Azura Claire Morea, seorang dokter muda yang terpaksa membuat suatu kesepakatan bersama seseorang yang masih berstatus pria beristri.
Ya, dia Regan Adiaksa Putro, seorang kapten TNI AD. demi kesembuhan dan pengobatan sang ibu Azura terpaksa menerima tawaran sang kapten sebagai istri simpanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIMPANAN KAPTEN 34
"Raa, dengerin aku. Aku saat ini, udah ditarik kembali dari Papua, dan ini sudah sebulan, aku menjabat sebagai Danramil 0607/Sukaraja-Sukabumi. Itu kenapa aku bisa ada disini secepat ini."
Azura segera menegakkan tubuhnya dan menatap regan lekat-lekat.
Entah apa yang ingin Ia katakan. Apakah berita itu baik atau tidak untuknya, dia pun tak tahu.
Regan segera menariknya agar kembali bersandar ditubuhnya.
"Hanya dengarkan dan jangan membantah. Okey?!" azura mengangguk.
"Ra dengar, setelah 7 harian ibu, aku akan datang dan membawamu pergi. Kau tinggalah denganku. Aku akan berbicara dengan kepala Klinik Puspomad, agar mengeluarkan surat pindah untukmu. Kau bisa bertugas di Sukabumi, biar lebih dekat."
"Mas, Sukabumi Jakarta itu gak jauh Mas, aku gak perlu pindah ke sana. Lagipula, aku udah setengah jalan. Biar aku selesaikan ajah. Gak usah pindah-pindah." tawar azura.
"Ra dengar... Kalau wanita itu sampai tahu...," regan seketika menjeda kata-katanya.
Dia tersadar, kalau dirinya sudah salah bicara.
Diamnya regan, dapat dimengerti oleh azura. Kini dia tahu, semua drama yang suaminya itu mainkan, semata-mata hanya untuk melindunginya. Bukan pure kemauannya. Tetapi ada orang lain yang membuatnya takut.
Namun siapa, siapa wanita itu?
Apakah Ratu ?
Entahlah, azura tidak ingin tahu. Yang Ia tahu, dirinya masih memiliki regan suaminya saja, sudah lebih dari cukup.
"Ehh... umm, itu...ya terserah kamu saja. Tapi jaga diri kamu baik-baik. Jauhi orang asing. Dan jangan berbicara dengan orang yang tidak kau kenal. Setelah kau selesai dengan koasmu, kita akan bersama-sama kembali ke Papua, okey?"
Azura tersenyum, mendengar plan yang dibuat pria itu untuk kehidupan mereka ke depan.
"Makasih, Mas Danramil, suami tampanku!"
Regan terkekeh mendengar ucapan istrinya. Rasanya, biar kebersamaan mereka saat ini, cuma sebentar, sudah cukup mengobati rasa rindunya untuk istri cantiknya ini.
"Lalu, Mas Danramilku kapan balik ke Sukabumi?"
"Ngusir?".
"Gak, cuma nanya!" wajah ayu dan sembab itu, terkekeh, melihat wajah kesal suaminya.
"Raa...,"
"Hmmm," wanita itu hanya berdehem.
"Jadi... gak ada sesi ke kamar dulu nih?" azura tidak mampu menahan tawanya, mendengar pertanyaan nyeleneh suaminya.
Regan seperti oasis di tengah padang gurun. Hati azura yang terasa sakit, perlahan membaik karena kehadiran pria tampan itu.
"Mas... Aku masih berduka untuk ibu. Tolong bersabar yah!?"
Regan mengerucutkan bibirnya, memasang wajah cemberut.
"Tapi, udah kebelet ini!"
"Kebelet apa Mas, Kebelet pup? Sok ada toilet," gurau azura yang semakin tersenyum lebar.
Namun tiba-tiba, matanya membelalak, karena regan yang tiba-tiba menciumnya dengan ciuman yang membuatnya kesulitan untuk bernafas.
Pria itu tidak ingin memberi jeda pada azura untuk menarik nafas. Ciuman posesif sang Kapten, betul-betul membuat azura kepayahan.
