NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:656
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Sosok Aneh dalam Mimpi

Rana menghela napasnya lega saat perkuliahannya hari ini telah selesai. Ia membuka pintu kamar kostannya untuk segera mengistirahatkan diri. Sedari pagi ia sudah berada di kampus, dan siang ini ia bisa bersenang-senang dengan kasurnya sampai malam.

Ia duduk di pinggir kasurnya seraya menatap kamarnya yang berantakan. Efek tadi pagi ia terlambat untuk bangun, sehingga ia secara tidak sengaja memberantakkan kamar kostannya sendiri.

Sepertinya hari ini ia jug harus kembali membersihkan kamarnya. Karena hidup sendiri, kamarnya tidak ia sapu setiap hari. Cukup seminggu sekali karena kekotoran kamarnya tidak secepat saat ia di rumah.

Ia membuka plastik putih berisi mie ayam dan juga minuman dingin yang baru ia beli tadi. Ia akan makan siang terlebih dahulu sebelum membereskan kamarnya yang berantakan.

Siang hari ini suasana kostannya terlihat sangat sepi. Biasanya masih ada satu dua orang yang melewati kamarnya, namun saat ini tidak. Sepertinya mereka masih berada di kampus.

"Rana!!"

Tok... tok... tok....

Rana tersentak kaget saat mendengar suara ketukan pintu yang cukup kencang. Ia beranjak dari tempatnya untuk menemui seseorang yang terus mengetuk pintu kamarnya.

"Rana buka pintunya!!"

Tok... tok... tok....

"Rana!!"

Tok... tok... tok....

"Iya sebentar," balas Rana setelah meminum minumannya. Ia membuka pintu kamar kostnya yang terus diketuk oleh temannya itu, "kenapa?"

"Nih." Perempuan tersebut mengulurkan celana kulot berwarna hitam ke arah Rana, "gue mau balikin kulot, maaf ya lama."

Rana menerima kulot tersebut seraya menganggukkan kepalanya, "oke, gapapa."

"Lo gak ada kelas lagi?" tanya perempuan tersebut pada Rana.

Rana menggelengkan kepalanya, "selesai hari ini."

"Enak banget."

Rana menaikkan sebelah alisnya, ia menatap temannya dari atas hingga bawah, "lo ada kelas?"

"Gak." Perempuan tersebut menggelengkan kepalanya.

"Terus?"

"Latihan drama."

Rana menganggukkan kepalanya mengerti, "oh... Oke."

"Ya udah, gue berangkat dulu ya."

"Hm... Hati-hati."

"Yo." Perempuan tersebut melangkah keluar dari kostan.

Rana menutup pintu kostan kembali, menaruh asal celana kulot yang diberikan oleh temannya. Ia kembali melanjutkan kegiatan makannya yang sebelumnya tertunda.

Beberapa menit Rana selesai dengan makanannya, ia membereskan peralatan makan dan keluar dari dalam kamar untuk mencuci piring.

Ia terdiam saat merasakan seseorang akan turun dari lantai dua. Ia menunggu orang tersebut untuk turun dengan terus mencuci peralatan makannya. Beberapa menit menunggu, tidak ada seorang pun yang akan turun dari lantai dua.

"Mungkin gue salah," ucap Rana masih mencoba berpikir positif.

Selesai mencuci piring, Ia kembali masuk ke dalam kamar. Membereskan beberapa barang yang berserakan di lantai. Ia juga memasukkan baju-baju yang ditaruh dengan asal di dalam lemari.

Ia mulai menyapu kamar yang ukurannya tidak terlalu besar. Ia hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit untuk menyapu kamarnya. Tak lupa ia mengepel lantai kamarnya agar tidak terlalu lengket.

Beberapa menit membersihkan kamar, pekerjaannya telah selesai. Ia kembali menyusun barang-barang ke tempatnya agar terlihat rapi. Lalu merebahkan tubuhnya pada kasur seraya memainkan ponselnya. Ia membuka playlist miliknya untuk mendengarkan lagu-lagu yang sedang hits, sesekali ia mengikuti lagu yang berputar untuk mengurangi rasa bosan.

