NovelToon NovelToon
Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:656
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Fey

Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

*********

Beberapa menit kemudian, keduanya dalam perjalanan menuju rumah Suina dengan menggunakan sepeda.

Edo sengaja mengantarnya, karena cemas dengan gadis itu yang berjalan sendirian.

Sementara Riri sudah pulang lebih dulu, setelah selesai dengan belanjaanya di mini market tanpa mengajak Suina.

"Terima kasih banyak ya, Dok," ucap Suina sambil mengatur langkahnya turun dari sepeda Edo.

"Ingat, Suina, lain kali jangan jalan sendirian, apalagi di malam hari. Itu bahaya banget. " Ucap Edo menatapnya, dengan nada suara yang mengandung kekhawatiran.

Suina mengangguk faham sambil tersenyum manis.

"Iya, Dok! Akan aku ingat selalu." Jawab Suina.

Ketika sedang asyik mengobrol, tiba tiba bibi Yan datang.

"Eh, ada pak dokter!" Ucap Bibi Yan menyapa dengan suara ceria.

"Selamat malam, Tante." Ucap Edo membalas dengan senyum yang agak kaku.

"Ah, jangan panggil saya Tante, panggil saja bibi Yan. Semua orang memanggil saya begitu. " celetuk Bibi Yan sambil tersenyum lebar.

Suina hanya menghela napas pelan dan memberikan isyarat mata kepada Edo, karena tak tahan melihat tingkah centil bibinya itu.

"Oh, dan terima kasih ya dok, sudah mau mengantar Suina pulang lagi." Ucap Bibi Yan dengan nada menghargai.

"Sama-sama, Bibi... eh Yan, maksud saya." Jawab Edo yang masih mencoba menyesuaikan panggilannya.

"Baiklah kalau begitu, saya pamit dulu." Lanjut Edo yang akhirnya mengambil inisiatif untuk segera pergi.

"Iya, silakan! Sampai jumpa lagi, dok." Jawab Bibi Yan melambaikan tangan dengan ramah saat Edo melangkah pergi.

Pria itu pun langsung naik keatas sepedahnya, kemudian berlalu pergi.

Suina terus tersenyum sambil melambaikan tanganya juga kepada pria itu.

"Heh!" tiba-tiba bibi Yan memecah keheningan dengan seruan singkat itu.

"Ya ampun, Bibi! Bikin kaget aja," Suina menyahut sambil menempelkan tangan di dada, terkejut.

"Kita harus bicara, gadis nakal," ucap bibi Yan dengan nada serius yang tak biasa.

"Mau ngomongin apa sih, Bibi? Kok tiba-tiba serius gitu?" Tanya Suina mendekat, dengan rasa penasarannya bergejolak.

Bibi Yan pun langsung mengajaknya masuk, kemudian duduk berdua di ruang tengah.

" Kenapa sih, bi? " tanya Suina penasaran.

" Apa sekarang pria itu jadi sopir pribadimu? perasaan bibi lihat akhir akhir ini kamu sering kali di anterin pulang sama dia?  " tanya bibi Yan serius.

" Hehe.. ceritanya panjang bibi Yan. " jawab Suina terkekeh.

" Oh nggak apa apa, bibi punya banyak waktu luang kok, untuk mendengarkan cerita panjangmu itu. " ucap bibi Yan.

" Apa jangan jangan kamu memukul pria itu? makanya dia nurut banget sama kamu, sampai sampai sering nganterin kamu pulang? " tanya bibi Yan menebak.

" Ih! bibi! emang Suina apaan, gengster? Pake mukul orang segala. " jawab Suina kaget.

" Tapi, jika bibi lihat lihat. sepertinya pria itu tidak terlalu buruk. " ucap bibi Yan.

" Tentu saja dia tidak buruk, orangnya baik banget tau bi. " jawab Suina.

" Bukan itu yang bibi maksud, Suina! " ucap bibi Yan kesal.

" Terus apaan dong? " tanya Suina bingung.

" Maksud bibi itu, dia tidak terlalu buruk untuk menjadi pacar kamu wahai gadis nakal. " jawab bibi Yan greget.

" Hah... " ucap Suina kaget.

" Bibi apa apa sih! mana mungkin lah. " lanjutnya sambil tertawa.

" Terus kenapa kamu sering di antar pria itu hampir setiap hari? kalau bukan kamu demen sama dia? " tanya bibi Yan heran.

" Itu karena Suina bantuin dia untuk merawat seekor kucing, bibi ingat nggak kucing yang pernah ngejar Suina dulu? " jawab Suina sambil bertanya.

" Ingat. " jawab bibi Yan penasaran.

" Nah! kucing itu sekarang di adobsi sama dia, karena dia sering sibuk di rumah sakit dan tidak punya waktu banyak. makanya Suina bantuin dia untuk merawat kucing itu, kami sepakat untuk merawat kucing itu sampai anak anaknya lahir. " jelas Suina.

" Aw! kami? " ucap bibi Yan kaget sambi tersenyum gemes.

" Memangnya kenapa? Suina dan dia memang sepakat untuk merawat kucing itu. " tanya Suina bingung.

" Kalian gemes banget tau nggak. " jawab bibi Yan.

" Oh ya, satu lagi. tadi Suina sempat konsultasi kesehatan sama dia. karena sering kali ngerasain kram tiba tiba, makanya dia ngejelasin beberapa faktor penyebabnya. jadi mulai besok Suina harus mengubah beberapa kebiasaan Suina agar bisa mengatasi beberapa keluhan di tubuh Suina. " jelas Suina lagi.

" Makanya tadi dia nawarin anterin Suina pulang, karena udah larut malam. " Lanjutnya lagi.

" Hhuuu... sepertinya dia benar benar peduli padamu Suina. " ucap bibi Yan menebak.

" Suina nggak tau bi, tapi kayaknya nggak deh. karena kita berteman makanya di perduli pada Suina, dan juga dia seorang dokter. jadi sudah sepatutnya di membatu Suina dalam hal kesehatan. " jawab Suina.

" Nggak Suina, bibi yakin. dia pasti suka sama kamu. " ucap bibi Yan.

" Udah ah bibi! fikiran bibi makin kemana mana. " jawab Suina yang langsung beranjak naik menuju kamarnya.

" Ehh di bilangin nggak percaya. " ucap bibi Yan heran.

Pagi menjelang, Edo tengah duduk di meja makan menikmati sarapannya.

Pria itu tampak serius meneguk segelas jus, sembari memeriksa beberapa pekerjaan di IPADnya.

Tiba tiba perhatiannya teralih begitu melihat paper bag yang ada di meja dapur. paper bag berisi kue kering yang ibunya berikan untuk Cindi.

Edo langsung mengambil ponselnya, kemudian menghubungi gadis itu.

" Halo prof! " ucap Edo begitu Cindi mengangkat panggilannya.

" Apa apa dok? tumben dokter telpon saya? " tanya Cindi dari balik telpon.

" Ibuku membuatkan beberapa kue kering untukmu, saya akan mampir ketempat kerja profesor untuk memberikan ini. " jawab Edo.

" Baiklah. " ucap Cindi singkat.

" Baiklah, Sampai jumpa. " jawab Edo kemudian mematikan panggilannya.

Beberapa menit kemudian, ia teringat dengan Suina.

Edo kembali mengambil ponselnya, kemudian mengirim pesan kepada gadis itu.

Di rumah, Suina baru saja bangun dari tidurnya.

Setelah semalam mengerjakan beberapa pekerjaanya, kini gadis itu turun kebawa menghampiri bibinya yang sedang sibuk di dapur.

"Morning, Bibi Yan!" seru Suina sambil meringis nakal.

"Heh, pagi juga, anak nakal." sahut Bibi Yan sambil mengaduk-aduk panci di kompor.

" Bibi lagi buat apa?" tanya Suina, menatap penasaran sambil membuka sebotol air mineral.

" Buatin sarapan untuk Riri, Kamu juga mau?" tawar Bibi Yan tanpa menoleh.

"Enggak ah, Suina nggak laper." jawab Suina yang memang tidak suka sarapan pagi, kemudian ia langsung meneguk isi botolnya dengan lahap.

Setelah itu ia beranjak duduk di meja makan, dan mulai sibuk dengan ponselnya.

Di lihatnya ada pesan yang di kirimkan Edo.

Dengan cepat gadis itu langsung membukanya.

" Saya menyuruhmu untuk sarapan, ini hari pertama kamu harus mendengarkan semua arahan dari saya, ingat? " isi pesan Edo.

" Huuufff... " gumam Suina yang langsung menghela nafas panjangnya.

" Bibi Suina juga mau sarapan. " ucap Suina tiba tiba.

" Hah? kok tiba tiba berubah fikiran? apa yang terjadi? " tanya bibi Yan kaget.

Dengan cepat bibi Yan mengambilkannya semangkuk bubur dan juga sayur soop.

" Nih! nih! baru aja masak. " ucap bibi Yan sambil meletakannya di meja depan Suina duduk.

" Terima kasih bibi Yan. " jawab Suina yang tidak berselera begitu melihat makanan itu.

" Kenapa? nggak enak ya? Natap makanannya gitu banget? " tanya bibi Yan heran.

" Enak kok, hanya saja Suina nggak berselera. bibi kan tau, Suina nggak suka sarapan pagi. " jawab Suina.

" Terus kalau nggek berselera, kenapa kamu mau sarapan? " tanya bibi Yan bingung.

" Huff.. Suina di suru sama dokter itu, karena Suina sudah janji untuk mengikuti semua metodenya agar merubah beberapa kebiasaan buruk Suina bibi Yan. " jawab Suina.

Bibi Yan hanya terheran heran mendengar penjelasan gadis itu.

Di kampur, Cindi tengah sibuk dengan pekerjaanya.

Gadis itu tampak serius menatap beberapa berkas dan juga laptopnya.

" Selamat pagi prof! " sapa rekan kerjanya.

" Pagi. " jawab Cindi ramah.

" Oh ya, ini ada titipan untuk prof. seseorang mengirimnya karena dia ingin mengajak prof untuk makan siang. " jelas rekan kerjanya itu, sambil meletakan sebuah kue stroberi di atas meja kerja Cindi.

Raut wajah Cindi langsung berubah, begitu mendengar tujuan hadiah itu di berikan.

Ia pun langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Rey si pengirim kue itu.

" Sepertinya aku tidak bisa makan siang dengamu. " isi pedanCindi.

" Kenapa? apa kau sibuk? " tanya Rey penasaran, membalas pesanya.

" Tidak, hanya saja aku harus bertemu Dr.Edo untuk makan siang denganya. " jawab Cindi.

" Baiklah, semoga sukses. " ucap Rey kemudian langsung mematikan poselnya dengan raut wajah kesal.

Cindi terus saja tersenyum karena memikirkan akan bertemu Edo dan makan siang denganya.

Bahkan rekan kerjanya terlihat heran, karena tidak biasanya Cindi tersenyum ketika sedang serius dengan pekerjaanya.

***

Pukul satu siang, Edo tiba di depan kantor Cindi.

Pria itu berada di lobbi tengah menunggu kedatangan gadis itu.

Beberapa menit kemudian, Cindi datang kemudian menghampirinya.

" Selamat siang dok! " sapa Cindi tersenyum manis.

" Selamat siang prof. " jawab Edo.

" Sepertinya dokter punya banyak waktu, sampai sampai rela mampir untuk mengantarkan kue itu. " ucap Cindi tidak menyangka.

" Ibuku membuatkanmu beberapa kue kering. " jawab Edo sambil memberikan paper bag itu.

" Sampaikan terima kasihku pada tante, pasti aku akan memakannya. " jawab Cindi sambil menerimanya dengan senang hati.

" Aku juga akan berterima kasih secara langsung nanti. " lanjut Cindi.

Edo hanya tersenyum sambil mengangguk faham.

" Dokter tidak hanya datang untuk memberikan ini kan? " tanya Cindi.

