NovelToon NovelToon
Cinta Setelah Luka

Cinta Setelah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Poligami
Popularitas:93.6k
Nilai: 5
Nama Author: Shann29

Aliya harus menelan pil pahit saat tunangannya ingin membatalkan pernikahan lalu menikahi Lisa yang tak lain adalah adik kandung Aliya sendiri. Demi mengobati rasa sedih dan kecewa, Aliya memutuskan merantau ke Kota, namun siapa sangka dirinya malah terjerat dengan pernikahan kontrak dengan suami majikannya sendiri. “Lahirkan anak untuk suamiku, setelahnya kamu bebas.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14-Aturan Baru Angkasa

Aliya duduk terpaku di kursinya, matanya masih basah karena tangis yang sempat ia tahan sejak pagi tadi. Kata-kata tajam Angkasa masih berputar-putar di kepalanya. Meski ia tahu dirinya tak bersalah, meski ia yakin apa yang ia katakan adalah kebenaran, nyatanya lelaki yang kini sah menjadi suaminya itu tetap memandangnya dengan dingin dan penuh curiga.

Angkasa, di sisi lain, menatap Aliya tanpa berkedip. Ia tertegun sejenak mendengar penuturan jujur istrinya. Namun, hatinya yang sudah terlalu lama ditempa dengan pengkhianatan, tipu daya, dan permainan orang-orang di sekitarnya, membuat ia enggan langsung percaya. Ia lebih memilih menahan hati daripada lagi-lagi jatuh dalam jebakan.

“Kamu tahu sekarang kalau kamu istriku?” suara Angkasa terdengar berat, dalam, dan penuh penekanan.

Aliya terlonjak kecil. Tangannya yang masih terlipat di pangkuannya mencengkeram kain gaun rumahan yang sederhana. “I-iya, Tuan,” jawabnya lirih, refleks menyebut panggilan yang sejak awal ia gunakan.

Namun wajah Angkasa seketika mengeras. Tatapan tajam itu menusuk Aliya. “Kalau begitu, ikuti aturanku. Pertama, jangan sekali lagi memanggilku Tuan. Aku bukan majikanmu.”

Aliya mengangkat wajahnya perlahan, takut-takut menatap mata pria itu.

“Kedua,” lanjut Angkasa, suaranya tegas, “layani aku sebagaimana mestinya seorang istri. Aku rasa kamu cukup paham apa maksudku.”

Kata-kata itu membuat jantung Aliya berdetak tak karuan. Ia ingin menyangkal, ingin menegaskan bahwa pernikahan ini hanyalah kontrak, bahwa dirinya hanyalah pion dalam permainan busuk Tania. Namun, suaranya tercekat di tenggorokan. Hanya diam yang keluar.

“Dan ketiga,” Angkasa menambahkan sambil menegakkan tubuhnya, “mulai hari ini, tugas menyiapkan sarapan untukku ada di tanganmu. Meski pelayan yang memasaknya, aku ingin kau yang meletakkannya di meja. Dan setiap pagi, kau wajib menyiapkan pakaian kerjaku. Masuk saja ke kamarku untuk menyiapkannya.”

Aliya menunduk semakin dalam. Sesekali ia mengangguk kecil, tanda ia menerima semua perintah itu meski hatinya diliputi keraguan dan takut salah langkah.

“Mulailah tugasmu sekarang juga,” ujar Angkasa, dingin, tanpa memberi ruang untuk membantah.

Dengan ragu, Aliya bangkit dari kursinya. “Tuan ingin sarapan apa?” tanyanya pelan.

Mendadak suara Angkasa meninggi. “Kamu lupa kalau aku melarangmu memanggilku Tuan?”

Aliya terperanjat. Pikirannya langsung berputar, mencari panggilan apa yang pantas untuk pria ini. Ia tak mungkin begitu saja memanggilnya dengan nama tanpa embel-embel, apalagi di depan pelayan rumah besar ini. Namun, tanpa berpikir panjang, bibirnya spontan menyebut, “Mas… Mas mau makan apa?”

