Novel ini kelanjutan dari Cinta di atas menara ( pencuri hati pria lumpuh)
Arabella adalah seorang gadis muda yang terpaksa menikahi seorang pria yang sangat membenci wanita.
Di matanya semua wanita adalah sumber penderitaan.
Tapi seiring berjalannya waktu pemikiran itupun berubah,dan semua sudah terlambat.
Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Bella terima selama ini telah mengubah hatinya yang tak lagi menginginkan cinta dari suaminya. Bella pun memilih pergi meninggalkannya. Nah apa yang akan terjadi selanjutnya?
Dan siapakah Arabella? adakah hubungannya dengan Devan dan Andara? Bagaimana kisah selanjutnya..?
Yuk simak di karya terbaruku.
Jangan lupa like, subscribe dan komentar yang baik baik ya 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
"Andara !!!!"
Lagi lagi mimpi itu datang lagi, Raga terbangun dari tidurnya dengan peluh dan keringat yang membasahi dahinya.
Najwa berlari untuk melihat keadaan pamannya di kamarnya, kebetulan kamarnya tidak dikunci, Najwa masuk begitu saja dan duduk di sisi ranjang.
" Paman kenapa?"
Raga membenarkan posisi duduknya, satu tangannya memegangi kepalanya " Tidak Wa paman tidak apa apa. Cuma bermimpi"
" Bohong! Paman bermimpi aneh lagi kan? Ceritakan kepada Najwa siapa Andara "
Raga tak menjawab tatapannya tidak seperti biasanya seperti menyimpan sebuah luka yang tidak ingin diungkit lagi.
Najwa meraih tangan pamannya, menggenggamnya erat " Paman, Najwa sayang sama paman seperti papaku sendiri. Apapun masalah paman pasti Najwa akan membantu semampuku"
Raga menundukkan kepalanya sejenak kemudian menatap wajah gadis yang berada tepat di depannya, tangannya meraih kepala Najwa, mengusapnya dengan lembut.
" Najwa, luka itu begitu dalam dan rumit. Paman tidak ingin mengungkitnya lagi tapi mimpi itu datang dan datang lagi"
" Sebenarnya mimpi seperti apa sih paman?"
Raga menarik nafasnya dalam dalam, pandangannya mengedarkan jauh ke arah jendela yang sudah terbuka karena memang sebelumnya Najwa sudah membuka jendela kamar pamannya.
" Awalnya paman bermimpi bersetubuh dengan dia padahal di dalam kenyataannya paman sama sekali tidak pernah menyentuhnya"
Najwa mengeryitkan keningnya" Ih paman serius"
Raga tersenyum kecil " Iya iya paman serius, paman melihatnya disiksa seseorang, dia minta tolong padaku. Mimpi itu datang berulang ulang "
Najwa terdiam sejenak dan kembali menatap pamannya" Paman, mungkinkah Andara memang sedang dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan paman?"
" Tapi masalahnya paman tidak tahu di mana keberadaannya Wa, menurut berita terakhir yang paman dengar lebih dari dua puluh tahun yang lalu dia mengalami kecelakaan bersama kakaknya, kecelakaan itu parah hingga merenggut nyawa kakaknya"
" Terus dengan Andara?"
Raga menggeleng perlahan.
Najwa menghela nafasnya dalam dalam
" Berarti kita harus mencari keberadaan Andara, Najwa yakin dia belum mati".
" Kenapa kamu seyakin itu Wa?"
" Paman "
" Iya iya paman mengerti maksud kamu" Raga mengukir senyum tipis di bibirnya membuat Najwa sedikit kesal dengan memanyunkan bibirnya. Memang kehadiran Najwa bisa memberikan semangat tersendiri bagi Raga setelah semua keterpurukan yang dialami selama ini. Wajah dan senyum Najwa mampu menjadi obat dari setiap luka yang pernah dirasakannya.
" Ya udah paman mau lanjut tidur atau pergi ke kantor?" Pertanyaan Najwa yang membuat Raga gemas.
" Aku mau jalan jalan saja"
" Paman ih, ditanya apa jawabnya apa, au ah" Najwa memanyunkan bibirnya dan berjalan cepat meninggalkan pria berumur yang masih terlihat tampan dan terawat itu.
Raga terkekeh " Iya iya paman pergi kerja, o iya misi kamu kemarin bagaimana? Berhasil gak?"
Mendengar pertanyaan pamannya, Najwa menghentikan langkahnya dan memutar kembali tubuhnya kemudian mengangkat jempolnya sambil mengedipkan matanya.
" Hebat kamu Wa, pasti sekarang kakak kamu kalah bertaruh"
" Hahh apa maksud paman?" Najwa kembali berlari mendekati Raga.
Raga mendengus karena keceplosan, anak ini pasti tidak akan berhenti bertanya kalau tidak mendapatkan jawabannya.
Benar saja, Najwa melemparkan tatapan tajam kepada sang paman karena pamannya tidak juga segera menjawabnya.
" Paman ! Katakan kalian bertaruh apa? Terus apa yang dipertaruhkan? Kalau paman tidak mau jawab, aku akan bilang sama kak Raga kalau sebenarnya yang memintaku memberikan obat perangsang dalam kue itu adalah paman!"
