NovelToon NovelToon
MR. LEONARDO

MR. LEONARDO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: nura_12

Leonardo, seorang pria berusia 30 tahun pengusaha kaya raya dengan aura gelap. Dari luar kehidupan nya tampak sempurna.

Namun siapa yang tahu kalau pernikahannya penuh kehampaan, bahkan Aurelia. Sang istri menyuruhnya untuk menikah lagi, karna Aurelia tidak akan pernah bisa memberi apa yang Leo inginkan dan dia tidak akan pernah bisa membahagiakan suaminya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nura_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 2. malam yang hening

Malam itu suasana kediaman megah keluarga Wirjawan terasa begitu hening. Di luar, lampu-lampu taman menyala indah, berpadu dengan cahaya bulan yang menembus kaca jendela besar lantai tiga. Leonardo sedang duduk di ruang santainya, mengenakan kemeja santai warna hitam dengan lengan tergulung. Di tangannya ada segelas wine merah, sementara matanya menatap kosong layar televisi yang bahkan tidak benar-benar dia perhatikan.

Ponselnya bergetar di meja kecil samping kursi. Nama yang tertera di layar membuat wajahnya berubah sedikit—Mama. Ia menarik napas panjang, lalu mengangkatnya.

“Leonardo, Nak… bagaimana keadaanmu di Jakarta? Mama harap kamu makan teratur, jangan terlalu keras pada dirimu,” suara lembut sang ibu terdengar dari seberang, meski ada sedikit jeda khas sambungan internasional.

Leonardo menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, menatap langit-langit ruangan. “Semuanya aman, Ma. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Perusahaan juga berjalan seperti biasa.” Suaranya terdengar tenang, datar, penuh kendali.

Tak lama kemudian, suara berat ayahnya ikut masuk dalam sambungan itu. “Leo, kapan kamu berencana datang ke Amerika? Sudah saatnya kamu lebih banyak berada di sini, ikut mengawasi bisnis induk. Bagaimanapun, masa depan keluarga besar Wirjawan ada di tanganmu.”

Leonardo terdiam sesaat, menatap keluar jendela yang menampilkan panorama lampu kota Jakarta di kejauhan. Ada bayangan samar kelelahan di matanya, lalu ia menjawab dengan nada dingin namun tegas, “Tidak akan pernah, Pa. Aku tidak akan ke sana.”

Keheningan mengalir sejenak di antara mereka. Dari seberang, sang ibu menghela napas berat, mencoba menengahi. “Leo, jangan bicara begitu. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Kamu anak pertama kami, penerus perusahaan. Di sini, semua menunggu kehadiranmu.”

Leonardo tersenyum tipis, tapi senyuman itu tidak sampai ke matanya. “Aku tahu, Ma. Tapi pilihanku sudah bulat. Jakarta adalah tempatku. Aku tidak butuh Amerika, dan aku tidak butuh semua itu.”

Ia meneguk kembali minumannya, mencoba mengubur rasa sakit yang diam-diam menyeruak setiap kali membicarakan keluarganya di seberang benua.

“Papah hanya ingin melihatmu lebih dekat dengan kami,” ucap sang ibu lirih.

Leonardo menutup mata, kepalanya sedikit tertunduk. “Aku tetap anak kalian, Ma.”

Sambungan itu akhirnya berakhir setelah beberapa percakapan singkat lainnya. Leonardo meletakkan ponselnya agak kasar di meja, lalu menghela napas panjang. Sepi kembali menguasai ruangan. Di luar, suara angin malam berdesir pelan, sementara di dalam dirinya, ada perang yang tak seorang pun tahu.

Mentari pagi menyelinap dari celah tirai jendela besar di lantai tiga kediaman megah keluarga Wirjawan. Cahaya keemasan menembus perlahan, menyapu ruangan dengan hangat yang kontras dengan dinginnya nuansa marmer putih dan perabot klasik bergaya Eropa yang menghiasi ruang pribadi Leonardo. Dari balkon kamar pribadinya, panorama Jakarta terlihat jelas, meski hiruk-pikuk kota itu seakan tidak pernah masuk ke dalam kehidupannya. Di tempat ini, hanya ada dirinya, ketenangan, dan rutinitas yang tak pernah berubah.

Leonardo duduk tegak di kursi panjang berbahan kayu jati yang dilapisi bantalan beludru abu-abu. Penampilannya tetap rapi meski baru saja bangun tidur—kemeja putih tipis masih menempel di tubuh bidangnya, beberapa kancing dibiarkan terbuka memperlihatkan kulitnya yang putih bersih. Di tangan kirinya, segelas kopi hitam pahit mengepulkan asap tipis, sementara di tangan kanannya, sebatang rokok mahal telah menyala.