"Eemmm... Mas," ucap azura setelah berhasil terlepas dari kekangan pria itu.
"Di lihat adek-adekku, Mas! Ya Allah!"
Azura sangat ketakutan, jika aktivitas mereka ini, dipergoki ketiga gadis remaja, yang tinggal bersama-sama dengan Azura itu.
"Ra..., Satu kali ajah, yah!"
"Mas, tolong ngertiin aku. Aku gak bisa. Sampai tujuh harian ibu, baru deh. Kalau Mas pengen, Mas bisa datang," ujar Azura sembari mengedipkan matanya, pada Regan.
"Okey, deal! Jangan nyesel yah, karena udah buat aku menunggu lagi," ujar Regan dengan seringaian, diwajahnya.
Azura hanya tersenyum, dia tahu, Regan tidak benar-benar ingin melakukannya. Semua yang Ia lakukan, semata-mata, adalah untuk mengalihkan pikiran Azura.
Dan Azura menghargai usaha suaminya itu. Dan bertingkah, seperti dia baik-baik saja.
Bagaimanapun, pria itu harus kembali bertugas. Jika azura terus bersedih, bisa-bisa Regan tidak akan pergi dari sana.
Akhirnya setelah puas melepas rindu, Regan akhirnya kembali ke Sukabumi.
Sebelumnya, Ia menitipkan istrinya itu pada ketiga gadis remaja yang tinggal bersama azura.
Setelah kepergian Regan, azura kembali meringkuk dikamar tempat dirinya dan Ibunya berbaring. Malam pertama di rumah, tanpa kehadiran sang ibu. Malam yang sangat berat harus Ia lewati sendiri.
Regan tidak mungkin terus berada disana, karena akan menimbulkan prasangka buruk, meskipun pada kenyataannya, pria itu memanglah suaminya.
Hal ini, yang membuat azura berusaha tersenyum dan tertawa, agar suaminya itu, tidak terus mengkhawatirkannya.
***
Suasana pagi itu diklinik, agak sepi dari biasanya. Azura melangkah menyusuri koridor luar dengan langkah pelan, sebab pagi ini Ia sedang merasa kurang enak badan.
Selama cuti karena berduka, Azura lebih banyak mengurung diri dan tidak memperhatikan kesehatannya. Terlebih lagi, selama itu, Azura tidak berselera untuk makan. Hal ini yang membuat tubuhnya agak melemah dan wajahnya sedikit pucat.
Saat diperjalanan, beberapa kali Azura berpapasan dengan beberapa perawat dan dokter senior di klinik, namun saat Azura menegur mereka, mereka seperti mengacuhkannya.
Ada hal yang berbeda dari pandangan teman-temannya terhadap dirinya.
Para Dokter senior yang biasanya kerja bareng Azura pun, menatap Azura dengan tatapan aneh, entah tatapan tak suka, atau seperti tidak mengenali, atau apalah, Azura pun tidak memahaminya.
Namun, dia mengabaikan perasaan aneh itu dan terus melangkah lebih jauh ke dalam klinik.
"Ada apa? Mengapa mereka menatapku seperti itu?" batin azura.
Ia tetap melangkah masuk lebih jauh ke dalam klinik, untuk meletakkan barang-barangnya di locker room.
Namun, saat membuka lokernya, Ia terkejut dengan sebuah kertas yang diselipkan ke dalam lokernya itu.
Saat Ia meraihnya, dan membalikkannya, Ia sangat shock dengan tulisan yang diukir dengan spidol berwarna merah, dengan ukuran tulisan yang sangat besar, dan seluruhnya menggunakan huruf kapital.
'DASAR LACUR, UDAH DI GAULI PRIA SEKAMPUNG, MASIH BERANI NUNJUKIN MUKA LO DISINI, CIH!'
"Apa? Perbuatan siapa ini?" ujar azura.
"Aku, perbuatan aku, kenapa, gak seneng?" ujar seorang wanita dari arah belakang, tubuh azura.
Azura berbalik dan sangat terkejut, hingga membelalakkan matanya.
