Nania, seorang wanita pekerja kantoran yang tengah merantau di Kota B, tinggal sendirian di sebuah apartemen. Meski berasal dari keluarga berada di sebuah desa di S, ia memilih hidup mandiri. Namun, kemandirian itu tak menutupi sisi lugu dan cerobohnya.
Suatu pagi, saat bersiap menuju kantor, mood Nania langsung terganggu oleh suara musik metal yang keras dari apartemen sebelah. Kesal, ia memutuskan mengetuk pintu untuk menegur tetangganya. Tapi alih-alih menemukan seseorang yang sopan, yang muncul di depannya,muncul seorang lelaki dengan telanjang dada dan hanya mengenakan boxer membuka pintu dan memandangnya dengan acuh tak acuh.
Akankah pertemuan pertama yang tak terduga ini justru menjadi awal dari sesuatu yang manis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Messan Reinafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjebak
"Akhirnya kamu datang sayang!" Hanny menyambut Kai manja
"kenapa kamu bawa benda-benda jelek ini" ucapnya seraya menunjuk set gitar milik Kai.
"Tunjukkan saja kamarku, dan sesuai perjanjian kita aku tidur dikamarku sendiri" ucapnya sinis.
" Hahaha... Ok! kamu bisa mengisi kamar di atas setelah tangga" ucap Hanny
" Dan, jangan sentuh barangku" hardik Kai mengagetkan Hanny yang sedang menyortir bawaan Kai yang dibawa kurir pindahan
Sebenarnya wacana untuk tinggal bersama antara Kai dan Hanny sudah direncanakan kedua keluarga itu. Di rumah pribadi pemberian Harvan Wijaya kepada anak semata wayangnya. Namun karena beberapa bulan lalu Kai mengetahui bahwa anak yang dikandung Hanny bukanlah anak nya, ia dapatkan info itu dari seorang informan yang ia percaya, sejak saat itu Kai memutuskan kabur dari rumah keluarga Hanson karena terus menerus ditekan untuk menikah dengan Hanny.
Semua itu tentu saja untuk menyelamatkan keluarga Hanson juga dari kebangkrutan.
Dan sekarang Harvan dan Hanny Wijaya kembali menggunakan cara licik mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan yaitu dengan ikut campur dengan karirnya.
Ia tidak mau hal yang sama juga terjadi pada Nania, ia tidak mau karenanya, Nania kehilangan pekerjaannya dan mendapatkan masalah baru.
"Sayang, ini aku bikin kopi untuk kamu" Hanny tiba-tiba masuk ke kamar Kai yang kebetulan tidak terkunci.
" Aku sudah bilang, meski tinggal bersama kita tetap menjaga jarak Hanny!" suara Kai mulai meninggi
tiba-tiba...
"Aduuh.. perutku sakit Kai, cepat ambil gelas ini" Hanny terlihat kesakitan memegangi perutnya
Kai bergegas memapah Hanny, meletakkan gelas kopi dimeja rias dekat kasur. Wajahnya terlihat malas tapi bagaimanapun, kondisi Hanny sedang hamil, dan rentan.
Ia mendudukkan Hanny diatas tempat tidur.
Tiba-tiba Hanny merangkul leher Kai dengan kuat hingga Kai tidak bisa menepis.
Ia menatap dan tersenyum memandang Kai.
"Hanny, aku disini hanya sementara. Setelah menikahi kamu dan menunggu sampai anak itu lahir, camkan itu!" ucap Kai tegas
" Stop Kai! aku sudah tau, tapi setidaknya bisakah kau bersikap lembut padaku!, aku akan menjadi pasangan baik untukmu saat akhirnya tiba" ujar Hanny melunak
" Andai saja Gerard mau menikahiku dan membuang istrinya, tentu saja aku tidak memerlukanmu" ucapnya lagi tanpa rasa bersalah.
" Begitu banyak hati orang lain yang kamu sakiti, karena keegoisanmu Hanny!"
" Kai sayang, kamu tidak lupa kalau keluargamu juga bergantung padaku kan" tatapannya mulai merendahkan.
Kai benar-benar tak berkutik, ia diam dan memulai untuk mengikuti alur Hanny yang mengendalikannya.
" Sekarang, aku tidak bisa bergerak, malam ini aku akan disini" ucap Hanny sambil merentangkan kakinya dan merebahkan badannya menghadap kekiri membelakangi Kai yang berdiri di samping tempat tidur.
" Kau tidur saja disini, aku akan tidur di sofa" ia mengambil bantal dan selimut dan meninggalkan Hanny yang mengacuhkannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Esoknya...
"Na, jam 2 siang ini persiapkan lagi materi meeting bersama ibu Amira dan Ibu Hanny ya" suara Artha mengejutkan Nania yang sedang fokus dengan komputernya.
Nania mengangguk, muncul rasa cemas dihatinya karena akan bertemu lagi dengan Hanny setelah kejadian kemarin.
Siangnya benar saja Ibu Amira baru saja datang dan sedang menunggu di lobi,
Artha menyapanya ramah, disusul Nania yang sigap membawa laptop dan beberapa materi lanjutan proyek mereka.
Tidak lama muncul seorang wanita hamil yang dikhawatirkan Nania dari tadi. Wanita yang ia tahu kelicikannya.
