Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14 ONS
Setelah empat jam di dalam ruang ICU, akhirnya Irwan pun sadar. Dia membuka matanya perlahan, lalu melihat ke sekitarnya.
"D—dimana aku?" tanya Irwan pada dirinya sendiri.
"Pa! Syukurlah, akhirnya Papa sadar juga. Papa membuatku merasa khawatir." Danu menggenggam jemari Irwan, yang mana masih terpasang infus disana. Dia sangat takut jika kehilangan sang Papa, karena di dunia ini, hanya Irwan lah yang Danu punya.
"D—dan, tadi Papa mimpi buruk. Kau dan Delia, kalian hanya berpura-pura menjalin hubungan, demi membuat Papa tenang, tidak memikirkan tentang pendamping hidupmu."
Danu dan Delia saling tatap, saat Danu ingin membuka mulut, Delia dengan cepat menyelanya.
"Itu hanya mimpi, Om. Jangan terlalu memikirkannya, lebih sekarang Om fokus saja dengan kesehatan Om." ujar Delia dengan penuh kasih sayang, dia tahu betapa sakitnya jika ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai, yaitu orangtua.
Irwan tersenyum menanggapi perkataan Delia. "Calon menantu yang baik." ucapnya pelan.
Saat Irwan sudah tidur, Danu keluar dari ruangan itu. Napasnya tidak beraturan, dia benar-benar merasa bersalah. Delia yang melihat itu pun langsung mengikuti Danu.
"Kenapa kau mengatakan itu pada Papaku? Seharusnya kau jujur, agar masalah ini tidak semakin panjang." Danu merasa frustasi.
"Apa kau tidak lihat kondisi Papamu, Danu? Dia sedang tidak baik-baik saja, dan kau mau membuat kondisinya semakin memburuk?"
Danu memukul dinding dengan pelan, dia merasa takut dengan perasaannya.
"Aku harus pulang, hari sudah hampir larut." Delia pergi meninggalkan Danu yang tidak menoleh ke arahnya sedikitpun.
"Aku sangat suka berada di dekatmu, Delia. Bahkan rasanya aku tidak mau jauh darimu. Andaikan saja hubungan kita itu sungguhan, pasti aku akan langsung menikahimu." gumam Danu perlahan.
Delia terdiam di dalam taksi, sambil melihat keluar jendela. Dia memikirkan tentang kandungannya, dan juga harus memikirkan tentang orangtua Danu. Namun, saat melintasi jalanan yang cukup sunyi, sopir mengerem dengan mendadak, membuat tubuh Delia terhempas ke depan.
"Ada apa, Pak?"
"I—itu, di depan ada orang pingsan, Bu."
Delia melongok ke depan, dia ingin turun dari mobil tetapi sopir melarangnya.
"Jangan, Bu! Hal seperti ini sudah sering saya temui, sebaiknya kita putar balik saja."
"Loh, memangnya kenapa? Kita harus menolong orang itu, Pak!" pinta Delia tidak tega.
"Ini hanya akal-akalan perampok jaman sekarang, Bu. Saya tidak mau mengambil resiko," ucap sang sopir. Dia kembali mengemudi, memundurkan mobilnya. Tetapi, saat baru mundur beberapa centimeter, terdengar suara motor jatuh.
"Ya Tuhan, celakalah kita." gumamnya pelan, masih terdengar oleh Delia.
Seseorang yang pingsan di jalanan tadi terbangun, dan beberapa orang keluar dari balik pohon yang rindang.
"Sudah saya duga hal ini pasti akan terjadi." gumam sopir merasa takut.
"Bagaimana ini, Pak?"
"Telpon polisi, Bu. Baterai ponsel saya habis."
Delia merogoh tasnya dengan tubuh gemetaran, belum juga menghubungi kantor polisi, ponselnya terjatuh karena kaget.
"Buka pintunya!" teriak para preman itu, Delia mencoba mengambil ponsel yang berada di bawah kakinya.
"Buka atau kami pecahkan jendela kaca ini!" Lanjut mereka.
Delia menjerit ketika salah satu kaca jendela di pukul secara paksa dan akhirnya pecah. Sopir pun membuka pintu mobil, karena sang preman menyodorkan sajam padanya.
"Angkat tangan!"
Sopir tersebut mengangkat kedua tangannya, lalu preman itu mulai menggeledah setiap kantong untuk mencari uang. Setelah mendapatkan yang dicari, preman itu pun tersenyum lebar. Dia memukul Pak Sopir hingga pingsan. Lalu, mata mereka tertuju pada Delia, yang diam ketakutan di dalam mobil.
"Hei! Turunlah, Nona! Berikan semua uangmu pada kami!"
"A—aku tidak punya uang." ucap Delia menyahut, bibirnya bergetar.
Kedua orang berbadan besar itu membuka paksa pintu mobil Delia, lalu mereka menarik tangan Delia dengan kasar.
"Lepaskan!" teriak Delia memberontak.
"Periksa ke dalam mobil! Ambil semua barang-barang berharga yang ada di dalam sana." perintah bos preman.
"Ambil saja semuanya, tapi tolong lepaskan saya dulu."
"Diam!" bentak Bos preman, membuat nyali Delia menciut.
Mereka mendapatkan apa yang mereka mau, tetapi Delia mengingat syal yang dia rajut dengan kedua tangannya sendiri untuk calon bayinya, ada di dalam tas. Syal itu tidak pernah dia tinggalkan, karena barang berharga bagi Delia.
"Tunggu! Di dalam tas itu, ada syal. Ku mohon kembalikan,"
Bos preman itu melihat isi tas Delia, dia menemukan sebuah syal, lalu mengambilnya dan melemparkan ke arah Delia. Namun, saat hendak pergi, dirinya melihat kalung yang ada di leher Delia.
"Heh, Nona! Berikan kalung itu pada kami." Perintahnya.
Delia menggelengkan kepala. "Aku berani bertaruh nyawa demi kalung ini." ucapnya, kalung itu pemberian satu-satunya dari almarhum orangtua Delia.
"Bos, gadis ini sepertinya ingin bermain-main dengan kita." ujar salah satunya.
"Baiklah, kita lihat seberapa pemberaninya dia."
Bos preman itu mendekati Delia, dia menarik tangan Delia, lalu meletakkan pisau di leher Delia. "Berikan kalung itu dengan senang hati, atau aku akan mengambilnya secara paksa darimu!"
"Lebih aku mati daripada memberikan kalung ini pada kalian!" teriak Delia tanpa rasa takut.
Srett
"Argh!"
Sebilah pisau itu berhasil menggores kulit Delia, darah segar mengalir dari sana. Saat preman ingin menarik kalung itu dari Delia, tiba-tiba gerakannya terhenti karena ada tangan yang mencekalnya.
*******
BERSAMBUNG
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai