Lin Pan mendapati kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Dikhianati dan dikuasai oleh amarah, ia kehilangan kendali—dan membunuh keduanya dengan cara yang brutal.
Namun takdir mempermainkannya. Sesaat setelah perbuatan itu, sebuah tas jatuh dari lantai atas dan menimpanya. Bukannya mati, Lin Pan justru terbangun di dunia lain… dalam tubuh seorang bocah 17 tahun bernama Mo Tian, murid sekte rendahan yang selalu dihina dan diremehkan.
Di tengah keputusasaannya, Mo Tian menemukan sebuah teknik terlarang — Blood Devour Technique, kemampuan mengerikan yang memungkinkannya menyerap dan mengendalikan darah musuhnya.
Dengan kekuatan itu, ia bersumpah untuk membalas setiap penghinaan… dan menulis ulang takdirnya dengan darah.
📷 IG: @agen.one
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
029: Merayu Xie
Di tengah pelariannya, langkah Xie terhenti mendadak. Ia berhadapan langsung dengan Mei Ling, istri pertama Tuan Zhao Lei.
"Xie! Mau ke mana kau terburu-buru begitu?" tanya Mei Ling, nada suaranya penuh keingintahuan. Xie langsung dilanda kepanikan, keringat dingin membanjiri dahinya. Ia harus mencari jawaban cepat.
Dengan suara yang tercekat, Xie menjawab bahwa ia ingin bertemu seseorang di Kota Heizhu.
"N-Nyonya Mei! A-aku… ingin menemui seseorang di Kota Heizhu." Ia tak berbohong, dan wajahnya yang merona karena membayangkan Mo Tian justru menguatkan alibinya.
Mei Ling terkejut melihat ekspresi malu-malu yang belum pernah ia lihat dari Xie. "Oh, kau sedang jatuh cinta, ya? Tak kusangka! Siapa lelaki yang berhasil meluluhkanmu? Apakah dia tampan?" goda Mei Ling, geli melihat tingkah Xie.
Wajah Xie memerah padam seperti tomat. Ia menunduk, tak berani menatap atasannya.
"N-Nyonya Mei ini bisa saja! D-dia memang laki-laki yang sangat tampan, Nyonya," akunya, membiarkan sedikit informasi tentang Mo Tian bocor.
"Benarkah? Kalau begitu kau harus mengenalkannya padaku. Aku penasaran setampan apa dia," pinta Mei Ling sambil tersenyum jahil.
Xie hanya mengangguk, berusaha menghindari percakapan lebih lanjut agar tidak membahayakan Mo Tian. "Iya, Nyonya! Kalau ada waktu, pasti aku kenalkan. Kalau begitu, aku permisi dulu, Nyonya." Ia memberi hormat dan beranjak.
Mei Ling tersenyum maklum dan memberinya izin, memahami bahwa Xie pasti ingin segera menemui pujaan hatinya.
Begitu mendapat lampu hijau, Xie berlari kencang, meninggalkan Mei Ling yang hanya menatap kepergiannya dengan senyum tipis sebelum melanjutkan perjalanannya sendiri menuju taman sekte.
Pertemuan Penuh Gengsi yaitu minum teh bersama para istri lainnya dan anak perempuannya.
Xie berhasil keluar dari sekte tanpa hambatan. Ia memilih berlari alih-alih menggunakan kendaraan, menghindari perhatian yang tak perlu. Semakin dekat ia dengan penginapan Mo Tian di kota, detak jantungnya semakin tak terkendali. Ia tak sabar untuk melihat Mo Tian dan mendapatkan pujian darinya.
Sesampainya di dekat penginapan, Xie berhenti. "Itu dia!"
Ia melihat Mo Tian, Liu Bai, dan para bandit sedang berkumpul di luar. "Kenapa mereka di luar?"
Xie mendekat. Ia menyadari dari keringat yang membasahi tubuh Mo Tian dan anak buahnya bahwa mereka baru selesai berlatih. Pemandangan itu justru membuatnya senang. Ia bisa melihat otot Mo Tian yang semakin terbentuk—bahkan mencium aroma keringatnya.
"Bos! Bukannya itu wanita yang kemarin?" salah satu bandit berbisik.
Mo Tian berbalik, menatap Xie yang berlari mendekat. "Oh, ya, memang dia," jawabnya datar. Mo Tian sama sekali tidak terkejut. Ia sudah menduga Xie pasti akan kembali.
"Sepertinya dia sangat mencintaimu, Bos, hahaha," canda Liu Bai, disambut tawa oleh bandit lainnya.
Mo Tian mengabaikan mereka, berdiri tegak, menunggu informasi berharga apa yang dibawa Xie kali ini.
