NovelToon NovelToon
Evil Bodyguard

Evil Bodyguard

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Lari Saat Hamil / One Night Stand / CEO / Hamil di luar nikah / Mafia
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Riya Wardu

Sekilas hampir mirip dengan cerita yang sempat viral beberapa waktu lalu. Tetapi ini murni karya Author, hanya ada sedikit kemiripan alur saja.

Menceritakan tentang seorang gadis bernama Zahwa Qarira Nazhira yang mencintai pengawal pribadinya yang bernama Liam Martin Robinson. Akan tetapi, Liam justru berbuat jahat ke Zahwa hingga suatu ketika Zahwa bertemu dengan seorang pria yang ternyata mengagumi dirinya sejak dulu.

Akankah Zahwa memaaafkan Liam dan kembali mencintai Liam?

Simak ceritanya ya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riya Wardu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Bukan Perempuan Baik

Zahwa menyeruput teh hangat pemberian Bibi Asih. Terasa hangat dan menyegarkan badan setelah beberapa jam yang lalu melalukan perjalanan jauh dari ibukota menuju ke desa Bibi Asih.

"Non, maaf kalau Bibi lancang.. Apa Bibi boleh bertanya sesuatu? "

Zahwa menoleh ke arah Bibi Asih lalu meletakkan cangkir teh hangat di meja.

"Mau bertanya apa Bi? "Tanya Zahwa ke Bibi Asih.

"Non, maaf kalau Bibi lancang.. Apa Non sudah menelpon Den Theo? Sejak dari kita sampai di sini Non Zahwa belum mengabari Den Theo, takutnya Den Theo khawatir dengan Non Zahwa.. "tanya Bibi Asih ragu-ragu

"Kalau Bibi lihat sepertinya Den Theo sayang dan perhatian dengan Non Zahwa.. Dia sepertinya takut jika Non Zahwa kenapa-napa, dia sangat khawatir sama Non Zahwa.. "

Ucap Bibi Asih yang kemudian mengambil pisang rebus kemudian memakannya.

"Apa Non Zahwa nggak menelepon Den Theo? Dari sejak kita berangkat sampai kita tiba di sini Non Zahwa belum mengabari Den Theo.. "lanjut Bibi Asih setelah memakan pisang rebus

"Tapi ini kan sudah malam Bi, apa nggak menganggu Mas Theo? "Jawab Zahwa yang memang ada keinginan menelepon Theo

Bibi Asih membenarkan memang ini sudah malam, tapi saran dari Bibi Asih dicoba dulu ditelepon. Jika tidak dijawab ya kirim pesan saja, beritahu jika mereka sudah tiba di kampung halaman Bibi Asih.

Saran dari Bibi Asih diterima oleh Zahwa, kemudian mereka kembali menikmati teh hangat dan pisang rebus kembali. Selang beberapa menit mereka masuk ke dalam rumah, Bibi Asih ijin untuk istirahat dulu. Sementara Zahwa di kamar mengambil ponsel dari tas nya, ponsel itu diberi oleh Theo. Sebenarnya Zahwa menolak akan tetapi dengan segala cara Theo meyakinkan Zahwa agar menerima ponsel pemberiannya.

Tut

Tut

Tut

Berdering nada yang menandakan nomor Theo aktif.

Di Seberang Kota Sana.

Seorang pria tampan sedang tertidur dengan pulasnya akan tetapi tiba-tiba terganggu dengan ponselnya yang berdering. Dan tanpa melihat siapa yang meneleponnya dia langsung menjawab dengan nada ketus.

"Kalau ada yang penting katakan.! Kalau tidak ada matikan saja teleponnya.! "

"Maaf Mas Theo.. "

Mendengar suara yang tidak asing dengan panggilan untuk dirinya seketika itu Theo langsung bangkit dan membuka matanya.

"Zahwa? "

"Hallo Zahwa.. Hallo.."

Theo melihat ponselnya ternyata Zahwa yang menelepon dirinya dan dia langsung menutup percakapan ketika Theo menjawab dengan ketus. Theo yang merasa bersalah mengusap wajah dengan kasarnya, menyesal karena menjawab dengan ketus panggilan dari Zahwa.

Tanpa ragu dia mencoba menelepon balik Zahwa, dan keberuntungan berpihak pada Theo. Saat itu pula Zahwa menjawab panggilan telepon dari Theo.

"Hallo Zahwa.. Maaf ya tadi aku berkata seperti itu, maaf aku tidak tau kalau kamu yang meneleponku.. "

"Nggak papa, maaf jika aku menganggu istirahat Mas Theo.. Aku cuma mau ngabari kalau aku sama Bibi Asih udah nyampai tadi sore, maaf aku lupa baru menelepon Mas Theo.."

Dan terjadilah malam itu mereka berdua mengobrol, hingga Zahwa merasa mengantuk dan ijin ke Theo mau tidur.

"Ya udah, kamu istirahat saja dulu.. Selamat malam Zahwa, jangan lupa mimpiin aku ya.. "

Ucap Theo mengakhiri percakapan dengan Zahwa sambil rebahan dan senyum-senyum sendiri.

Sayup suara adzan terdengar diiringi suara ayam jago yang berkokok di waktu shubuh menyatu dengan hawa sejuk udara di pagi hari tak menyurutkan seorang gadis cantik untuk terlena dalam mimpinya.

Bangun pagi hari sudah menjadi kebiasaan Zahwa, menjalankan ibadah kepada sang Pencipta selalu ditanamkan dalam diri Zahwa. Meski hawa kantuk masih menyerang Zahwa bangkit dari tidurnya dan keluar kamar untuk membersihkan diri dan berwudhu.

"Eh Non Zahwa udah bangun, padahal baru saja Bibi mau bangunin Non.. "ucap Bibi Asih yang melihat Zahwa baru keluar dari kamar.

"Udah Bi, kalau nggak dipaksa bangun yang ada malah keenakan tidurnya Bi.. Apalagi hawa di sini yang mendukung buat kembali tarik selimut lagi.. "balas Zahwa sambil merengangkan ototnya agar tubuhnya rileks.

Apa yang dikatakan Zahwa dibenarkan oleh Bibi Asih, memang hawa udara di desa tempat tinggal Bibi Asih sangat sejuk apalagi di waktu shubuh seperti ini. Maklum saja karena tempat tinggal di daerah pegunungan tentu saja udara di sini sejuk bahkan terkadang dingin.

Obrolan singkat mereka terhenti karena Bibi Asih mau menunaikan ibadah sholat shubuh di Masjid dekat rumahnya. Bibi Asih mengajak Zahwa, dan senang hati Zahwa mengikuti Bibi Asih untuk sholat di Masjid di dekat rumah Bibi Asih.

Hati menjadi tenang setelah menunaikan ibadah kepada sang Khalik itulah yang dirasa Zahwa saat ini. Dan saat ini di kala sinar mentari pagi sudah menyapa Zahwa memilih untuk ikut Bibi Asih ke ladang untuk memanen beberapa sayuran. Padahal Bibi Asih menyuruh Zahwa untuk di rumah saja, akan tetapi Zahwa menolak dengan halus dengan alasan dia ingin menikmati suasana di desa tempat tinggal.

Perlahan sinar matahari mulai merangkak, hawa yang semula sejuk perlahan menghangat.

"Non, udah dulu.. Kita lanjut besok aja.. "Ajak Bibi Asih yang melihat Zahwa masih memetik beberapa sayuran.

Zahwa yang merasa dipanggil Bibi Zahwa akhirnya menghentikan aktifitas memetik sayuran,kemudian berpamitan dengan beberapa orang di sana lalu mengambil dan membawa sayuran yang dipetik tadi dan menghampiri Bibi Asih untuk pulang ke rumah Bibi Asih.

Beberapa menit berlalu mereka sudah sampai di rumah Bibi Asih. Betapa terkejutnya Zahwa melihat seseorang yang berada di teras rumah Bibi Asih.

