakan pekerjanya adalah anak sekolah baik yang masih bersekolah ataupun yang tidak, mereka yang membutuhkan uang dan pekerjaan, mereka semua yang bahkan tak punya masa depan.

"Hai Ria, udah siap buat hari pertama lo bekerja?" tanya Linda, saat bertemu dengan Ria di dapur.

"Ya! tolong bantuannya ya Kak Linda!"

"Okee..."

Untuk ukuran rumah makan pinggir pantai tempat ini selalu ramai jika sudah sore hari, mungkin karena memang pantai selalu identik dengan sunsetnya, kata orang kau tidak akan bisa menikmati keindahan pantai sebelum melihat matahari yang terbenam di balik bentangan laut yang seakan melahapnya, dimana orang-orang akan mengucapkan banyak harapan baik bersama pasangan bagi yang mempercayainya.

Sebagai pegawai baru Ria cukup kesulitan menangani pelanggan yang berbondong-bondong datang, sambil harus terus menajamkan telinganya untuk mencatat semua pesanan pelanggan, walaupun begitu Ria tetap kewalahan dengan beberapa pelanggan yang tidak sabaran.

Dan tanpa sadar Ria tidak sengaja kehilangan keseimbangannya saat hendak menuju meja berikutnya, ia pun terhuyung ke belakang dan untungnya kepalanya tidak sampai terbentur lantai saat tubuhnya ditahan oleh seseorang yang ada di belakangnya.

"Lo nggak papa?" tanya laki-laki yang menangkap tubuh Ria sebelum jatuh.

"Ah! Ria! lo nggak papa?" tanya Linda yang kebetulan juga melihat kejadian itu, ia langsung menghampiri Ria dengan penuh khawatir.

Ria pun kembali tersadar saat mendengar Linda dan segera berdiri dengan benar.

"Eh… maaf"

"Yakin lo nggak papa Ri?" tanya Linda yang kini sudah di depannya, Ria pun menjawab dengan anggukan dan senyuman.

"Lo pegawai baru ya, gue baru liat" ujar cowok yang tadi menolong Ria.

"Eh! Edi?! lo udah mulai masuk kerja lagi?" tanya Linda pada cowok yang dipanggilnya Edi itu.

"Ya lagian bosen juga kalo di rumah terus, cuman ngisi waktu luang aja gue kerja disini" ujar Edi yang memang selalu terlalu jujur sampai tidak ada yang tahu mana yang bohong dan mana yang jujur.

"Oh ya Ria, kenalin ini Edi, di juga pegawai disini. Edi ini Ria dia baru mulai kerja hari ini" ucap Linda memperkenalkan.

"Ria, Yarialain Slavia Putri" Ria memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya yang kemudian diterima oleh Edi.

"Edi, Edi Pangestu, salam kenal" mereka pun .melepaskan jabat tangan mereka.

"Ria ,gue belum bilang ya ke elo tentang Edi, kemeren dia emang nggak masuk sih, soalnya dua hari yang lalu ada insiden sedikit sih" ucap Linda.

"Hati-hati kalo jalan, mungkin lo bakal kerepotan di hari pertama lo, tempat ini emang selalu ramai pengunjung, tapi itu bisa jadi latihan yang bagus buat lo, lo pasti bakal terbiasa" ucap Edi sedikit memberi semangat, kemudian pergi ke tempat kerjanya di dapur.

"Hah… Edi itu emang selalu ganteng ya, gue jadi tambah tergila-gila deh" ucap Linda yang sepertinya menyukai Edi, memang jika diperhatikan Edi itu punya wajah yang cukup tampan seperti orang blasteran, wajar saja kalo Edi banyak dikagumi oleh kalangan wanita seperti Linda.

***

Malam hari Ria baru selesai dengan pekerjaannya, setelah beres-beres dan membersihkan meja pelanggan akhirnya Ria bisa pulang.

"Hari ini melelahkan ya" ucap Linda sambil meregangkan ototnya yang kaku selepas bekerja.

"Gimana Ria apa lo udah bisa terbiasa?" tanya Linda pada Ria yang tengah mengganti pakaiannya.

"Yah, sebenarnya gue masih kesulitan sih sama tempat ini yang selalu ramai" jawab Ria jujur.

"Lo pasti bakal terbiasa, dulu juga gue agak terlalu nggak suka tempat yang ramai kayak gini" ucap Linda sedikit berbisik karena sebuah pantangan bagi pegawai mengucapkan kata itu di tempat kerja.

"Tapi karena itu juga gaji disini lumayan" lanjutnya tertawa kecil.

Setelah mengganti pakaian mereka berdua pun keluar dari ruangan dan mendapati seseorang yang tengah berdiri di depan pintu.

"Eh? Edi? ada apa?" tanya Linda melihat Edi yang sepertinya tengah menunggu seseorang.

Ria menatap Edi yang juga balik menatapnya seakan ialah orang yang tengah ia tunggu.

"Lo… temennya Raka kan?" tanya Edi pada Ria tanpa basa-basi.

"I iya, kenapa emang?" mendengar hal itu Edi pun tersenyum padanya.

"Jadi gitu ya… Ria!" panggil Edi.

"Ah eh i iya?" Ria menjawab dengan gugup karena Edi yang tiba-tiba memanggil namanya.

"Tetap terus temani Raka ya, gue berharap banyak ke lo" ucap Edi yang kemudian langsung pamit pulang "dah…!"

