NovelToon NovelToon
Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:49k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Hannah, seorang perempuan yang tuli, bisu dan lumpuh. Ketika melihat perut Hannah terus membesar, Baharudin—ayahnya—ketakutan putrinya mengidap penyakit kanker. Ketika dibawa ke dokter, baru diketahui kalau dia sedang hamil.

Bagaimana bisa Hannah hamil? Karena dia belum menikah dan setiap hari tinggal di rumah.
Siapakah yang sudah menghamili Hannah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Aroma susu dan vanila mulai memenuhi dapur kecil yang hangat di sudut rumah sederhana itu. Hannah berdiri di samping Yasmin, memperhatikan gadis kecil itu dengan senyum lembut dan penuh kasih. Tangannya perlahan membantu menuangkan agar-agar ke dalam panci, lalu menuntun Yasmin untuk mengaduk dengan arah dan ritme yang benar.

Hannah memang tidak bisa berkata-kata, tapi tatapan matanya dan kelembutan gerak tubuhnya menyampaikan lebih dari cukup. Hari itu, dia tengah mengajari Yasmin membuat puding susu—hadiah manis yang mereka rencanakan untuk Arka dan Arman. Bagi Hannah, ini bukan sekadar makanan pencuci mulut, tapi ungkapan terima kasih tulus untuk dua pria yang pernah membuat Yasmin merasa berarti.

"Om Arka sudah lama tidak datang ke warung. Om Arman juga tidak ada saat aku ke supermarket. Rupanya mereka sedang sibuk bekerja ke luar kota," ucap Yasmin polos, sambil terus mengaduk adonan dengan semangat anak-anak.

Hannah mengangguk, meski perasaannya sedikit menghangat. Ia sebenarnya tahu lebih dulu kalau Arka pergi ke luar kota. Sebelum keberangkatan itu, pria itu sempat sarapan di Warung SEDAP dan diam-diam berpamitan kepadanya dengan senyum yang Hannah simpan rapat-rapat dalam hati. Namun, setelah hari itu, tak ada kabar, dan tak ada pesan.

"Kata Kakek, Om Arman sudah pulang. Berarti Om Arka juga sudah pulang, ya, Ma?" tanya Yasmin sambil tersenyum cerah, mata beningnya memantulkan cahaya pagi.

Hannah membalas senyum itu dan menggerakkan tangan, "Mungkin saja." Senyumnya tak seceria biasanya, tapi ia berusaha tetap menunjukkan wajah yang tenang.

"Aku suka sekali puding susu ini, semoga Om Arka dan Om Arman juga menyukainya," kata Yasmin sambil menyeka keringat di dahinya yang mungil, lalu kembali serius mengaduk agar-agar. Panci kecil itu mengepul pelan.

Aroma manis memenuhi dapur. Setelah bahan-bahan sudah siap dan tinggal menunggu dingin.

"Alhamdulilah, akhirnya beres! Aku mau mandi dulu." Yasmin pamit mandi dan sarapan. I

Gadis kecil yang mandiri. Tak suka merepotkan orang lain, terlebih ibunya yang memiliki keterbatasan.

Hannah menarik napas dalam. Udara pagi menyentuh wajahnya dengan lembut. Cahaya matahari menembus dedaunan pohon mangga, menciptakan bayangan hangat. Dia perlahan berdiri dari kursi roda, tangannya menggenggam palang besi yang terpasang di sisi dinding benteng. Kakinya kini mulai bergerak meski masih perlahan-lahan, sekarang sudah tidak menggunakan kruk lagi.

Langkah demi langkah ia ayunkan. Pelan dan teratur sepanjang tiga meter palang itu, Hannah akan berjalan bolak-balik sebanyak tujuh kali. Sebuah pencapaian yang mengharukannya, mengingat seminggu lalu ia hanya sanggup tiga kali, kemudian naik menjadi lima kali dua minggu terakhir.

“Sepertinya kehebatan Dokter Andika bukan hanya isapan jempol saja, ya!”

Suara berat namun akrab terdengar dari belakang. Hannah menoleh dan langsung tersenyum lebar. Ada cahaya yang berbeda di matanya. Itu Arka. Pria yang kini berdiri tegak dengan senyum tulus yang membuat jantungnya berdebar lebih cepat.

“Arka!” seru batinnya, tapi tak ada suara yang keluar. Sebagai gantinya, ia menggerakkan tangan membentuk kalimat yang telah biasa ia gunakan.

“Hebat! Sekarang kamu latihan tanpa menggunakan kruk,” kata Arka sambil mengacungkan dua jempol ke arahnya.

Hannah tertawa tanpa suara. Wajahnya memerah, dan meski tak bisa mengucapkan terima kasih, matanya yang bersinar itu sudah lebih dari cukup sebagai balasan.

“Senang bisa bertemu denganmu kembali.” Tangannya kembali bergerak, tubuhnya bersandar sedikit pada palang. Dia ingin bicara banyak hal, tapi hanya mampu mengucapkan itu dalam gerak isyarat.