Bagaimana dia akan menjalani proyek ini dengan tenang dengan beban dihati nya.
" Hai" ucapnya dari jauh.
kali ini bukan hanya Hanny yang membuatnya terkejut, melainkan juga seseorang disamping nya.
Matanya membesar seakan tak percaya melihat pria yang berjalan mengiringi Hanny dengan lesu. Sekilas ia melihat Nania tapi cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
Situasi ini sangat membuat mereka tertekan. Tapi berlagak seperti tidak kenal satu sama lain
" Maaf ya agak telat, soalnya tadi papa anakku bersikeras mau anterin, padahal udah mau diantar supir, jadi berdebat dulu deh, hehe" ucapnya sambil melihat Nania yang tertunduk.
Kai mengangkat alisnya, tidak bisa menyanggah kata-kata wanita yang kini mengendalikannya itu.
Ia hanya tersenyum terpaksa ke arah Artha dan buk Amira
"Ga apa-apa buk, kita juga belum mulai kok" seru Artha ramah.
Buk Amira hanya manggut manggut melihat tingkah kliennya itu.
"Ayo buk kita keruang meeting" Artha mempersilahkan.
"Sayang, kamu disini dulu ya, aku meeting cuma sebentar kok" Hanny mengedipkan mata ke arah Kai sengaja agar dilihat Nania.
Nania hanya diam tak menatap tapi hatinya seperti ditusuk, badannya bergetar.
Ia menggenggam berkas didadanya dengan erat berharap air mata tidak jatuh tiba-tiba.
Sementara Kai ia merasa sangat bersalah tapi untuk saat ini dia tidak bisa melawan.
Mereka bertiga menuju ruang meeting meninggalkan Kai sendirian dilobi yang sedang duduk dengan perasaan penyesalan yang besar.
sementara itu, Nania tetap menguatkan tekadnya agar masalah pribadi tidak berpengaruh pada pekerjaannya, Ia tidak mau mengecewakan Artha sahabatnya dan Buk Amira yang menaruh kepercayaan padanya.
Sepanjang meeting Hanny hanya menatap Nania sinis. dan mengikuti pembicaraan tanpa terlalu menonjol karena tidak ingin Amira semakin gerah dengan sikap nya.
Apa Gerard akan menjemput nenek tua ini nanti ya? pikirnya dalam hati.
Padahal ia bersusah payah membujuk Harvan agar tertarik bergabung dengan perusahaan in-tech agar bisa lebih dekat dengan Gerard, tapi kenyataannya malah istrinya yang menghandle proyek ini sendirian.
Mungkin Gerard sudah tau rencanaku untuk mendekatinya? gumamnya dalam hati.
Ia terus memperhatikan gerak gerik Amira yang melihat handphone nya, mungkin saja itu Gerard.
Bagaimana reaksi Amira jika tau ini anak gerard?ia merasa Tergelitik membayangkan ekspresi Amira dibayangannya.
"Bagaimana ibu Hanny, apa ibu setuju dengan designnya?" Suara Artha membuyarkan lamunannya.
"Hmm.. tentu, boleh juga" ujarnya terbata-bata
Mereka saling mengangguk puas.
"Hmm..saya permisi ke toilet sebentar" Nania menyela
tampak ibuk Amira dan Artha mengangguk.
Hanny tersenyum sinis memandang Nania, ia merasa senang melihat Nania begitu terpukul melihat kekasih yang ia cintai malah datang bersama nya.
Di toilet air mata Nania benar-benar sudah tidak bisa dibendung lagi. matanya berlinang tidak kuasa mengingat sosok yang mulai ia cintai malah bergandengan tangan dengan wanita licik seperti Hanny.
Ia menumpahkan kekesalan diruangan yang sempit itu,berharap air matanya segera habis hingga bisa melanjutkan aktifitas nya kembali.
Sementara Kai duduk dilobi dengan perasaan yang gelisah, ingin sekali dia mengirim pesan ke Nania, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ia ingat Nania kemarin minta waktu untuk sendiri dan tidak mau Kai menghubungi nya, tapi entah sampai kapan?
Tiba-tiba dari jauh ia melihat Nania dengan mata sembab keluar dari kamar mandi, ia berlari menghampiri Nania.
Nania kaget dan berusaha memalingkan wajahnya, ia mengacuhkan Kai dan mencoba untuk tetap maju.
Tapi Kai menghalanginya, ia bingung ingin memulai dari mana
lidahnya kelu karena ia tahu pasti Nania akan membencinya.
"Minggir" ucap Nania ketus
Kai terdiam tapi satu katapun tak ada terucap, ia mengasihani dirinya sendiri. Matanya terlihat linglung atas penolakan Nania.
"Aku sayang kamu Na" hanya kalimat itu yang terlontar dari bibirnya setengah berbisik.
Nania mengernyitkan dahinya tanda tak mengerti apa yang sebenarnya dipikiran pria ini,
"Apa semua hanya permainan untukmu Kai?" nada suaranya meninggi.
Wajahnya penuh kebencian dan kekecewaan mendorong tubuh Kai yang menghalangi dan beranjak meninggalkan tempat itu.
Sementara itu Kai mematung meratapi dirinya sendiri tanpa tahu harus berbuat apa.