" Tidak. " jawab Edo yang merasa tidak enak jika harus segera pergi.

" Gimana kalau aku traktir dokter makan siang? hitung hitung sebagai ganti makan siang kita dulu yang gagal. " tawar Cindi.

" Baiklah. " jawab Edo tidak keberatan.

Keduanya pun langsung menuju salah satu restoran yang tidak jauh dari kantor Cindi.

Sesampanya di sana, keduanya langsung memesan menu masing masing.

Cindi tampa terlihat sangat senang, karena dapat menghabiskan waktu dengan Edo walaupun hanya sekedar makan siang bersama.

" Mm... aku ingin minta maaf lagi, atas keterlambatanku pada pertemuan kita dulu. " ucap Cindi.

" Nggak apa apa, saya tidak mempermasalahkannya. " jawab Edo.

" Itu juga kesalahan saya, karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, sampai sampai tidak punya waktu untuk menunggu. " lanjut Edo.

" Oh ya, kalau boleh aku tau. kenapa kamu memilih untuk menjadi seorang dokter bedah jantung? " tanya Cindi penasaran.

" Dulu saat saya kebingungan untuk menentukan rencana kedepannya, saya tidak sengaja bertemu salah seorang dokter bedah jantung yang sangat hebat. beliau berhasil menyakinkan saya, untuk masuk kedalam profesi ini. " jawab Edo.

" Itu saja? " tanya Cindi semakin penasaran.

" Iya. " jawab Edo sambil mengangguk.

Cindi pun mulai penasaran dengan kepribadian Edo.

" Apa dokter orangnya memang pendiam seperti ini? atau hanya kerena bersamaku saja? " tanya Cindi penasaran.

" Saya memang orang yang membosankan. " jawab Edo singkat.

Cindi hanya bisa tersenyum bingung mendengar jawaban pria di hadapanya itu.

" Aku fikir, dokter pendiam seperti ini, karena tidak menyukaiku. " ucap Cindi.

" Saya tidak punya alasan untuk tidak menyukaimu, bisa berteman dengan wanita pintar dan berprestasi adalah keberuntungan bagi saya. " jawab Edo.

Mendengar jawaban Edo yang menganggapnya hanya teman, Cindi langsung merasa kecewa.

Namun gadis itu terus saja bersikap santai, seolah olah tidak memperdulikan setiap jawaban pria itu.

Sore menjelang, Edo tiba di kediamannya.

Begitu mobilnya mulai memasuki gerbang, terlihat Suina sudah menunggunya di depan.

Ia sengaja menyuruh Suina datang, untuk memastikan jika gadis itu benar benar menjalankan proses pengobatan yang ia berikan.

Dengan cepat pria itu turun begitu memarkirkan mobilnya.

" Selamat sore dok! " sapa Suina.

Edo langsung tersenyum mendengar ucapan gadis itu.

" Yuk masuk. " ajak Edo.

Keduanya pun masuk kedalam.

" Putih!! " ucap Suina yang langsung ingin menggendong kucing itu.

Namun begitu ia mendekat, dengan cepat kucing itu langsung menggeram karena merasa kaget dengan tindakannya.

" Aw! galak banget sih! " ucap Suina yang langsung menjauh.

" Kucing yang sedang hamil memang sangat sensitif, kamu juga terlalu bersemangat makanya dia kaget. " ucap Edo.

" Ya udah deh, aku nggak bakalan ganggu. " ucap Suina.

Dengan cepat kucing itu masuk kedalam kandangnya, begitu Suina menjauh dan duduk di Sofa.

" Kamu udah makan? " tanya Edo sambil mengambil segelas air untuknya.

" Kalau makan siang belum dok, karena tadi aku makan cemilan. " jawab Suina.

" Huuff... saya kan sudah bilang, agar kamu menjaga pola makanmu. kurangi cemilan terutaman yang manis manis. makan tepat waktu dan juga usahakan makan makanan yang sehat. " ucap Edo.

" Iya deh. " jawab Suina terkekeh.

" Sebentar, saya siapkan makan siang dulu. " ucap Edo yang langsung menuju dapur.