Arka memiringkan kepala. Ia tidak sepenuhnya mengerti gerakan tangan Hannah, tapi seolah perasaannya bisa menerjemahkannya. Seperti ada sinyal yang dikirim langsung ke dadanya.

“Selama tinggal di luar kota, aku suka ingat sama kamu, Hannah,” ucap Arka perlahan. “Makanan di sana nggak ada yang seenak buatan kamu. Lihat! Tubuhku jadi kurus.” Dia menunjuk perutnya dan membuat wajah meringis, jelas sedang bercanda.

Andai Arman ada di sana, pasti sudah tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat itu. Karena Arka bukan tipe pria yang suka menggombal, apalagi berlebihan seperti barusan. Dia selalu bicara to the points.

Hannah tertawa, lalu menggerakkan tangan dengan cepat, "Ayo, makan! Aku sudah buat sayur sop."

"Aduh, Hannah mau bicara apa, ya?" batin Arka bingung. “Aku nggak ngerti.”

Arka melirik ke arah rumah yang menyatu dengan warung, menduga-duga maksud Hannah. Melangkah mendekatinya, Arka menatap dengan hati-hati.

“Kamu mengundangku makan di rumahmu?” tanya Arka.

Hannah mengangguk cepat. Senyumnya merekah seperti bunga yang tersiram embun pagi.

Betapa bahagianya Arka saat Hannah mengajaknya masuk ke rumah. Senyum lebar menghiasi wajahnya seperti anak kecil yang baru saja diizinkan bermain di taman impian.

Ini adalah pertama kalinya dia menapaki rumah kecil di belakang warung itu, tempat yang selama ini hanya dia pandangi dari luar seperti sebuah dunia tersembunyi yang belum ia kenali. Hannah duduk di kursi roda, dan Arka dengan lembut mendorongnya masuk melewati pintu kayu yang hangat dengan aroma masakan rumahan.

Dari dalam rumah terdengar suara Yasmin bernyanyi riang, menyatu dengan bunyi sendok di atas meja dan aroma wangi bedak bayi yang menguar tipis. Gadis kecil itu sedang bercermin, tangannya merapikan poni dengan serius, sementara pipinya yang tembam dipenuhi sapuan bedak yang tak merata. Namun, bukankah itu justru pesonanya?

“Beres! Tinggal sarapan dan minta Mama ikat rambut!” kata Yasmin penuh semangat.

Lalu, dengan langkah ringan dan nyanyian yang meluncur ceria dari bibir mungilnya, Yasmin berjalan ke arah ruang makan.

“Libur telah tiba ... libur telah tiba ... hatiku gembira!”

Dia berputar kecil sambil melemparkan kedua tangannya ke udara.

“Buanglah tas dan bukumu, hilangkan keluh kesahmu, libur telah tiba–”

Mata Yasmin membulat. Napasnya tercekat.

“Om Arka!” serunya kaget sekaligus senang, seperti melihat seseorang yang sudah lama ia tunggu-tunggu.

Tanpa pikir panjang, Yasmin langsung berlari menghampiri Arka dan Hannah. Langkahnya cepat, dan senyumnya merekah lebar. Kegembiraan terpancar begitu jelas di wajah polosnya.

Arka sempat terkejut dengan kemunculan tiba-tiba Yasmin, tapi senyum hangat langsung menggantikan ekspresi kagetnya. Dia membuka tangan, menyambut pelukan Yasmin yang langsung menubruk tubuhnya.

“Yasmin ... Om kangen!” ucapnya dengan suara rendah dan penuh kasih sayang.

“Aku juga kangen sama Om Arka,” balas Yasmin tulus, suaranya bergetar karena senang.

Pelukan itu bukan pelukan biasa. Bagi Arka, itu seperti sambungan hati—hangat dan menyentuh. Ia mencium pipi Yasmin beberapa kali dengan spontan. Wangi khas minyak telon, aroma bedak bayi, dan minyak rambut Yasmin membuat hati Arka melunak. Ada rasa damai yang sulit dijelaskan, rasa yang membuatnya tak ingin melepaskan gadis kecil itu dari pelukannya.

Sementara itu, Hannah menyaksikan adegan itu dengan perasaan yang rumit. Senyumnya mengembang, tapi matanya sedikit sayu. Di balik rasa bahagia melihat kedekatan anaknya dengan Arka, terselip rasa sedih yang menyesak. Ia tahu, tak peduli seberapa besar cinta dan perhatian yang ia dan Pak Baharuddin curahkan kepada Yasmin, tetap ada ruang kosong dalam hati putrinya—ruang itu adalah sosok seorang ayah kandung.

Dengan gerakan tangan, Hannah menyuruh Yasmin untuk mengajak Arka sarapan.

“Om, ayo kita sarapan!” kata Yasmin bersemangat. “Mama sudah buat sayur sop sama telur dadar.”

Arka tertawa kecil melihat gaya bicara Yasmin yang sudah seperti tuan rumah. Mereka bertiga kemudian duduk di meja makan yang sederhana, tapi penuh kehangatan. Tak ada taplak mewah, hanya alas plastik bermotif bunga, tapi suasana rumah ini jauh lebih istimewa daripada restoran mana pun.

