NovelToon NovelToon
Pembalasan Anak Korban Pelakor

Pembalasan Anak Korban Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Cerai / Keluarga / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Dara

"Aku akan menghancurkan semua yang dia hancurkan hari ini."
Begitulah sumpah yang terucap dari bibir Primordia, yang biasa dipanggil Prima, di depan makam ibunya. Prima siang itu, ditengah hujan lebat menangis bersimpuh di depan gundukan tanah yang masih merah, tempat pembaringan terakhir ibunya, Asri Amarta, yang meninggal terkena serangan jantung. Betapa tidak, rumah tangga yang sudah ia bangun lebih dari 17 tahun harus hancur gara-gara perempuan ambisius, yang tak hanya merebut ayahnya dari tangan ibunya, tetapi juga mengambil seluruh aset yang mereka miliki.
Prima, dengan kebencian yang bergemuruh di dalam dadanya, bertekad menguatkan diri untuk bangkit dan membalaskan dendamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan Malam

Pak Yusuf menyusuri jalanan malam penuh dengan lampu-lampu yang berdiri teratur disepanjang sisi trotoar. Ia masih ingat betul dimana ia melihat tuan Pram sore kemarin. Di parkiran sebuah apartemen di wilayah itu. Bahkan ia masih mengingat mobil apa yang dikendarai pak Pram. Sebuah mobil mini cooper abu metalik yang tampak sedikit mencolok diantara mobil-mobil mewah yang berjajar di area elit jantung kota.

Pak yusuf mengendari sepeda motornya mengitari komplek yang cukup padat oleh gedung-gedung apartemen dan perkantoran. Matanya berkeliling mencari dimana mobil itu berada. Motornya yang tua dan jarang dipakai membuatnya tampak aneh ditempat seperti itu.

Dewi fortuna menyertainya. Saat ia sedang berhenti di sebuah mini market untuk membeli rokok, mobil yang ia cari muncul dari sebrang jalan. Keluar dari basement sebuah apartemen megah dengan penjagaan super ketat. Bergegas ia menyalakan motornya, mengikuti mobil itu dari belakang.

“Bener ini mobil yang kemarin. Aku ndak boleh kehilangan jejaknya.”

Mobil itu berjalan tidak terlalu cepat, pak Yusuf masih bisa melihat gerak mobil itu dari kejauhan. Hingga mobil itu berhenti di sebuah restaurant mewah dengan gaya eropa yang kental.

“Wah, aku ndak mungkin parker di sana. Pasti security ndak akan mengijinkan.”

Pak Yusuf memutar otak. Mau tak mau ia harus melewati restaurant itu dan mencari tempat dimana ia bisa memarkirkan motornya.

“Ah, aku parkir di sana saja.”

Pak Yusuf berhenti di sebuah minimarket ber cat biru, tak jauh dari restaurant.

“Bang, saya titip motor sebentar ya. Saya mau nemuin orang di resto eropa itu.”

Pamitnya pada seorang tukang parker di sana.

“Kenapa gak parkir di sana aja pak. Dari pada bapak jalan kaki ke sana.”

“Ah, gak enak Bang, masa motor butut gini parkir di sana. Di sini aja boleh kan ya?”

“Boleh Pak. Tapi motornya dikunci stang ya.”

“Aman bang.”

Pak Yusuf segera berlari kecil menyusuri trotoar menuju restaurant, berharap pemilik mobil mini cooper itu tak menghilang dari sana.

“Selamat malam, Bapak mau kemana?”

Benar saja, seorang security menghentikannya saat ia hendak masuk ke restaurant itu. Sepertinya memang penampilannya yang jauh dari kata perlente membuatnya terasa tak lazim masuk ke restaurant semewah itu.

“Eh, saya supir pak. Saya diminta datang oleh majikan saya. Itu, yang bawa mini cooper itu.”

“Atas nama siapa ya? Saya coba cek dulu di buku reservasi.”

Aduh, pak Yusuf menggaruk pahanya. Ia sendiri tidak yakin kalau orang yang sedang ia cari adalah orang yang sama yang mengendarai mobil itu. Tapi, jika ia tak masuk ke sana, ia juga tak akan tahu apakah betul orang yang di dalam adalah Tuan Pram atasannya.

“Anu, tuan Pram. Pramudya.”

Jawabnya ragu. Security dengan badan tinggi tegap mencari nama yang pak Yusuf sebutkan. Sementara pak Yusuf dag dig dug berharap cemas.

“Oh, ya. Beliau sudah masuk. Silahkan.”

Deg.

