NovelToon NovelToon
Pewaris Sistem Kuno

Pewaris Sistem Kuno

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Spiritual / Sistem / Kultivasi Modern
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ali Jok

Jaka, pemuda desa yang tak tahu asal-usulnya, menemukan cincin kuno di Sungai Brantas yang mengaktifkan "Sistem Kuno" dalam dirinya.

Dibimbing oleh suara misterius Mar dan ahli spiritual Mbah Ledhek, ia harus menjalani tirakat untuk menguasai kekuatannya sambil menghadapi Bayangan Berjubah Hitam yang ingin merebut Sistemnya.

Dengan bantuan Sekar, keturunan penjaga keramat, Jaka menjelajahi dunia gaib Jawa, mengungkap rahasia kelahirannya, dan belajar bahwa menjadi pewaris sejati bukan hanya tentang kekuatan, tetapi tentang kebijaksanaan dan menjaga keseimbangan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ali Jok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perang Dalam Bayangan

Aku harus jujur, kembali ke Padepokan Tirta Amarta dengan segenggam harapan terasa lebih menyeramkan daripada menghadapi tentara bayaran hybrid. Botol Air Mata Dewata di tanganku terasa panas, seperti sedang menegurku untuk bergegas. Sementara itu, ingatanku pada asap hitam di Sukoharjo masih segar. Apakah pilihanku benar? Apakah Bu Parmi benar-benar aman? Pertanyaan-pertanyaan itu menggerogotiku seperti rasa lapar yang tak tertahankan.

Banaspati, yang apinya kini lebih redup dari biasanya, terbang di sampingku. "Mereka pasti sudah menunggu, Pewaris."

Dan benar saja.

Saat kami melewati gerbang padepokan yang masih berbekas pertempuran, suasana yang menyambut adalah kesunyian yang pekat. Bukan kesunyian yang damai, melainkan kesunyian yang menunggu. Beberapa pendekar yang sedang membersihkan puing-puing mengangkat kepala, dan di mata mereka, aku melihat campuran harapan dan kepedihan.

Sekar muncul dari balik pintu kuil utama. Wajahnya yang biasanya tegar seperti baja sekarang hancur berantakan. Matanya bengkak dan merah, tapi dia masih berdiri tegak.

"Kau kembali," katanya, suaranya parau. Tatapannya langsung tertuju pada botol di tanganku.

"Aku membawanya," kataku, mengulurkan botol itu. "Air Mata Dewata. Seperti yang dikatakan naskah."

Dia menerimanya dengan tangan gemetar, tapi kemudian menggeleng pelan. "Ini... mungkin sudah terlambat, Jaka."

Jantungku serasa berhenti berdetak. "Apa? Tidak! Kata Mar tingkat keberhasilannya 99,9%!"

"Itu sebelum kutukan itu berevolusi," suara lemah terdengar dari belakang Sekar. Mbah Ledhek tampak sepuluh tahun lebih tua, bersandar pada tongkatnya. "Racun jiwa nekrotik itu... hidup. Ia telah berubah menjadi parasit spiritual yang membangun penjara di dalam pikiran Retno. Air kehidupan ini bisa menyelamatkan tubuhnya, tapi tidak bisa membebaskan jiwanya yang terperangkap."

Sekar menatapku, dan untuk pertama kalinya, aku melihat air mata mengalir di pipinya tanpa dia berusaha menyembunyikannya. "Eyang terjebak di dalam mimpi buruk terkelam dalam pikirannya sendiri. Dan kami tidak bisa menjangkaunya."

Aku melihat ke arah ruang di belakang mereka, di mana Eyang Retno terbaring. Kemudian aku melihat kembali pada Sekar, pada keputusasaan di wajahnya. Sebuah tekad membara dalam diriku. Aku sudah membuat pilihan di Gunung Lawu. Aku tidak akan mundur lagi.

"Kalau begitu, bagaimana cara kita masuk ke dalam pikirannya?" tanyaku.

Sekar dan Mbah Ledhek terkejut.

"Jaka, itu terlalu berbahaya," kata Mbah Ledhek. "Jiwa seseorang adalah labirin yang lebih berbahaya dari gua mana pun. Kau bisa tersesat selamanya."

"Sistem Kuno-ku terhubung dengan energi spiritual, bukan?" balasku, sekarang mengarahkan pertanyaanku pada Mar. "Mar, analisis. Apakah mungkin?"

"Berdasarkan arsip spiritual: Memungkinkan.

Metode: Membuat sinkronisasi frekuensi kesadaran melalui kontak fisik dan pemandu energi.

Risiko: Jika kesadaranmu hancur di dalam, fungsi otakmu di dunia nyata akan berhenti. Tingkat kematian: 100%.

Rekomendasi: Sangat tidak disarankan."

"Sudah kuduga," gumamku. Lalu aku menatap Sekar. "Dia melakukan ini untukku, untuk kita. Aku tidak akan membiarkannya berjuang sendirian."

Sekar memandangku lama sekali, seolah menimbang-nimbang. Akhirnya, dia mengangguk pelan. "Aku akan memandu energimu. Tapi kau yang harus masuk sendirian. Hubungan darahku dengan Eyang bisa mengacaukan frekuensinya."

