Irgi beralih menatap Humaira.
Wajah calon istrinya itu sangat polos tanpa make up sama sekali. Tubuhnya juga dibalut baju gamis panjang serta jilbab pink yang menutup bagian dadanya. Dia sungguh jauh berbeda dengan pacarnya yang bernama Aylin.
Selain memiliki wajah yang cantik, Aylin pandai berdandan serta modis dalam berpenampilan. Kepopulerannya sebagai influencer dan beauty vloger membuat Irgi sangat bangga menjadi kekasihnya.
Namun wasiat perjodohan mengacaukan semuanya. Dia malah harus menikahi gadis lain pilihan kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dialog Pagi
Waktu menunjukkan pukul lima pagi.
"Loh, kenapa Kamu tidur di situ, Irgi?" Ibu Elisa yang baru keluar dari kamar, heran melihat putranya sedang meringkuk di sofa ruang tengah.
Ia segera mendekat lalu mengguncang pundak Irgi.
"Irgi bangun!" serunya pelan.
Mata Irgi langsung terbuka. Ia sadar orang yang membangunkan dirinya bukan Maira, melainkan mamanya.
"Mama udah bangun?" Irgi nampak kaget namun dengan santai tangannya menggosok-gosok kedua matanya yang masih mengantuk.
Ia lalu duduk menghadap mamanya yang masih berdiri di depan sofa.
"Kamu kenapa tidur di sini? Berantem sama Maira?"
Mata Irgi semakin melebar. Ia bingung harus mengarang jawaban apa lagi. Irgi pindah ke luar kamar karena ia merasa gelisah dan tidak bisa tidur.
Semalam Aylin terus mengiriminya chat dengan kalimat-kalimat menggoda. Ia bahkan mulai berani mengajak Irgi untuk menginap di apartemennya.
Irgi semakin tak kuat menahan hasratnya sebagai laki-laki. Akhirnya ia memilih keluar kamar supaya tidak mengganggu Humaira.
Namun, sandiwara sepertinya harus terus berlanjut.
Sejenak, Irgi menggeliatkan tubuhnya lalu tertawa pelan.
"Aku sama Maira kecapean, Ma. Abis tempur semalam sampe tiga Ronde! Katanya mama pengen cucu. Aku pindah ke sini biar Maira bisa tidur nyenyak." terangnya.
Entah ide gila dari mana, Irgi memberi alasan pada mamanya dengan kalimat seperti itu.
Mama menghela nafas pelan. Sejurus kemudian, wanita itu duduk di samping Irgi sambil memberikan tips-tips supaya istrinya bisa cepat hamil.
"Irgi, Kamu harus tahu masa subur istri Kamu. Berhubungan waktu masa subur itu paling bagus." ujar Ibu Elisa dengan suara lirih.
Wajahnya terlihat sangat serius. Nampaknya Ibu Elisa sudah larut ke dalam sandiwara yang dibuat Irgi.
"Masa subur?"
"Iya. Komunikasi deh sama Maira. Berhubungan juga harus rutin. Kalo habis berhubungan, coba suruh Maira buat ngangkat kaki."
"Bi, biar apa Ma?" Wajah Irgi semakin terlihat bodoh.
Sepertinya dia telah salah memilih kalimat lagi.
"Biar pembuahan maksimal dong. Posisi. Iya, posisi juga penting." Ibu Elisa tertawa pelan sambil menutupi mulutnya dengan telapak tangan.
Irgi hanya tersenyum getir. Bisa-bisanya, Mama membahas masalah seperti itu di pagi hari. Padahal kepala Irgi masih pusing karena tidak bisa tidur nyenyak.
"Kamu belajar sendiri deh! Jangan lupa juga pola hidup harus sehat. Banyak-banyak makan toge, bagus loh itu."
"Iya, Ma. Siap Irgi laksanakan! Oiya, Mama mau dianterin pulang jam berapa hari ini? Biar aku siapin mobilnya."
"Jam sembilan aja. Mama mau sarapan dulu sama kalian."
"Oke siap, Ma."
***
"Makasih ya, Maira! Mama seneng bisa nginep di sini. Walaupun rumah ini kecil tapi rasanya bersih dan nyaman. Mama dimasakin makanan enak pula." ujar Ibu Elisa pada menantunya.
Ia sedang menunggu Irgi memanaskan mobil di luar.
"Iya Ma, sama-sama. Aku juga seneng kok ada temen ngobrolnya. Hehe... Biasanya kalo sama Irgi debat Mulu!"
Ibu Elisa tertawa.
"Kalian tu lucu, yang suka berantem-berantem gitu malah awet biasanya!"
"Masa si, Ma?"
Ibu Elisa mengangguk. Wanita itu menatap menantunya lekat. Diraihnya tangan Humaira lalu menepuk-nepuknya pelan.
"Temani Irgi terus ya, Maira. Mama liat ada perubahan positif setelah dia punya istri. Semangati dia juga biar giat bekerja. Kalo bisa, Maira bujuk Irgi supaya mau datang ke Pabrik."
"Nanti aku akan coba ya, Ma." jawab Maira sembari menarik sudut bibirnya supaya Mama tidak khawatir.
Mama mengangguk pelan.
"Oiya, tadi Mama transfer ke rekening Maira. Gak banyak si, buat nambah-nambah uang belanja aja."
Setelah sarapan, Ibu Elisa memang sengaja menanyakan nomor rekening Humaira.
"Ya ampun Ma, aku gak enak nerimanya. Uang yang kemarin juga masih ada kok."
"Justru Mama yang gak enak, Maira. Irgi belum bisa ngasih Kamu nafkah. Padahal Kamu udah ngurusin anak Mama."
"Makasih banyak ya, Mama udah perhatian sama aku dan Irgi. Kita harusnya udah mandiri, tapi nyatanya masih ngerepotin orang tua."
"Jangan ngomong gitu ah, Mama ikhlas kok. Tapi Maira jangan bilang-bilang sama Irgi ya, Mama transfer uang. Biar aja dia berpikir dan usaha sendiri."
Humaira mengangguk.
...****************...
hmm covernya bagus kak