Kata itu terlepas begitu saja, namun cukup untuk membuat Angkasa terdiam sesaat. Ada sesuatu yang asing menyelinap ke dadanya. Tania, wanita yang dulu ia anggap segalanya, hanya pernah memanggil namanya begitu saja—dingin, datar, tanpa keintiman. Tapi wanita sederhana di hadapannya ini baru saja memanggilnya dengan sebutan yang terasa… hangat.

Namun, Angkasa cepat-cepat menepis perasaan aneh itu. Ia mengalihkan pandangannya, kembali mengenakan topeng dingin yang biasa ia pakai. “Roti gandum dengan selai kacang,” jawabnya singkat.

Aliya segera melangkah ke meja panjang yang dipenuhi aneka hidangan sarapan. Dengan tangan sedikit gemetar, ia mengambil sepotong roti, mengolesinya dengan selai kacang secukupnya, lalu menaruhnya di atas piring porselen putih, sebelum menyodorkannya ke hadapan Angkasa.

Pria itu mulai menikmati sarapannya dengan tenang. Aliya kembali duduk, kali ini di kursi seberang, namun ia tak bisa menahan diri untuk tidak sesekali melirik. Baginya, lelaki ini adalah sosok misterius, dingin, namun memiliki wibawa yang membuat jantungnya selalu berdegup lebih cepat.

“Makanlah. Jangan terus melihatku,” tegur Angkasa datar.

Seketika wajah Aliya memerah. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya, lalu menunduk menatap hidangan di depannya. Ada nasi goreng yang wangi, telur mata sapi yang masih hangat, sup sayuran, hingga berbagai potong buah segar. Ia mengambil secukupnya, mencoba menikmati sarapannya dengan tenang meski perasaannya campur aduk.

Setelah selesai, Angkasa bangkit dari kursinya. Aliya pun ikut berdiri, lalu mengantarnya hingga ke depan pintu besar rumah itu.

“Jangan kemana-mana selama aku pergi,” pesan Angkasa singkat sebelum masuk ke dalam mobil hitam mewahnya.

Aliya hanya mengangguk kecil, menatap punggung lelaki itu hingga mobilnya menghilang dari pandangan. Ada rasa lega, tapi juga rasa sepi yang tiba-tiba menyelubungi dirinya.

Tak lama setelah itu, Bi Mar menghampiri. “Nyonya Aliya,” panggilnya lembut.

Aliya tersenyum tipis. “Iya, Bi.”

“Ayo masuk. Jangan terlalu lama berdiri di luar,” ajak Bi Mar dengan penuh perhatian.

Aliya mengikuti langkah wanita paruh baya itu. Di dalam rumah, ia melihat beberapa pelayan sudah mulai membersihkan ruangan. Dari jauh, ia bisa mendengar suara pel dan sapu, juga dentingan alat-alat dapur.

Merasa tak enak hati hanya berdiam diri, Aliya mencoba membantu salah satu pelayan yang sedang mengangkat vas bunga besar. Namun, Bi Mar segera menahan tangannya.

“Jangan, Nyonya,” ujar Bi Mar cepat.

“Tapi Bi… aku akan bosan kalau hanya berdiam diri saja,” ucap Aliya jujur.

Bi Mar tersenyum kecil, lalu menghela napas. Dalam hatinya, ia merasa kasihan pada Nyonya baru ini. Gadis sederhana yang terlihat polos, kini harus beradaptasi di rumah megah penuh aturan dan tatapan. Ia tahu, jika dibiarkan terus merasa kecil, Aliya akan semakin terpuruk.

“Nyonya,” ucap Bi Mar, “apa Nyonya mau belajar?”

Aliya menoleh bingung. “Belajar apa, Bi?”

“Belajar memperbaiki penampilan. Agar Nyonya pantas berada di sisi Tuan Angkasa.”

Ucapan itu membuat Aliya terdiam. Matanya meredup, lalu ia menggeleng pelan. “Saya hanya istri kontrak, Bi.”