Arka dan Yasmin makan dengan lahap. Sendok dan garpu bersahutan dengan suara tawa ringan. Yasmin berkali-kali menambahkan sambal ke telur dadarnya meski sudah pedas. Arka menatap sup buatan Hannah, lalu menyeruput kuahnya dengan ekspresi terpesona.

“Om, masakan Mama itu paling enak sedunia!” seru Yasmin sambil menggerakkan tangan membentuk lingkaran besar seakan menggambarkan dunia.

“Setuju!” sahut Arka dengan mata membulat. “Masakan Hannah memang enak sedunia.”

Hannah yang sedang menuang air minum jadi tersipu. Dia menunduk sambil tersenyum malu. Kata-kata itu mungkin sederhana, tapi di hatinya, ucapan itu terasa seperti bunga yang mekar di tanah gersang. Ia bersyukur karena sejak kecil sudah biasa memasak. Siapa sangka keterpaksaan di masa lalu justru menjadi anugerah di masa kini?

Samar-samar, bayangan masa lalunya melintas—wajah ibu tiri yang kejam, saudara tiri yang angkuh, dan dapur sempit tempat ia melakukan pekerjaan sambil menangis. Saat itu, hidup Hannah sengsara dan sering di hukum. Kini, dari dapur yang berbeda, ia melihat senyum Arka dan Yasmin yang makan dengan bahagia.

"Ternyata benar, di balik bencana pasti ada hikmah," batin Hannah. "Walau dulu aku sering dijadikan babu, setidaknya aku jadi bisa masak makanan enak."

Pikirannya melayang jauh ke rumah yang dulu ia tinggali. Ibu tiri dan saudara tirinya ... entah di mana mereka sekarang.

"Aku hanya berharap tidak pernah bertemu lagi," bisiknya dalam hati.

***

Setelah konsultasi dengan beberapa teman author, mereka bilang lanjutkan sana karyanya. Siapa tahu akan mendapatkan penilaian ulang dari editor. Minta pembaca rajin berkomentar dan jangan menimbun Bab. Aku baru tahu kalau komentar pembaca juga memiliki pengaruh terhadap penilaian karya. Mohon dukungannya, ya, teman-teman dengan rajin berkomentar.

Insya Allah hari ini crazy up, semoga tidak ada kendala.

1
Wanita Aries
Penasarannnn
Kar Genjreng
siapa orang dewasa' itu yang menakutkan buat Hannah,,, kenangan memang terkadang membuat kita seolah ,,,berada di masa lalu,,,, yang paling nyesek seandainya masa lalu yang kelam,,,beda kalau masa lalu menyenangkan,,,baru happy
Susi Akbarini
siapa laki2 yg ngusir hannah dalm mimpi...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
jgn2 Karin hamil...

❤❤❤❤❤
ken darsihk
Achhh Karin misteri bngt dwehhh 🤨🤨
ken darsihk
Trauma apa yng di alami Hana sebegitu parah kah , sampai Hana sering pingsan bila mengingat kenangan itu
Sugiharti Rusli
ceritanya semakin menarik dan bikin penasaran sih dengan semua rahasia yang masih belum terbuka kaitannya sih,,,
Sugiharti Rusli
apa nanti si Hannah akhirnya akan mempertanyakan jatidiri laki" yang membuat dia shock ke si Samsul yah🤔
Sugiharti Rusli
rahasia kepergian si Karin juga sangat misterius dan mencurigakan bagi Arka dan Arman, seperti ada sesuatu yang janggal yah
Sugiharti Rusli
siapa sebenarnya yang telah membuat Hannah terperangkap dalam trauma panjang yang sekarang ketrigger lagi akibat melihat gambar seseorang dari photo lama sahabat masa kecilnya
Sugiharti Rusli
dari masa lalu Hannah yang menimbulkan trauma berkepanjangan tanpa ada yang tahu, bahkan sang ayah sekalipun
Sugiharti Rusli
wah banyak hal" rahasia yang menyelimuti cerita ini yah rupanya,,,
Ita rahmawati
apakah ada yg menculik atau mengancam keluarga karin 🤔
siapakah pelaku yg udah buat trauma hannah 🤔
kalo krna trauma berarti hannah masih bisa disembuhkan ya,,suara yg hilang sm kelumpuhan kakinya dn pendengarannya kan bisa pake alat dengar 🤔
masih banyak yg blm terjawab dn bikin makin penasaran 🤗🤗
Ema
Siapa yang sudah jahat sama Hannah yaa
Eonnie Nurul
semakin banyak clue-nya semakin penisirin ☺️
Wiek Soen
makin bikin penasaran thor
Wiek Soen
kayaknya hanas pernah dicelakai orang itu sampai trauma
Wiek Soen
pak agung juga kayaknya sdh tidak tulus lagi di percaya, nyatanya dia minta syarat baru menolong...mungkin pk agung ada main dg Soraya deh
Wiek Soen
kayaknya ada foto orang yg di kenali Hannah di situ yg menyebabkan dia sakit tp dia GK berani cerita
juwita
cerita nya penuh misteri blm ke ungkapan semuanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!