Edo pun mulai sibuk mengolah semua bahan makanan.

Sementara Suina tengah asyik memainkan ponselnya di ruang tengah.

Beberapa lama menunggu, akhirnya Edo selesai menyiapkan makanan.

Kini semua makanan itu telah tertata rapi di meja makan.

" Suina! " panggil Edo menghampirinya.

" Hm! " jawab Suina singkat.

" Makanannya sudah siap. " ucap Edo.

" Em! " jawab Suina yang langsung beranjak dari duduknya menuju meja makan.

Sesampainya di meja makan, Suina langsung kaget melihat semua menu yang di siapkan Edo untuknya.

" Dok! dokter serius? " tanya Suina tidak percaya.

" Kenapa? " tanya Edo tersenyum melihatnya.

" Emang nggak ada ayam atau ikan gitu? kok sayur semua? " tanya Suina heran.

" Saya memang sengaja nggak masak menu ayam ataupun ikan buat kamu, karena sedari pagi sampai jam segini kamu melanggar beberapa peraturan yang sudah kita sepakati. jadi khusus makan sore, menunya harus sehat. " jawab Edo.

" Haahh... " gumam Suina yang langsung tidak berselera.

" Kamu harus mengontrol kebiasaanmu yang suka nyemil dari sekarang, biasakan makan makan sehat dan tepat waktu. dan juga! perbanyak gerak agar tubuhmu tidak mudah tegang.  " ucap Edo.

" Hufff...  sepertinya aku nyerah. " jawab Suina tidak bersemangat seperti sebelumnya.

" Jadi beneran nyerah nih? sayang banget dong. padahal saya sudah merencanakan beberapa hadiah buat kamu. " ucap Edo yang ingin melihat kesungguhan gadis itu.

" Hadiah! hadiah apa dok? " tanya Suina yang langsung antusias.

" Ada deh, tapi karena kamu mau nyerah. jadi hadiahnya batal. " jawab Edo.

" Nggak kok! aku nggak nyerah. Tadi itu cuma candaanku saja. " ucap Suina kembali bersemangat demi hadiah yang Edo janjikan.

Edo pun tertawa melihat reaksi gadis itu.

" Ya udah, cepat di makan keburu dingin. " ucap Edo.

" Em! " jawab Suina yang langsung menikmati makanannya, walaupun tidak sesuai seleranya.

Malam menjelang sekitar pukul delapan, Suina tiba di rumah.

" Ah! ayah! " ucap Suina kaget begitu melihat ayahnya datang.

Dengan cepat gadis itu langsung lari kepelukan sang ayah.

" Kamu dari mana aja sih? " tanya ayahnya penasaran sekaligus cemas.

" Suina habis ketemu temen karena harus mendiskusikan beberapa hal. " jawab Suina.

" Teman apa temen.. " goda bibi Yan.

" Iih! bibi, kita beneran cuma temenan. " jawab Suina.

" Oh ya! " ucap bibi Yan sambil menahan tawanya.

" Oh iya, kenapa ayah di sini? " tanya Suina penasaran.

" Ayah ada beberapa kerjaan di sini, makanya kesini. " jawab ayahnya.

" Berarti ayah bakalan lama di sini dong? " tanya Suina.

" Nggak juga, ayah di sini cuma seminggu. karena resort nggak bisa di tinggal lama lama. " jawab ayahnya.

" Hmm... tapi nggak apa apa deh, yang penting Suina bisa menghabiskan waktu beberapa hari dengan ayah. " ucap Suina senang.

" Ayah juga pengen ngajak kalian jalan jalan sebelum ayah pulang, sengaja karena pengen nikmati waktu dengan putri nakal ayah ini. " ucap ayahnya.

" Walaupun nakal, tapi Suina manis kan? " jawab Suina sambil tersenyum centil.

Mereka pun langsung tertawa melihatnya.

Walaupun sudah cukup dewasa, Suina tetap masih seperti gadis kecil yang nakal di mata ayahnya.

Karena ia masih belum percaya jika putri kesayangnya itu, kini sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan juga manis.

###NEXT###

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!