Prosesnya membuatku bergidik. Aku duduk bersila di samping tempat tidur Eyang Retno, memegang tangannya yang dingin. Sekar duduk di hadapanku, tangannya memegang pelipisku. Energinya terasa hangat dan familiar, seperti saudara yang tidak pernah kukenal.

"Pewaris, aku akan mengaktifkan modul 'Spiritual Dive'," kata Mar. "Kesadaranmu akan terpisah dari tubuh. Aku akan berusaha mempertahankan koneksi, tapi kekuatannya terbatas. Kau memiliki waktu 24 jam subyektif di dalam. Setiap jam di sana sama dengan lima menit di dunia nyata. Selamat menjelajah."

Dunia di sekitarku mulai bergetar dan memudar. Warna-warna meleleh seperti lilin di bawah terik matahari. Suara Sekar dan Mbah Ledhek menghilang, digantikan oleh bisikan-bisikan tak jelas yang awalnya pelan, lalu semakin keras.

Lalu, segalanya tenang.

Aku berdiri di Padepokan Tirta Amarta, tapi bukan Padepokan yang kukenal. Langit di sini berwarna merah darah, dan bulan purnama tergantung seperti mata raksasa yang mengamati. Bangunan-bangunannya terlihat usang dan retak-retak, ditutupi oleh sesuatu yang seperti sarang laba-laba hitam. Di kejauhan, air terjun yang biasanya jernih sekarang mengalirkan cairan hitam yang kental.

"Pemindaian lingkungan: Dunia pikiran Eyang Retno. Tingkat korupsi spiritual: 85%. Sumber polusi: satu titik di kuil utama."

Aku mengangguk dan mulai berjalan. Jalannya sepi, tapi aku merasa seperti terus diawasi. Bayangan-bayangan bergerak di sudut mataku, berbisik-bisik.

"Pewaris kecil," desis sebuah suara yang mirip dengan Figur Bertopeng Emas, tapi terdistorsi. "Kau pikir kau bisa menyelamatkannya? Dia terjebak karena kelemahannya sendiri."

Aku mencoba mengabaikannya dan berjalan menuju kuil. Saat mendekat, aku melihat sosok yang duduk di tangga kuil. Itu adalah Eyang Retno, tapi bukan Eyang Retno yang kukenal. Dia terlihat lebih muda, mungkin baru berusia dua puluhan, dan dia memeluk lututnya, wajahnya dipenuhi keputusasaan.

Di depannya, berdiri sebuah bayangan hitam dengan topeng emas, manifestasi kutukan itu.

"Lihatlah padepokanmu, Retno," kata bayangan itu dengan suara jahat. "Kau gagal melindunginya. Kau membiarkan para pendekarmu terluka. Kau bahkan tidak bisa menyelamatkan mereka yang paling kau cintai."

Eyang Retno yang muda hanya mengangguk, air mata mengalir di pipinya. "Aku gagal. Aku tidak layak."

"Aku tidak akan membiarkanmu berkata begitu pada dirinya sendiri," kataku, melangkah keluar dari persembunyianku.

Bayangan itu berbalik. "Oh, si anak ajaib sudah datang. Apakah kau datang untuk menyaksikan bagaimana guru besarmu hancur oleh rasa bersalahnya sendiri?"

"Kau bukanlah Figur Bertopeng Emas yang asli," kataku, berusaha terdengar lebih percaya diri daripada yang sebenarnya kurasakan. "Kau hanyalah cerminan dari ketakutannya. Dan aku di sini untuk mengingatkannya pada siapa dia sebenarnya."

Aku berjalan mendekati Eyang Retno yang muda. "Eyang. Dengarkan aku. Padepokan ini masih berdiri. Sekar masih bertarung. Aku masih bertarung. Kami membutuhkanmu."

Dia mengangkat wajahnya, matanya kosong. "Tetapi kesalahanku... pengkhianatan itu..."

"Kesalahan apa?" tanyaku lembut. "Tentang orang tuaku?"

Bayangan itu mendesis. "Diam!"

Tapi Eyang Retno yang muda mulai berbicara, terputus-putus. "Aku... terlalu percaya. Kepada seseorang yang kuanggap saudara. Aku memberitahunya rahasia terbesar, tentang keberadaan orang tuamu, tentang lokasi persembunyian mereka. Aku pikir dia ingin membantu..." Dia terisak. "Dia justru memberitahu 'Sang Tuan'. Aku mengirim mereka ke kematian mereka."

Sekarang aku mengerti. Ini adalah rasa bersalah yang menghantuinya selama puluhan tahun.

"Eyang," kataku, berjongkok di hadapannya. "Mereka yang mengkhianatimu, itu adalah pilihannya. Bukan kesalahanmu karena mempercayainya. Kesalahan ada pada pengkhianat itu, bukan pada orang yang memberi kepercayaan."

Bayangan hitam itu meraung dan menyemburkan energi gelap ke arahku. Aku mengangkat tangan, dan cincinku berpijar, membentuk perisai energi. Tapi itu berat. Sangat berat.

