NovelToon NovelToon
Om Duda Teman Papa

Om Duda Teman Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Addryuli

"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."

"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."

Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.

Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.

Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?

ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

"Mah, udah belum sih? Odel capek nih." keluh Odelia sambil membawa paper bag belanjaan Tessa.

"Bentar sayang, mama mau beli sepatu buat yoga sama temen-temen mama. Odel mau apa? Ambil aja."

Odelia menghembuskan nafas pelan, kaki dan tangannya terasa pegal. Sepulang sekolah harusnya istirahat, namun dia justru diajak shoping oleh mamanya. Sudah sekitar dua jam mereka memasuki toko dari lantai satu hingga lantai empat, semua sudah mereka jelajahi.

Setelah selesai membeli sepatu, ibu dan anak itu lekas pergi ke parkiran untuk pulang. Odelia memasukkan paper bag yang didominasi belanjaan mamanya. Dia mengusap keningnya yang berkeringat sambil bersandar pada mobilnya.

"Odel laper."

"Kalau gitu yuk makan." ajak Tessa.

"Kenapa nggak didalem mall aja sih mah?" tanya Odel heran.

"Mama mau pergi ke restoran yang biasanya kita pergi sekeluarga itu. Mama kangen steak ikannya."

Odelia memutar bola matanya malas, entah mengapa mamanya hari ini begitu semangat untuk keluar. Mereka segera masuk ke mobil, Odelia menyalakan mesin mobilnya kemudian pergi menuju restoran langganan keluarganya.

Sepanjang jalan, Odelia melirik mamanya yang tersenyum-senyum sendiri. Dia heran kenapa mamanya bisa begitu senang? Apa mamanya baru saja dapat lotre jadi mereka bisa belanja sebanyak itu? Pikir Odelia.

Sampai di restoran, mereka duduk disalah satu kursi kosong. Tak lama seorang pelayan datang, Odelia dan mamanya menyebutkan pesanannya.

"Odel ke toilet dulu mah."

Tessa mengangguk. "Iya sayang."

Odelia bangkit dari duduknya lalu pergi ke toilet, tak lupa membawa tasnya untuk touch up make upnya. Sambil menunggu pesanannya, Tessa memainkan ponselnya. Dia sedang berkirim pesan dengan suaminya

"Nyonya Tessa." sapa seseorang.

Tessa mendongak, dia terkejut melihat rekan bisnis suaminya sedang berdiri di hadapannya bersama asistennya.

"Eh ada pak CEO muda."

Pria itu tertawa. "Anda bisa saja nyonya Tessa. Ah iya, apa anda sedang bersama tuan Alan, ada hal yang harus saya sampaikan."

"Kebetulan saya bersama putri saya, suami saya masih di kantor."

"Sayang sekali, kalau begitu saya permisi dulu nyonya. Ada pertemuan dengan klien."

Tessa mengangguk lalu tersenyum. "Iya silakan."

Di toilet, Odelia tengah berkaca sambil memakai bedaknya. Meski mau makan, dia harus tetap cantik. Itulah motto hidupnya. Setelah selesai, dia memasukkan kembali bedaknya sambil membenarkan sedikit tatanan rambut panjangnya.

"Selesai." gumamnya.

Dia merasakan ponselnya bergetar, sambil berjalan keluar dia membalas pesan dari sahabatnya. Tak memperhatikan jalan, tak sengaja dia bertubrukan dengan seseorang.

Brugh.

"Astaga." pekik Odelia terkejut.

Hampir saja ponsel barunya terjatuh, jika orang yang menabraknya tidak menangkap ponselnya bisa-bisa uang jajannya dipotong oleh papanya.

"Aduh maaf ya Odel nggak-"

Ucapan Odelia terhenti saat melihat siapa yang ditabraknya. Matanya terbelak sempurna, mulutnya terbuka lebar namun segera dia tutupi dengan telapak tangannya.

Tangan kiri Odelia menunjuk pria didepannya yang terlihat menaikkan sebelah alisnya.

"Om ganteng." ucap Odelia.

"Astaga, kalo jodoh emang nggak lari kemana. Capek-capek nyari dimana-mana, eh ketemu di toilet."

"Gadis aneh." gumam Edgar.

Ya, baru saja Odelia tak sengaja bertabrakan dengan Edgar. Bahkan Odelia sampai terbengong-bengong melihat Edgar secara dekat dengan pandangan yang jelas seperti sekarang.

Edgar meraih tangan Odelia membuat Odelia semakin salah tingkah. Bahkan tangannya sudah sedingin es, tubuhnya terasa panas dingin.

Plok.

Edgar meletakkan ponsel Odelia dengan sedikit kasar ke telapak tangan gadis itu.

"Ponsel anda."

Setelah mengembalikan ponsel Odelia, Edgar kemudian berlalu hendak masuk ke toilet.

"Ehh, tunggu Om." Tahan Odelia sambil menarik jas yang digunakan Edgar.

Edgar berhenti lalu menatap Odelia datar.

"Om nggak inget sama saya?"

Edgar mengerutkan keningnya berusaha mengingat gadis didepannya, namun dia merasa tak pernah bertemu dengan gadis itu.