"Hai Zahwa.. "sapa pria itu yang membuat Zahwa mematung di hadapannya.

"Zahwa.. "panggil pria itu yang tidak lain adalah Theo.

"Mas Theo? "Gumamnya setelah tersadar dari lamunannya.

Gumam Zahwa yang terdengar oleh Theo membuat Theo tersenyum. Sedetik kemudian Zahwa mempersilahkan Theo untuk duduk, sementara Bibi Asih berlalu ke dalam meninggalkan dua insan manusia di teras rumahnya.

"Darimana? "Tanya Theo setelah mendaratkan bokongnya di kursi kayu di teras rumah Bibi Asih

"Dari ladang.. "jawab Zahwa yang juga duduk di samping Theo

"Ladang? "Tanya Theo kembali dengan mengerutkan dahinya

Zahwa mengangguk menjawab kembali pertanyaan Theo. Dan beberapa menit berlalu terjadi lah obrolan di antara mereka,dari obrolan receh hingga obrolan serius.

"Apa kamu mau Zahwa? "

Sebuah pertanyaan Theo yang membuat mata Zahwa berkaca-kaca. Apa maksud dari pertanyaan Theo itu? Haruskah Zahwa menerima Theo?

"Maaf sebelumnya Mas Theo, aku rasa itu terlalu cepat.. Kita belum mengenal satu sama lain, terlebih keadaan aku --- "ucapan Zahwa terjeda mengingat kejadian yang menimpa dirinya beberapa waktu yang lalu.

Kejadian beberapa waktu yang menimpa Zahwa membuat dia seakan seperti manusia yang hina, jika mengingat hal itu dia pasti akan menangis.

"Tidak ada manusia yang sempurna Zahwa, lupakan kejadian itu dan mulai hidup baru denganku.. "ujar Theo ke Zahwa yang mulai menitikkan air matanya.

Bisa dikatakan ini terlalu cepat untuk menyatakan perasaan hati Theo ke Zahwa. Tapi itu lah yang bisa Theo lakukan, dia ingin bersama Zahwa, melindungi Zahwa dari orang-orang yang akan dan bahkan sudah mengusik kehidupan Zahwa selama ini. Dengan kesungguhan hatinya Theo melamar Zahwa.

"Aku bukan perempuan yang baik Mas, aku tidak pantas untuk Mas Theo yang sempurna.. Di luar sana banyak gadis yang baik, bukan perempuan kotor seperti aku, hiks hiks.. "ucap Zahwa yang menangis masih mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu.

Air mata Zahwa menetes diiringi isak tangis yang memilukan. Sungguh, dia merasa sudah menjadi perempuan yang kotor. Theo yang melihat keadaan Zahwa yang menangis terisak segera mengenggam tangan dan memeluk Zahwa.

Hanya Ilustrasi

"Tidak Zahwa, kamu perempuan yang baik.. Lupakan kejadian itu ya, kita mulai lembaran hidup yang baru.. "ucap Theo yang memeluk Zahwa mencoba memberi ketenangan untuk Zahwa.

Tidak banyak kata yang Theo ucapkan ke Zahwa, namun dalam hatinya dia akan berjanji untuk selalu melindungi Zahwa dari orang-orang yang selama ini berbuat jahat ke Zahwa.

"Itu Pak Kades.. Mereka di sana..!

1
Bunda Abi
siapa dia,?
Bunda Abi
semangat upnya Thor
Bunda Abi
siapa tuh yg melihat, apakah Liam,?
Bunda Abi
banyak rahasia yang belum terungkapkan yah Thor
Dwi Winarni Wina
Zahwa hanya anak diperlakukan tidak adil, orgtua angkatnya lbh sayang sm anak kandungnya....
Dwi Winarni Wina
Kasian bingit zahwa kurang kasih sayang kedua orgtua, keduanya orgtua lbh sayang adiknya....
zahwa diperlukan kurang baik, jgn kelihatan lemah zahwa tunjukan kpd kedua orgtua sangat kuat dan tanggung....
Putri Ana
thor kapan up nya yah.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!