Xie akhirnya tiba di hadapan Mo Tian, menunduk malu di bawah tatapan pria itu. "H-Halo!" sapanya canggung. Ia bahkan tidak tahu nama Mo Tian atau harus memanggilnya apa.
Mo Tian segera melancarkan siasatnya. "Ternyata Nona datang! Aku sudah sangat merindukanmu, lho. Kenapa kau lama sekali tidak menemuiku?"
Ia meraih dan menggenggam tangan Xie dengan lembut. Perlakuan manis itu membuat Xie semakin malu, jantungnya berdetak liar. Ia merasa sangat bahagia diperlakukan seperti itu.
"B-bukannya… baru satu hari k-kita tidak bertemu, ya? K-kenapa kau m-merindukanku?" tanya Xie, menolak menatap wajah Mo Tian. Ia takut akan pingsan jika berlama-lama melihat kesempurnaan Mo Tian di matanya.
Mo Tian tersenyum licik. Ia memegang dagu Xie, mengangkatnya perlahan hingga mata mereka bertemu.
"Apa kau tidak mengerti, Nona? Kau sangat cantik dan menawan. Tidak ada perempuan sesempurna dirimu di dunia ini. Aku sepertinya mulai mencintaimu," rayuan maut Mo Tian membuat Xie sulit bernapas.
Rayuan demi rayuan itu memanaskan seluruh tubuh Xie, membuatnya semakin merah dan malu. "A-Apa yang kau k-katakan? K-Kau mencintaiku?" Xie ragu.
Mo Tian menatap matanya tanpa keraguan. "Ya, aku benar-benar mencintaimu, Nona! Jika kau tidak percaya… Haruskah aku mencium bibirmu?" Mo Tian perlahan mendekatkan wajahnya.
Xie terkejut. Ia belum siap, tetapi ia juga menginginkan ciuman pertama dari pria sempurna ini. Ia menutup mata, menunggu.
("Hahaha, dasar jalang! Apa kau pikir akan mendapatkan ciumanku? Aku tak sudi! Kau terlalu mudah dirayu, dasar perempuan murahan.") batin Mo Tian dengan rasa jijik saat melihat Xie menutup mata.
Setelah menunggu lama, Xie sadar bibir Mo Tian tak kunjung mendarat. Perlahan ia membuka mata dan melihat Mo Tian tersenyum sambil mengelus kepalanya.
"Haha, sepertinya aku belum siap melakukannya secepat ini. Mungkin lebih baik setelah kita lebih mengenal satu sama lain?" ujar Mo Tian.
"I-Iya juga! A-aku juga s-sebenarnya belum siap," jawab Xie, memalingkan wajahnya.
Di belakang, Liu Bai dan para bandit cekikikan. "Hihihi, kalian lihat Bos tadi? Dia hampir mencium seorang wanita!" kata Liu Bai. "Iya, Liu Bai, itu lucu sekali," timpal bandit lain. Mereka geli melihat sisi Mo Tian yang terkadang aneh dan bisa diajak bercanda—meski candaannya seringkali mengerikan.
Mo Tian memutar mata malas. Ia kembali fokus pada Xie. "Oh, ya. Apa Nona cantik ini membawa informasi yang bagus? Kau tidak mungkin datang tanpa membawa apa-apa, kan?"
"A-Aku ingin memberi tahu beberapa informasi penting dan memberikan ini." Xie mengeluarkan buku dan dokumen yang ia curi.
Mo Tian menerimanya. "Buku dan dokumen, ya? Bagus!" Ia kembali mengelus kepala Xie, lalu mengajak semua orang masuk. "Ayo masuk, Nona!"
Mo Tian merangkul Xie, membawanya ke dalam penginapan agar pembicaraan mereka tidak terdengar.
"Hahaha! Kau lihat itu? Dia merangkul wanita itu!" Liu Bai tertawa terbahak-bahak.
"Prtt, ha… Sssut! Sssut! Liu Bai! Lebih baik kau diam!" Bandit yang lain segera menghentikan tawanya saat melihat Mo Tian menoleh ke belakang dengan tatapan tajam.
Liu Bai langsung terdiam, memasang ekspresi serius. Mereka buru-buru mengikuti Mo Tian dari belakang, tak ada lagi yang berani bercanda, takut mendapat hukuman tak manusiawi dari Mo Tian.
𝙋𝙝𝙋 🙃
...****************...
Buat temen-temen yang ingin mendukung dan menyemangati author agar tetap bisa update bisa novel ini, bisa sawer ke sini ya
-Dana:085210275637
-Gopay:085210275637