"Eh?"

***

"Tetap terus temani Raka ya, gue berharap banyak ke lo"

perjalanan pulang, Ria terus memikirkan perkataan Edi, ia tidak mengerti mengapa Edi mengatakan hal itu padanya emangnya Raka cuman punya dia doang apa temennya, satu sekolah juga banyak kali yang kenal yang namanya Raka Byanthara yang kelakuannya kayak buaya.

"Nggak tau kenapa… rasanya kayak nyuruh gue buat jadi pacarnya aja" gumamnya yang kemudian langsung berusaha ditepisnya "nggak, nggak, lagian gue sama Raka kan cuma temen" tepis Ria yang kemudian jadi kesal sendiri memikirkannya "aakh… udah ah! bikin pusing aja!"

"Aduh!" saat tiba-tiba Ria tidak sengaja menabrak seseorang di depannya karena tidak memperhatikan jalan.

"Ah a ma maaf, gue nggak sengaja tadi" ucap Ria gugup dan malu karena melamun dan menabrak orang.

"Oh… jadi lo yang namanya Ria ya?" ucap cewek yang Ria tabrak itu, Ria pun mengangkat wajahnya melihat wajah cewek yang ia tabrak tengah tersenyum sinis padanya.

"Salam kenal, gue Lily pacarnya Rama" ucapnya tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya pada Ria sebagai jabat tangan dengan wajah tidak sudinya.

Awalnya Ria masih bingung dengan cewek di depannya itu yang belum memaafkannya padahal tadi Ria menabraknya cukup keras. Tapi akhirnya Ria merasa tidak enak jika tidak menerima jabatan tangannya.

"Oooh... Pacarnya Rama ya... Nggak nyangka bisa ketemu disini, gue Ria" ucapnya ragu. Ketika cewek bernama Lily itu yang pertama melepas jabatan tangan mereka bahkan sebelum sempat Ria pegang dengan benar.

PLAK!!

"Eh?"

Tiba-tiba tanpa aba-aba Lily menampar wajah Ria sampai menengok ke samping. Ria pun benar-benar dibuat syok olehnya, ia tidak menyangka akan ditampar oleh orang yang baru ia temui, dan lagi apa itu ketidakterimaannya karena ditabrak olehnya?

Sementara Lily tertawa puas melihat hal itu "apa lo sadar sama apa yang udah lo lakuin, Yarialain Slavia Putri? Cewek jalang yang berani ngerebut cowok seorang Lily" ucap Lily menatap Ria dengan tidak terima dan bahkan hampir menamparnya lagi.

Ria yang tidak mengerti apa pun mengangkat wajahnya menatap Lily yang tengah menatapnya dengan penuh kebencian.

“DASAR CEWEK PELACUR!! CEWEK JALANG!! BERANINYA LO NGREBUT PACAR GUE!!” ucap Lily melampiaskan amarahnya dengan menjambak rambut panjang Ria, ia sudah benar-benar tidak terkontrol lagi.

Ria pun berusaha untuk melawan tapi tenaganya tak sebanding dengan Lily yang sepertinya benar-benar membencinya.

"Aakh!!...Lepasin gue! gue nggak ngerti apa yang lo omongin…" ucap Ria masih melakukan perlawanan.

"Nggak usah sok polos ya, RAMA ITU MILIK GUE!!" ucap Lily melepas cengkeramannya dengan membiarkan Ria terjatuh ke aspal dengan cukup keras.

"Rama itu milik gue dan nggak boleh ada yang ngrebut Rama dari gue" ucap Lily lalu jongkok di depan Ria yang meringis kesakitan karena luka di sikunya saat terjatuh tadi.

"Apa yang lo maksud? gue nggak pernah ngrebut Rama! cuman kebetulan kan kalo kita sekelas! lagian gue sama Rama cuman temenan!" ujar Ria mencoba menjelaskan yang sebenarnya.

"Temenan hah lo bilang? RAMA SAMPE PINDAH SEKOLAH GARA-GARA LO TAU NGGAK!!" dengan penuh emosi Lily menendang perut Ria tanpa ampun.

Tak lama hujan pun turun dengan derasnya, membasahi semua yang terlihat.

Di bawah guyuran hujan Lily kembali jongkok di depan Ria yang tengah memegangi perutnya.

"Camkan ini baik-baik Yarialain Slavia Putri, jauhi Rama sebelum kesabaran gue abis, kalo nggak, gue bahkan nggak bisa pastiin lo bisa masih hidup atau nggak" ucapnya penuh penekanan sambil mencengkram dagu Ria yang kemudian langsung dihempasnya dengan kasar sampai meninggalkan bekas merah.

"Cuih! dasar cewek jalang!" ujarnya sambil melangkahi tubuh Ria dan berjalan pergi.

Selepas kepergian Lily Ria masih di tempatnya sambil menangis tersedu, bukan karena luka di tubuhnya tapi juga luka di hatinya yang melebihi semua luka itu. Ditemani hujan yang semakin deras disertai petir seakan mewakilkan perasaan Ria saat ini yang begitu hancur.

Marah, sakit, sedih, takut, dan kecewa. Semua itu bercampur aduk dalam hatinya saat ini. persetan dengan hujan dan petir, sekeras apapun tangisan dan teriakannya pada akhirnya Ria tetap membenci keduanya.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!