Hisapan pertama ia tarik dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan. Asap rokok menari di udara, berpadu dengan aroma kopi yang pekat. Pemandangan matahari terbit di hadapannya begitu indah, tapi tatapannya dingin, seolah tak pernah benar-benar menikmati apa pun yang ditawarkan dunia.

Bagi Leonardo, hidup hanya dua kata: bekerja dan bertahan. Kebahagiaan adalah barang mewah yang tak sempat ia pikirkan.

Tiba-tiba, bunyi notifikasi ponsel memecah kesunyian pagi. Ia menoleh sekilas, mengulurkan tangan, dan meraih ponsel hitam di atas meja kecil samping kursinya. Layar menampilkan pesan singkat dari seseorang.

"*Leo, tolong suruh supir menjemput saya di bandara*."

Leonardo membaca sekali, lalu meletakkan kembali ponselnya. Ia tidak pernah suka bertele-tele. Jawabannya hanya satu kata, singkat dan padat.

"Iya."

Tanpa perlu berpikir panjang, Leonardo menggeser tubuhnya ke belakang, menyandarkan punggung di kursi. Sebatang rokok kembali ia hisap, sebelum ia mengangkat ponselnya lagi dan menekan nomor yang sudah hafal di luar kepala.

Tersambung.

“Adrian.” Suaranya berat, dalam, dan tetap datar.

Di seberang sana, suara lelaki terdengar santai, penuh gurauan. “*Ya, Tuan. Selamat pagi. Apa yang bisa saya lakukan kali ini? Mengurus rapat mendadak, atau membelikan kopi favorit Anda*?”

Leonardo menghela napas pelan, lalu menjawab dingin, “Pergi ke bandara. Jemput seseorang.”

Adrian terdiam sebentar, lalu terkekeh kecil. “*Seseorang? Kedengarannya penting sekali. Kalau begitu, bagaimana kalau setelah ini gaji saya ditambah, Tuan? Pekerjaan saya makin hari makin beragam. Jadi supir, jadi sekretaris, bahkan kadang jadi penghibur pribadi Anda juga*.”

Suara Adrian terdengar ringan, jelas mencoba mencairkan suasana. Ia memang sudah lama terbiasa dengan sifat keras dan dingin majikannya.

Leonardo memejamkan mata sebentar, rokok di tangannya sudah tinggal separuh. Nada bicaranya tetap sama, dingin tanpa emosi. “Delapan ratus.”

Adrian langsung mengerutkan dahi. “*Delapan ratus? Maksud Tuan, delapan ratus apa? Dolar? Ribu? Atau… jangan bilang delapan ratus rupiah, saya mogok kerja sekarang juga*.”

Leonardo membuka matanya, menatap lurus ke depan pada mentari yang semakin terang. “Dolar. Anggap saja bonus.”

Sunyi sejenak, sebelum suara tawa Adrian pecah keras di seberang telepon. “*Ha! Akhirnya hati Tuan bisa juga digerakkan untuk menambah gaji saya. Baiklah, saya akan menjemput orang itu dengan sepenuh hati*.”

Leonardo tidak membalas tawa itu. Ia hanya memutuskan telepon dengan tenang, seolah percakapan barusan tak pernah terjadi.

Ia meletakkan ponsel di meja, lalu menyesap sisa kopinya sampai habis. Getirnya kopi hitam bercampur dengan pahit rokok di tenggorokannya, meninggalkan rasa yang sesuai dengan hidup yang ia jalani..

Tangannya meraih rokok terakhir di meja, menyalakannya, lalu ia duduk lebih tegak. Pikirannya mulai disibukkan oleh berbagai spekulasi.

Disisi lain Adrian sedang menjalankan tugas nya yaitu menjemput seseorang yang ada di bandara, Adrian sudah sering menjemput orang tersebut dan sangat hapal siapa dia untuk seorang Leonardo Adikara Wirjawan.

Di sepanjang jalanan, Adrian bersenandung kecil sambil melihat jalanan ibukota yang sangat padat. Dia sesekali melihat ke arah HP nya untuk melihat informasi terkini.

"Kenapa tidak tuan sendiri aja sih yang jemput, tapi tidak apa-apa. Setidaknya gaji ku di tambahin tuan."

Dia terus melajukan kecepatan nya untuk segera ke bandara dan setelah itu kembali lagi ke kantor, karna hari ini terlalu padat jadwal meeting untuk tuan nya yang super sibuk.

Di sisi lain, Leo memilih untuk mandi untuk menenangkan pikirannya, dan dia juga harus bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

1
Khalisa
kyknya seru nih cerita
CantStopWontstop
Makin suka sama cerita ini.
Luna de queso🌙🧀
Gak sabar next chapter.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!