Rana naikkan volume ponselnya dengan kencang. Lagipula kostannya saat ini sedang sepi, jadi tidak ada yang merasa terganggu dengan apa yang ia lakukan.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali saat rasa kantuk mulai ia rasakan. Ia mematikan lagu yang terputar untuk segera beristirahat. Ia langsung memejamkan matanya dengan terus memeluk bantal kesayangannya.

•••

"Rana."

Bunyi engsel pintu yang terus ditarik membuat tidurnya terganggu.

"Rana!!"

Dengan malas ia membuka pintu kamarnya dengan cepat. Ia bersiap untuk memarahi seseorang yang terus menarik engsel pintu kamarnya dengan tidak sabaran.

Cklekk

Rana mengerjapkan matanya bingung saat sekitarnya tiba-tiba berubah. Padahal ia yakin jika dirinya berada di dalam kamar tadi, tapi kenapa saat ini ia berada di dalam kelas.

"Rana? Kenapa tetap berdiri di situ. Duduk."

Dengan perasaan bingung ia melangkah menuju salah satu kursi yang tampak kosong. Ia duduk di dekat teman dekatnya dengan perasaan tidak menentu. Ia merasa aneh karena sekitarnya yang secara tiba-tiba berubah.

"Kenapa?"

Rana tersentak kaget saat mendengar suara seseorang dari sebelah kirinya. Ia menoleh ke arah Fina yang sedang menatapnya dengan bingung.

"Kenapa?" tanya Fina lagi.

Rana menatap sekitarnya dengan perasaan bingung, "kok aneh ya," ucapnya.

"Aneh kenapa?"

"Perasaan tadi gue di kamar, kok tiba-tiba ada di kelas ya?" Rana menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung.

"Apaan sih?! Halu ya lo, dari tadi tuh gue liat lo kaya orang kebingungan di depan," balas Fina seraya berbisik tidak percaya.

"Masa?"

Fina menganggukkan kepalanya dengan cepat, "iya, udah gue panggil berkali-kali tetep gak denger."

"Masa sih?"

"Iya Rana, lo tanya aja si Nur."

Rana menoleh ke arah Nur, salah satu teman dekatnya selain Fina, "Nur."

"Bener."

"Hah?"

Nur menghela napas seraya menatap Rana, "bener yang dibilang Fina."

Rana semakin bingung dengan jawaban yang kedua temannya berikan. Ia merasa tidak puas dengan jawaban mereka. Ia membutuhkan jawaban yang lebih lengkap lagi.

Brukk

Rana memejamkan matanya saat sesuatu mendorongnya hingga terjatuh dengan posisi tengkurap, "siapa sih?!" kesalnya.

Suasana kelas tiba-tiba menjadi sangat sepi, ia tidak mendengar kembali suara dosen di depan kelas. Ia mencoba untuk beranjak dari posisinya yang memalukan. Ia menghela napas pelan saat dirinya hanya bisa mengubah posisinya menjadi telentang.

Ia menatap sekitarnya dengan tatapan tidak mengerti. Teman-temannya tampak tak acuh pada dirinya. Ia seperti tidak terlihat oleh mereka yang masih fokus menatap ke arah depan kelas.

Ia tersentak kaget saat mendengar suara tawa melengking di dekat telinganya. Jantungnya langsung berdegup kencang saat mendengar suara tawa itu semakin mendekat ke arahnya.

Suara tawa itu semakin lama semakin jelas berada di dekatnya. Tiba-tiba tubuhnya membeku saat merasakan sebuah tangan besar nan panjang memeluknya dengan erat.

Semakin lama, pelukan itu semakin erat. Bahkan ia merasa jika ada sesuatu yang menempel ke arahnya. Ia meringis pelan saat tubuhnya terasa sangat sakit karena pelukan tersebut semakin kencang.