Jantung pak Yusuf seperti terhenti. Jadi, benar dugaannya. Tuan Pram memang orang yang berada di mobil itu kemarin sore saat ia menjemput nona Prima pulang sekolah.

Dengan kaki gemetar pak Yusuf memasuki lobby restaurant itu. Hanya dingin dari penyejuk ruangan menyergap masuk menembus jaket kulitnya. Ruangan resto itu sangat megah. Betul-betul seperti ia sedang berada di luar negeri, entah negeri mana karena pak Yusuf sendiri belum pernah ke luar negeri. Yang jelas, nuansanya buka nuansa Indonesia.

Pak Yusuf berjalan memutar perlahan. Matanya jeli menatap sekeliling, mencari dimana tuannya berada. Tingkahnya yang mencurigakan membuat seorang pramusaji menghampirinya.

“Bapak mencari siapa?”

“Oh, anu, saya mencari atasan saya. Laki-laki umur sekitar 38 tahun. Dengan, seorang wanita. Itu, yang naik mobil mini cooper itu.”

“Oh, beliau ada di privat room bapak. Di lantai 2. Bapak siapa ya?"

“Saya sopirnya. Saya diminta datang.”

“Oh ya, mari saya antar.”

Pak Yusuf mengangguk. Ia berjalan dibelakang wanita muda itu menaiki tangga lebar bergaya eropa yang memutar ke lantai 2 bangunan tinggi itu.

“Beliau ada di room 4 pak, ada di lorong ini sebelah kiri.”

“Baik, biar saya kesana sendiri saja. Terimakasih sudah diantar.”

Pak Yusuf berjalan pelan di lorong dengan pintu-pintu putih nan megah di sisi kanan dan kiri lorong. Ruangan yang benar-benar privat dengan pintu tingga dan sangat tertutup. Hati pak Yusuf berdesir, seperti ada yang menggelitik dari dalam. Jantungnya terasa lompat-lompat tak karuan. Sedang apa pak Yusuf di sana dengan seorang wanita yang bukan istrinya, batinnya gundah.

Pak Yusuf berhenti di sebuah pintu dengan plang tertulis nomor 4 seperti yang ditunjukan pramusaji wanita itu. Jantungnya kian memukul dada, rasanya mau meledak.

Pak Yusuf bingung sendiri, apa yang akan ia lakukan setelah ini? Ia tak mungkin menerobos masuk begitu saja. Namun ia juga tak mungkin diam di situ tak melakukan apa-apa. Ia akhirnya hanya mondar-mandir di depan pintu seperti laki-laki sedang menunggui istrinya melahirkan. Cemas, bingung, takut.

“Permisi, bapak sedang apa ya?”

Pak Yusuf terkejut, ia bahkan sampai melompat. Seorang pramusaji laki-laki membawa kereta dorong yang hendak mengantar makanan.

“Eh, maaf. Saya ini sopir, tuan saya ada di dalam sedang makan malam. Saya diminta datang tapi saya tidak enak mau masuk. Takut menganggu.”

“Saya mau mengantar makanan ke dalam, apa perlu saya beritahukan?"

“Oh, tidak usah. Saya sudah kirim pesan kok, hanya belum di balas. Biar saja saya menunggu dibawah, menunggu perintah selanjutnya.”

Pak Yusuf berusaha memberikan alasan. Untungnya, pria itu percaya dengan alasannya.

“Baik kalau begitu.”

Pramusaji itu membuka pintu ruangan tempat tuan Pram berada. Kesempatan, pak Yusuf mengintip ke dalam. Pintu yang terbuka lebar karena kereta dorong yang harus dibawa masuk membuat pak Yusuf tak mengalami kesulitan untuk melihat ke dalam.

Betapa mendidih darah pak Yusuf, melihat apa yang terjadi di dalam. Ia yakin betul bahwa Pramudya yang disebutkan oleh security dan Pramudya tuannya adalah orang yang sama. Namun ia sangat tidak mempercayai apa yang ia lihat barusan.

Tuan Pramudya dan seorang wanita muda seumuran Nyonya Anita, sedang bercumbu di dalam. Saling menautkan wajah begitu dekat. Pak Yusuf tak terlalu jelas melihat adegan itu, ia tak tau pasti apa yang terjadi disana. Tapi, apalagi yang dilakukan pria dan wanita dalam ruangan tertutup seperti itu, dengan wajah yang hampir menempel meskipun yang ia lihat hanya punggung tuan Pram?

Pak Yusuf tak kuasa berada lama-lama menatap kemesraan tak masuk akal mereka. ia memilih berlari turun ke bawah dan keluar dari bangunan mewah yang kini dengan ajaib terasa begitu panas baginya.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!