Melihat respon yang diberikan Edgar membuat Odelia sedikit kecewa. Secepat itukah pria di depannya ini melupakannya.

"Masa om nggak inget saya sama sekali sih?" kesal Odelia.

"Maaf, sepertinya kita belum pernah bertemu."

Edgar melepaskan cekalan Odelia pada jasnya kemudian kembali hendak masuk ke toilet. Namun bukan Odelia namanya jika menyerah begitu saja, dia segera berpindah lalu menghadang Edgar agar tak masuk ke dalam toilet.

"Tunggu om."

Edgar menggeram marah, apa yang sebenarnya diinginkan gadis di depannya ini?

"Kenalin, saya Odelia. Biasa dipanggil sayang." ucap Odelia tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

Edgar menatap datar uluran tangan gadis cantik namun aneh ini. Dia sama sekali tak berminat untuk menjabat tangan gadis itu.

"Saya tidak bertanya. Bisa minggir, saya ingin menggunakan toilet."

"Nggak, kasih tahu dulu nama Om siapa. Baru Odel minggir."

Edgar mengepalkan kedua tangannya menahan kesal, entah bermimpi apa dia tadi malam bisa bertemu gadis aneh ini.

"Om yakin nggak ingat saya?" tanya Odelia sekali lagi.

"Saya yang waktu itu di club om. Masa nggak inget?"

Mendengar perkataan gadis itu, Edgar lekas berpikir.

"Kapan kita bertemu di club?" batin Edgar.

"Ahh, kalo ini pasti inget. Om anak pemilik sekolah kan? Yang lusa datang ke sekolah? Nah, saya yang diseret guru waktu itu loh om. Ingat?"

Edgar menghela nafas pelan, dia teringat sekarang. Rupanya gadis ini yang menggodanya dan bilang jika dirinya gemesin itu? Hah, lucu sekali.

Drrtt.

Drrtt.

Ponsel disaku Edgar begetar, dia segera mengambil ponselnya lalu mengangkat panggilan dari asistennya.

"Halo The."

"Anda dimana tuan? Klien sudah datang."

"Oke, sebentar lagi saya kesana."

Tut.

Edgar mematikan sambungan teleponnya, dia segera berbalik untuk pergi. Dia sudah tak minat lagi untuk pergi ke toilet.

Melihat pria incarannya pergi, Odelia segera mengejarnya. Dia kesulitan menyamai langkah kaki Edgar yang panjang itu.

"Om, kasih tau dulu namanya om siapa." mohon Odelia.

Edgar hanya diam, dia terlau malas menanggapi bocah disampingnya.

"Om please, kasih tahu namanya dong."

Odelia terus mengikuti Edgar hingga naik ke lantai dua dimana terdapat ruang VIP disana. Edgar menghembuskan nafas kasar saat gadis itu tak mundur sama sekalo untuk mengetahui namanya.

Greb.

Odelia menahan pergelangan tangan Edgar saat pria itu hampir membuka salah satu pintu. Odelia memasang wajah sedih dengan puppy eyes andalannya.

"Huft." Edgar menghela nafas pelan.

"Edgar."

Perlahan sudut bibir Odelia terangkat saat pria itu menyebutkan namanya. Dia kemudia memberikan ponselnya pada Edgar.

"Minta nomornya."

Edgar sedikit membelakan matanya, kenapa gadis aneh ini ngelunjak sekali? Batinnya.

Terpaksa Edgar mengambil ponsel gadis bernama Odelia itu kemudian mencatat nomornya. Setelah selesai dia mengembalikan ponsel itu ke Odelia.

Odelia tersenyum lebar sambil menyimpan nomor Edgar.

"Makasih Om- loh Om Edgar udah masuk?" pekik Odelia.

Namun dia tak kecewa sama sekali, akhirnya dia berhasil mengetahui nama serta mendapatkan nomor telepon om tampan itu.

"Apa gue harus syukuran ya karena bisa dapet nomornya? Aaaaa seneng banget gue." pekik Odelia kesenangan.

Tak henti-hentinya dia menatap layar ponselnya yang terdapat nomor Edgar disana.

Tiba-tiba ada panggilan masuk dari mamanya, seketika Odelia membelakan matanya. Dia sampai melupakan mamanya yang mungkin kini tengah kesal menunggunya. Rasa lapar diperutnya juga tak terasa lagi setelah bertemu dengan Edgar.

Odelia menepuk keningnya pelan kemudian kembali turun ke lantai satu untuk menghampiri mamanya.

"Astaga, kenapa gue sampe lupa sih." gumamnya.

1
Reni Anjarwani
suka deh bisa doubel up keren ceritanya
Liana Alda: happy reading kak
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
keren bgtt kalau bisa doubel up thor
Liana Alda: on proses kak, punya 2 on going soalnya. masih susah bagi waktu 😭😭
total 1 replies
Reni Anjarwani
ceritanya bagus kalau bisa doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel. up seru ceritanya
EatYourHeartOut
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
Kiran Kiran
Menghibur banget!
Liana Alda
terima kasih kembali
Bunny Koo
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!