"Mar, aku butuh bantuan! Bagaimana cara melawan ini?"

"Analisis: Entitas ini adalah personifikasi dari rasa bersalah. Kekuatan fisik tidak efektif. Kebenaran dan penerimaan adalah satu-satunya senjata."

Kebenaran. Apa kebenarannya?

Aku melihat Eyang Retno yang masih terpuruk. "Eyang! Dengarkan! Anak mereka, aku, masih hidup! Aku ada di sini sekarang, berkat perlindunganmu selama ini. Perjuanganmu tidak sia-sia. Lihatlah padaku!"

Aku menatapnya langsung ke matanya. "Orang tuaku tidak mati karena kau. Mereka mati karena pengkhianatan seorang pengecut. Dan kau telah menghormati memori mereka dengan menjagaku, dengan membimbingku. Itu bukanlah kegagalan. Itu adalah penebusan."

Saat kata-kata itu terucap, sesuatu terjadi. Cahaya mulai memancar dari tubuh Eyang Retno yang muda. Bayangan hitam itu menjerit kesakitan.

"Tidak! Dia milikku! Rasa bersalahnya adalah milikku!"

"Bukan lagi," kataku dengan tegas. "Dia sudah memaafkan dirinya sendiri."

Cahaya itu menjadi semakin terang, menyapu seluruh area. Bayangan hitam itu mencair seperti salju di bawah terik matahari, jeritannya memudar menjadi bisikan, lalu keheningan.

Dunia di sekitarku mulai berubah. Warna merah darah di langit memudar menjadi biru senja. Bangunan-bangunan memperbaiki diri sendiri, dan sarang laba-laba hitam menghilang.

Eyang Retno yang muda kini berdiri, penuh wibawa. Dia tersenyum padaku. "Terima kasih, Pewaris. Sekarang, pergilah. Dia sudah menunggumu."

Segalanya memudar menjadi putih.

Aku tersentak kembali ke kesadaran di kamar Eyang Retno. Tubuhku terasa lemas seperti kain basah. Kepalaku pusing, dan dunia berputar-putar. Sekar memegangi bahuKu, matanya penuh kecemasan.

"Jaka! Kau baik-baik saja?"

"Aku... aku berhasil," kataku terengah. "Tapi kita harus cepat. Air Mata Dewata!"

Sekar mengangguk cepat dan mengambil botol dari meja kecil di samping tempat tidur. Dengan tangan gemetar, dia membukanya. Aroma aneh, seperti hujan pertama setelah kemarau panjang, memenuhi ruangan.

Dia dengan hati-hati mendekatkan botol itu ke bibir Eyang Retno yang pucat. Tetesan pertama cairan keemasan menyentuh mulutnya. Aku menahan napas.

"Pemindaian: Komposisi Air Mata Dewata terdeteksi. Proses penetralan racun nekrotik dimulai."

Untuk beberapa saat, tidak ada yang terjadi. Lalu, cahaya keemasan samar mulai memancar dari dalam tubuh Eyang Retno. Wajahnya yang pucat berangsur-angsur mendapatkan kembali warnanya. Napasnya yang tersengal-sengal menjadi lebih teratur dan dalam.

Tapi yang paling ajaib adalah luka di dadanya. Pisau energi hitam yang sebelumnya tertancap kini perlahan-lahan terdorong keluar oleh cahaya keemasan, seperti es yang mencair di bawah sinar matahari. Luka itu menutup tanpa meninggalkan bekas.

Sekar menangis terisak-isak, memegangi tangan neneknya. "Eyang..."

Tiba-tiba, jari-jari Eyang Retno bergerak. Kelopak matanya bergetar. Lalu, dengan perlahan, dia membuka matanya. Matanya jernih dan penuh kesadaran, tidak seperti pandangan kosong sebelumnya.

Dia melihat Sekar, lalu menatapku. Sebuah senyum kecil yang lemah muncul di bibirnya.

"Jaka," bisiknya, suaranya serak namun penuh makna. "Kau... sudah melihatnya. Sekarang kau tahu kebenaran tentang pengkhianat kita."

Dia meraih tanganku. Cengkeramannya lemah tapi penuh arti.

"Dia adalah orang yang paling tidak pernah kita duga. Keluarga kita sendiri."

1
ShrakhDenim Cylbow
Ok, nice!
Walaupun latar belakangnya di Indonesia, tapi author keren gak menyangkut-pautkan genre sistem dengan agama🤭
ShrakhDenim Cylbow: Bagoos💪
total 2 replies
Marchel
Cerita yang bagus lanjutkan kak..
Ali Asyhar: iyaa kak terimakasih dukungannya
total 1 replies
Ali Asyhar
semoga cerita ini membuat pembaca sadar bahwa mereka penting untuk dirinya
T A K H O E L
, , bagus bro gua suka ceritanya
bantu akun gua bro
Ali Asyhar: oke bro
total 5 replies
Ali Asyhar
otw bro
Vytas
semangat up nya bro
Vytas
mampir juga bro,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!