Raga membulatkan matanya" Eh ya jangan dong, nanti ketahuan curangnya "
" Makanya ceritakan yang sebenarnya pada Najwa "
Kemudian Raga beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah jendela, di sana dia mulai menceritakan semuanya kepada Najwa mulai dari awal mereka saling bertaruh.
Najwa menghela nafasnya panjang " Hufff, kalian para lelaki memang keterlaluan" Gumamnya penuh kekesalan.
Najwa tak menimpali apa apa kemudian berjalan meninggalkan pamannya begitu saja.
Raga hanya menatap keponakannya itu pergi dari kamarnya.
Raga kembali menatap ke luar jendela dengan pikiran masih berisi tentang Andara, di mana dan bagaimana keadaannya sekarang, apakah Devan masih bersamanya ataukah pergi meninggalkannya, kenapa di dalam mimpi tidak meminta tolong kepada Devan tapi namanya yang selalu dipanggilnya.
...💞💞💞...
Di apartemen Saga.
Bella keluar dari dalam kamarnya dengan wajah lebih segar meskipun tidak di pungkiri tanpa make up pun pesona kecantikannya sama sekali tidak hilang.
Saga duduk di belakang meja makan dengan hidangan berada di depannya.
" Makanlah, jaga tubuhmu agar tidak terlalu kurus" Ucap Saga tanpa menoleh dan menggeser piring yang berisi dua lembar roti dan segelas susu putih ke arah Bella yang duduk di depannya.
Bella berjalan perlahan menuju meja makan dan mengambil tempat duduk tepat di depan Saga.
" Siapa yang memberimu kue kemarin?" Lagi lagi terlontar pertanyaan dingin dari mulut suaminya tanpa menatap ke arahnya.
" A-aku tidak tahu tuan. Aku kira itu kue milik tuan" Jawab Bella sambil menunduk tak berani menatap suaminya.
Saga menatap tajam ke arah Bella " Tidak tahu?"
Bella pun menggeleng.
Mendapatkan jawaban istrinya yang pasti tidak berani berdusta, dia tahu siapa yang berada di balik semua ini. Saga mengepalkan tangannya dengan kuat menahan amarah yang tiba tiba muncul setelah tahu jawaban dari mulut istrinya. Karena dapat diambil kesimpulan pasti papanya di balik semua ini.
" Cepat makan atau kamu akan sakit" Saga tahu tubuhnya yang kurus karena kurang nutrisi, kurang makan dan sering menangis apalagi dua malam ini, berturut-turut dia sudah menggempurnya. Bukan tidak mungkin nanti malam tidak akan melakukannya lagi, karena tubuh Bella sudah membuatnya candu.
Bella segera meraih roti tersebut dan memakannya dengan lahap karena memang perutnya saat ini sedang sangat kelaparan.
Setelah memastikan istrinya sudah menghabiskan semua sarapannya, Saga beranjak dan mengambil kunci mobilnya untuk berangkat ke kantor.
" Tuan"
Mendengar panggilan dari istrinya, Saga pun menghentikan langkahnya dan memutar sedikit tubuhnya " Ada apa?"
" Bolehkah hari ini aku berkunjung ke rumah orang tuaku, aku sangat merindukannya" Jawab Bella.
Saga terdiam sejenak" Tidak, kamu tidak boleh keluar dari sini. Jangan bertanya apa alasannya karena aku tidak mau didebat"
Deg
Mendengar jawaban sadis dari suaminya, hati Arabella seketika membeku.
Setelah memberikan jawabannya, Saga pun segera pergi meninggalkan istrinya sendiri di dalam apartemen mewah miliknya.
Bella terdiam mematung, kakinya seakan lemas tak bertulang, air matanya mulai mengalir deras tanpa aba aba " Kenapa suamiku begitu kejam" Batinnya kemudian luruh di lantai dengan tangisan yang mulai pecah.
Hidup Bella kini semakin menyedihkan, ponselnya telah rusak karena dibanting oleh Saga tempo hari, benar benar bagaikan burung peliharaan di dalam sangkar emas.
Tak lama kemudian tiba tiba pintu apartment kembali terbuka.
Saga melangkah masuk kembali dengan tatapan dingin tanpa belas kasih " Bersiaplah kita akan ada undangan makan siang bersama klien penting!"
Mendengar ucapan sinis dari suaminya, Bella pun mendongak sambil mengusap lembut wajahnya.
" Apa perlu aku mengulanginya?" Tegas Saga.
" Baik" Jawab Bella kemudian beranjak dan mulai bersiap.
Saga berdiri sambil melipat kedua tangannya menunggu istrinya bersiap siap.
Setelah beberapa menit, akhirnya Bella kembali keluar dari dalam kamarnya dengan dres warna pastel,selutut dan sedikit terbuka di bagian bahunya.
Saga menatapnya tanpa berkedip, tidak dipungkiri istrinya itu memang sangatlah cantik, tubuhnya sangat seksi, pantas saja setelah merasakan tubuhnya sekali sekarang menjadi candu dan tidak ingin jauh jauh darinya.
Namun sesaat setelah sadar dari lamunannya Saga terkesiap dan melangkah lebih dulu mendahului Bella yang berjalan di belakangnya.