"Ka- kamu, Dok? Ini perbuatanmu?" tanya Azura ingin memastikan.
"Iya, am i wrong?" tanya wanita itu dengan tatapan mendelik ke arah azura.
"Maaf, tapi apa maksudnya ini Dok?" azura masih tidak memahami, sebenarnya apa yang sedang terjadi ini.
Sesungguhnya, azura memang sedang tidak bisa fokus.
Bahkan ia tidak merasa terganggu dengan kata-kata itu, namun yang membuatnya terganggu adalah seorang dokter cantik yang sedang berdiri dihadapannya ini, adalah pelakunya.
"Maaf, Dok saya masih belum paham, apa maksud dokter, Dokter yang udah menyimpan kertas ini disini?"
"Ckk, bacot!" Kesal wanita itu.
Azura hanya terdiam dan berfikir sejenak. Sebenarnya ada masalah apa? Apa yang sudah Ia lakukan, sampai ada kata-kata umpatan seperti ini untuk dirinya.
Berusaha berfikir, namun tetap tidak menemukan apapun.
Pikiran dan rasa sedihnya karena kehilangan ibunya, benar-benar membuat azura seperti layangan putus, Ia bahkan tidak bisa menangkap maksud dari tulisan dikertas itu.
"Jelasin Dok, saya masih tidak paham." ujarnya sembari menatap Dokter cantik itu.
"Maksudnya, kamu kok masih ada muka untuk kerja di sini? Setelah apa yang sudah kamu alamin di Papua?"
Degh...
Seluruh ingatan itu kembali menghantuinya. Namun, bentar dulu, digauli pemuda sekampung, apa maksudnya tuh? 🤔🤣
"Dokter aulia, saya sangat respect, saya sangat menghargai anda sebagai senior saya. Namun, itu tidak berarti, saya memberikan anda ijin untuk mengata-ngatai saya seenaknya. Apa yang anda inginkan, hmm?"
"Saya hanya berbicara tentang fakta. Fakta bahwa anda sudah mengalami itu semua. Tapi kenapa, anda masih punya muka untuk berada ditempat seperti ini?Di tempat dimana akan ada banyak orang yang segera mengetahui aib anda?"
"Aib? Tchh... Apakah anda punya bukti? Saya bisa menuntut anda dengan cerita bohong yang anda sampaikan ini," geram azura.
"Apa saya harus mendatangkan pemuda-pemuda yang telah menggauli Anda sebagai bukti?" ujar Dokter aulia dengan penuh percaya diri.
Azura hanya mengedihkan bahunya malas.
"Anda yang tahu, bukti apa yang paling kuat, untuk membenarkan tuduhan tak berdasarmu ini! Jangan bertanya padaku. Aku tidak tahu," ejek azura.
"Kita lihat saja nanti, apa setelah saya memberikan buktinya, anda masih bisa bertingkah sesombong ini?" ujar wanita itu dan segera berlalu dari sana.
Azura tertawa kecil mendengar ancaman sang dokter seniornya itu.
"Ada apa dengannya? Apa untungnya melakukan hal ini? Tunggu... Apa ini yang menyebabkan para perawat dan dokter lainnya menatapku dengan tatapan aneh?"
Azura masih bertanya-tanya tentang tatapan aneh para perawat dan dokter senior selama ia berjalan tadi.
Tetapi kemudian azura mengedihkan bahunya cuek dan merasa biasa saja.
Dan sètelah berfikir sejenak bahwa berita ini tidaklah benar hanya omong kosong dari dokter senior yang sejak mereka bertugas di papua sudah tak menyukainya, azura segera mengeluarkan handphonenya, dan memotret tulisan di kertas itu.
Ia lalu mengirimkannya ke Regan, dengan caption.
'Untuk acara penyambutanku kembali berkerja setelah tiga hari cuti untuk Ibu. Spanduk bertuliskan kata- kata mutiara yang sangat mengharukan.'
Sllu nunggu ka othor up
bab super mewek..
ayo zura jgn putus asa..
ceritanya makin seru