 
                            Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.
Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Keduapuluhtiga
Satu bulan berlalu, Reno mendapatkan surat gugatan cerai dari Sekar. Tentunya hal itu merupakan penghinaan besar baginya dan keluarganya.
"Dia menggugatku, Bu!" kata Reno kesal dan tak menyangka Sekar berani meminta cerai darinya.
"Bukankah itu bagus? Kamu tidak perlu repot mengurus perkara perceraian kalian!" ujar Lastri.
"Kalau dia yang menggugat berarti orang-orang akan menilai aku buruk!" kata Reno.
"Kamu katakan kepada mereka bahwa Sekar yang meninggalkanmu demi pria lain!" Lastri memberikan ide.
Reno diam sejenak untuk berpikir dan ia pun setuju dengan ide ibunya.
Ya, setelah berada seminggu di kampung dan berpikir matang. Akhirnya Sekar memutuskan mengajukan gugatan perceraian kepada Reno, ia pun dibantu keluarga sepupunya mengurusi semuanya. Dari mengumpulkan saksi-saksi agar dapat mempercepat proses perceraian.
"Terima saja keinginan dia bercerai darimu. Biar hubungan kamu dan Ayu bisa kembali lagi!" kata Lastri yang sangat menginginkan mantan kekasih putranya itu menjadi menantunya.
"Benar juga. Baiklah kalau begitu, aku akan mudahkan urusannya!" ucap Reno yang rupanya juga ingin bercerai dari istrinya.
"Ya sudah, Ibu mau belanja dulu. Kalau orang-orang di sini menanyakan keberadaan Sekar. Ibu bilang saja, Sekar berani mengkhianatimu!" kata Lastri tersenyum seringai.
Lastri berangkat ke warung sembako, di sana beberapa ibu sudah berkumpul membeli kebutuhan dapur sembari bercerita.
"Eh, Bu Lastri. Dari tadi aku lihat, senyum-senyum saja. Memangnya ada kabar baik apa ini?" tanya Bu Bagas.
"Si Lulu mau dilamar pacarnya bulan depan," jawab Bu Lastri tersenyum dan memang benar adanya.
"Oh, selamat, ya, dapat menantu baru!" kata Bu Bagas.
"Tapi, dibalik kebahagiaan itu ada kesedihan yang harus diterima Reno," ucap Lastri dengan mimik wajah sendu.
"Memangnya kenapa Reno?" tanya Bu Bagas.
"Sekar menggugat cerai!" jawab Lastri lagi.
"Hah!!" para ibu-ibu yang mendengarnya begitu terkejut.
"Loh, kenapa bisa? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bu Lilis.
"Entahlah, beberapa minggu ini 'kan Sekar jarang pulang ke rumah. Alasannya pekerjaannya diharuskan datang pagi-pagi sekali. Nah, kemungkinan dia kepincut lelaki lain dan kabur dari suaminya!" jawab Lastri berbohong.
"Sekar kabur? Sejak kapan?" tanya Bu Dian.
"Seminggu ini, dia benar-benar enggak pulang ke rumah dan membawa pakaiannya malam-malam," jawab Lastri lagi-lagi berbohong.
"Ya ampun, kok Sekar begitu? Padahal wajahnya polos dan lugu sekali, tapi kenapa dia tega mengkhianati suaminya?" Bu Bagas geleng-geleng kepala mendengar sifat menantu tetangganya.
"Kami cuma menebak saja dia berselingkuh. Selama ini hubungan dia dan Reno baik-baik saja. Paling hanya cekcok kecil, biasalah kehidupan rumah tangga!" ujar Lastri.
Lastri kembali ke rumahnya dengan hati tersenyum, ia berhasil membuat para tetangganya percaya ucapannya. Ia memberitahu putranya bahwa tak perlu khawatir dengan nama baiknya.
Sementara itu, diantara ibu-ibu ada yang saling pandang dan melemparkan senyum sinis ketika mendengar penjelasan Lastri mengenai Sekar.
"Kapan kamu harus datang ke pengadilan?" tanya Lastri.
"Senin depan," jawab Reno.
"Baiklah, Ibu akan meminta Ayu menemani kamu. Biar dia semakin panas melihat kedekatan kalian!" kata Lastri.
Reno pun cuma manggut-manggut setuju saja.
Lastri lalu menghubungi Ayu dan menjelaskan permintaannya. Ayu menyanggupinya dan bersedia akan menemani serta membantu Reno menghadapi gugatan Sekar.
****
Hari sidang pun tiba, tak ada mediasi karena keduanya sepakat benar-benar ingin berpisah. Meskipun pihak pengadilan berkali-kali menawarkannya.
Keduanya kembali dipertemukan di ruang pengadilan setelah Sekar kabur, tak ada sapaan hanya saling berjabat tangan tanpa senyuman.
Reno setuju dengan gugatan istrinya karena Sekar berani meninggalkan rumah tanpa seizinnya dan membawa anaknya. Lalu Reno menuding jika Sekar memiliki pria lain dan ia ingin memudahkan keinginan wanita itu.
Sekar membantah tuduhan suaminya bahwa dirinya berkhianat. Sekar mengajukan gugatan sebab tak tahan terus diabaikan dan dianggap sebagai pembantu. Mertua dan iparnya sudah memperlakukannya secara tak baik. Apalagi Reno tak memberikan uang belanja secara layak padahal gajinya sangat cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sekar juga menyampaikan alasan lainnya yaitu suaminya tak peduli ketika ia dan anaknya sedang sakit dan sempat dirawat sakit.
Reno beralasan saat Sekar sakit lagi di luar kota, bukan tak ingin menjaga dan merawatnya. Lalu Arya sakit, dirinya harus bekerja sehingga tak memungkinkan menemaninya berobat.
Alasan yang disampaikan Reno tak dapat diterima hakim, sebenarnya Reno bisa mengajukan izin cuti atau membawa anaknya berobat sebelum sakitnya parah. Karena Sekar sudah memberitahu suaminya bahwasannya anaknya sudah sakit.
Reno cuma terdiam ketika mendengar hakim mengatakan hal begitu. Apalagi waktu mengunjungi adiknya, ia bisa saja pulang duluan untuk merawat istrinya di rumah sakit. Apalagi tak ada sanak keluarga istrinya di kota ini.
Tak ada kekerasan fisik yang dilaporkan Sekar melainkan tekanan mental yang harus diterimanya selama tinggal seatap dengan mertua dan adiknya.
Reno juga tak mempermasalahkan hak asuh putranya diambil Sekar karena ia juga tidak mau mengurus anaknya itu apalagi dia berencana akan menikahi Ayu.
Sidang pertama selesai, namun belum menentukan keputusan akhir. Masih ada sidang selanjutnya yang akan menentukan serta mendengarkan bukti-bukti dan saksi.
Lagi-lagi Sekar cuma berjabat tangan dengan suaminya, ia enggan menyapa keluarga suaminya yang membuatnya berpisah dan menderita batin.
"Sombong sekali dia!" Lastri menggerutu ketika Sekar melewatinya begitu saja.
"Dari mana dia biaya buat mengurus ini semua?" tanya Ayu heran karena ia tahu jika Sekar bukan orang kaya melainkan anak yatim piatu yang dirawat dan diasuh keluarga ayah kandung.
"Paling dibiayai selingkuhnya!" jawab Lastri.
"Wah, berani dan hebat juga dia selingkuh!" Ayu menunjukkan kekagumannya.
"Tapi, selingkuhannya tak sehebat Reno!" ucap Lastri lagi.
Sementara itu, Sekar yang keluar dari ruangan pengadilan cepat-cepat memasuki mobil milik sepupunya. Ia menumpahkan air matanya yang sempat ia tahan selama persidangan.
Sekar tak menyangka rumah tangganya akan berakhir menyakitkan seperti ini. Suaminya sama sekali tak mempertahankannya dan mengakui kesalahan.
"Kamu lihat 'kan bagaimana sikap dia kepadamu?" tanya Anjani yang ikut menemani ke pengadilan.
"Iya, Kak. Aku benar-benar kecewa dan keputusan aku juga sudah benar," jawab Sekar berharap suaminya menyesal dan berubah serta memperjuangkan rumah tangganya.
"Kita lihat saja mereka nanti bagaimana kehidupannya setelah menyia-nyiakan kamu. Hukum karma pasti berlaku!" kata Anjani yang geram mengingat Reno memberikan penjelasannya saat membela diri.
Sekar tak memberikan komentar apa-apa lagi. Dirinya sedang sibuk menyeka air matanya yang mengalir dan menguatkan hatinya. Meskipun tak mudah, ia yakin bahwa dirinya akan menemukan kebahagiaannya.
Mobil yang dikendarai sepupunya Sekar meninggalkan gedung pengadilan, Reno hanya melihatnya dari kejauhan. Jujur dalam hatinya, ia juga keberatan berpisah tapi ego dan gengsi menguasainya.