Ia menatap ke arah teman-temannya yang lain, tapi tidak ada yang menyadari keadaannya. Ia semakin bingung dengan apa yang saat ini ia alami.

Keanehan pertama belum ia ketahui apa penyebabnya, kenapa ia bisa tiba-tiba ada di dalam kelas. Dan saat ini keanehan kedua ia rasakan karena tiba-tiba ada yang memeluknya.

Ia sangat yakin jika yang memeluknya saat ini bukanlah manusia. Bentuk tangannya sangat berbeda dengan manusia pada umumnya m Tangan ini terasa sangat panjang, kurus, dan dengan kukunya yang tajam serta hitam.

Ia tidak tau tangan siapa yang memeluknya m Tapi yang ia tau, tangan yang memeluknya semakin erat bukanlah tangan manusia.

•••

Rana membuka matanya perlahan saat ia mendengar suara seseorang dari depan kamarnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dengan pelan, menyesuaikan matanya dengan kegelapan yang berada di dalam kamarnya.

Ia meringis pelan saat tubuhnya terasa sangat sakit. Seperti habis ditimpa oleh benda besar yang terus menghimpit tubuhnya. Ia beranjak dari posisinya, mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya setelah tertidur lama.

"Cuman mimpi," gumamnya lega saat mengingat kejadian yang ia alami tadi.

Ia mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, ia harus membersihkan dirinya sebelum azan maghrib berkumandang.

Ia beranjak dari tempatnya untuk segera mandi. Mencoba menyegarkan tubuhnya dari pikiran mimpi buruk yang terus menghantui dirinya. Ia merasa lega karena apa yang ia alami hanyalah mimpi belaka. Namun entah kenapa perasannya sedikit mengganjal karena mimpi itu.

Beberapa menit Rana membersihkan diri, ia keluar dari kamar mandi dengan kaus putih dan juga celana training pink. Ia terdiam di depan kamar mandi dengan perasaan was-was.

Kepekaannya yang tinggi terhadap sekitar membuat ia sering merasa jika dirinya berada di suasana yang membuatnya terancam. Ia menatap ke arah ujung kamarnya dengan tatapan yang sulit diartikan, perasaan tidak pernah salah. Ia yakin perasaannya benar, apalagi saat ini apa yang ia rasakan sangatlah kuat.

"Kaya ada yang merhatiin," gumamnya.

Ia menoleh ke arah jendela kamarnya, langit sudah mulai menggelap. Suara mushola di depan kostnya membuat ia harus segera pergi dari area kamar mandi. Orang tuanya selalu berkata jika pamali ketika azan maghrib berada di kamar mandi.

Ia terdiam saat kembali mimpinya yang terasa menyeramkan. Suara tawa melengking itu masih terus terngiang di otaknya. Entah siapa pemilik suara itu, tapi ia merasa sangat yakin dan hapal dengan nada tertawanya.

Ia memang tidak melihat sosok tersebut di mimpinya. Tapi entah kenapa ia bisa mengetahui bentuk wajah dari sosok tersebut seperti apa. Ia merasa hapal dengan sosok yang berada di mimpinya, padahal ia sangat yakin jika di dalam mimpinya ia tidak bertatapan langsung dengan makhluk aneh.

Ia kembali menoleh ke arah pojok kamarnya. Ia merasa sesuatu berdiri di sana, memperhatikan dirinya yang berada di dalam kamar. Perasaannya tiba-tiba merasakan dengan kuat jika sosok yang berada di mimpinya berada di dalam kamarnya.

Ia terus menatap ke arah pojok kamarnya yang terasa aneh. Ia terus menatap ke arah sana dengan tatapan yang sulit diartikan. Perasaannya tidak bisa diremehkan, ia kuat merasakan hal lain di arah sana.

Sosok yang tidak pernah ia temui di mimpi, sosok yang memeluknya dengan erat di mimpi. Ia merasa jika sosok tersebut ada di sekitarnya, di pojok kamarnya yang menurutnya terasa aneh.

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!