Namun Bi Mar menatapnya penuh keyakinan. “Nyonya, istri kontrak juga tetap istri sah. Selama Nyonya tinggal di sini, Bibi ingin Nyonya terlihat pantas, agar semua orang menghargai Nyonya.”

Kata-kata itu mengguncang hati Aliya. Ada secercah kehangatan yang ia rasakan. Seolah, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar berpihak padanya.

Tanpa menunggu jawaban panjang, Bi Mar pun segera menelpon seorang kenalan lama—seorang guru etika dan karakter yang kerap diminta keluarga-keluarga terpandang untuk melatih anggota keluarga mereka. Bi Mar tahu, anggaran rumah tangga Albirru berada di tangannya. Dan ia yakin, Tuan Muda Angkasa tidak akan mempermasalahkan langkah ini, selama itu untuk kebaikan.

Aliya hanya bisa terdiam, tak tahu harus menolak atau menerima. Dalam hatinya, ia sadar, hidup barunya di rumah ini baru saja dimulai. Dan pelan-pelan, ia harus belajar menjadi sosok yang pantas… meski statusnya hanya sekadar istri kontrak.

1
Cicih Sophiana
orang tua Aliya mana ini... kok gak pernah di ceritain dan syukuran pun gak di undang
Cicih Sophiana
kok keluarga Aliya gak ada yah... apa gak di undang? ini kan acara penting pernikahan dan syukuran atas lahir nya penerus Albiru...
Cicih Sophiana
akhir nya mungkin untuk sementara kluarga Albiru bisa menikmati kebahagiaan atas kehadiran pangeran penerus Albiru... semoga terus seperti ini
Cicih Sophiana
tangkap penjahat nya thor...jgn biarkan penjahat menang...
Cicih Sophiana
aneh dua orang itu mereka merasa orang yg paling tersakiti... padahal mereka yg berbuat licik... semoga aja yg akan mereka lakukan tdk berjalan sesuai dgn inginan nya
Cicih Sophiana
semoga gangguan kerikil tajam bisa di pendam sehubungan lahirnya sang pangeran Astro boy...
Cicih Sophiana
di luar maupun di dalam rumah Aliya harus sll ada pendamping... penjagaan jgn sampe lengah wlo hanya sedetik juga
Cicih Sophiana
si Tania wanita bayaran jg yah... pantas saja dia pisah rumah dgn Angkasa
Cicih Sophiana
Tania muncul lg... apa dia gak punya muka??? klo muka sih punya cuma Tania gak punya malu...
Cicih Sophiana
Aliya sangat beruntung mendapat kan suami seperti Angkasa dan keluarga nya sangat baik....
Cicih Sophiana
tapi Aliya harus bersyukur krn putus nya dgn Haris dan orang tua nya merestui mereka... klo nggak Aliya yg bernasib seperti Lisa..
Cicih Sophiana
yg jadi badai nya itu si Lisa dan Haris di rumah itu... di awali dgn perselikungan mereka...
Cicih Sophiana
ibu keras kepala dan pilih kasih liat tuh kelakuan anak dan menantu yg ibu bela...
Cicih Sophiana
Angkasa izinkan Aliya membawa orang tua nya pulang kasian kan mereka... tinggalkan Lisa dgn suami nya biar tau rasa mereka...
Cicih Sophiana
lihat lah anak yg di pilih kasih sekarang dia bahagia mendapatkan suami yg luar biasa... dia baik dia kaya raya dan sangat mencintai Aliya...
Cicih Sophiana
menantu tersayang yg di bela belain sampai anak kandung nya yg pergi... ternyata maling
Cicih Sophiana
🤭😪😭😭😭😭😭
Cicih Sophiana
hari ini pas malam minggu jg thor...
selamat malam minggu.. sehat dan bahagia sll thor
Cicih Sophiana
panggil daddy dan mommy nak..
Cicih Sophiana
tenang Angkasa Aliya mu dan calon anak mu sedang di lindungi daddy Samudra...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!