Arkan, seorang pria kaya dan berkuasa dengan kepribadian yang dingin dan suka mengontrol orang lain, terjebak dalam permainan cinta dengan Aisyah, seorang wanita muda yang cantik dan berani. Aisyah memiliki tujuan tertentu untuk Arkan, dan ia akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
Arkan memiliki rencana untuk Aisyah, tetapi seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Aisyah. Ia mulai mempertanyakan perasaan dirinya sendiri dan mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam hatinya.
Aisyah sendiri juga memiliki rahasia yang tidak diketahui oleh Arkan. Ia memiliki tujuan untuk membalas dendam kepada orang yang telah menyakiti keluarganya, dan Arkan menjadi bagian dari rencananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Wirdan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14
Arkan memandang Maestro dengan mata yang terkejut. "Apa yang kamu maksud?" dia bertanya, suaranya tetap dingin.
Maestro tersenyum. "Kamu memiliki kemampuan yang luar biasa, Arkan," katanya. "Kemampuan yang dapat membantu saya mencapai tujuan saya."
Arkan memandang Maestro dengan mata yang tajam. "Apa tujuanmu?" dia bertanya.
Maestro tertawa. "Tujuan saya adalah kekuasaan," katanya. "Kekuasaan untuk mengontrol segalanya. Dan kamu, Arkan, dapat membantu saya mencapai itu."
Arkan memandang Maestro dengan mata yang dingin. "Aku tidak akan pernah bekerja sama denganmu," dia berkata.
Maestro tersenyum. "Kita lihat saja," katanya. "Aku memiliki sesuatu yang kamu inginkan. Sesuatu yang dapat membuat kamu berubah pikiran."
Tiba-tiba, pintu gudang itu terbuka, dan beberapa orang membawa seseorang ke dalam. Arkan memandang orang itu dengan mata yang terkejut.
"Nadya!" dia berseru.
Nadya memandang Arkan dengan mata yang penuh dengan ketakutan. "Arkan, tolong aku," dia berkata.
Maestro tersenyum. "Kamu memiliki pilihan, Arkan," katanya. "Bekerja sama dengan saya, atau Nadya akan menderita."
Arkan memandang Maestro dengan mata yang dingin. "Aku tidak akan pernah menyerah," dia berkata.
Maestro tersenyum. "Kita lihat saja," katanya. "Aku akan memberikan kamu waktu untuk berpikir. Sampai besok, Arkan. Sampai besok."
Maestro tersenyum lagi, dan kali ini ada sesuatu yang menakutkan dalam senyumnya. "Sampai besok, Arkan," katanya lagi. "Jangan membuat aku menunggu terlalu lama."
Dengan itu, Maestro memberi isyarat kepada orang-orangnya untuk membawa Nadya pergi. Arkan memandang Nadya dengan mata yang penuh dengan kekhawatiran dan kemarahan.
"Aku akan menyelamatkanmu, Nadya," Arkan berjanji. "Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu."
Nadya memandang Arkan dengan mata yang penuh dengan harapan. "Aku percaya padamu, Arkan," dia berkata.
Arkan memandang ke arah Maestro, yang sedang berjalan menjauh. "Aku akan membuatmu membayar untuk ini, Maestro," Arkan berjanji pada dirinya sendiri.
Setelah Nadya dibawa pergi, Arkan memandang Rachel yang masih berdiri di sampingnya. "Rachel, aku butuh kamu untuk melacak lokasi Nadya," kata Arkan.
Rachel mengangguk. "Aku akan melakukan yang terbaik, Tuan," dia berkata.
Arkan memandang ke depan, matanya menyala dengan tekad. "Aku akan menyelamatkan Nadya, dan aku akan membuat Maestro membayar untuk apa yang telah dia lakukan."
Dengan rencana yang sudah terbentuk di pikirannya, Arkan siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi besok. Dia akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan Nadya dan mengalahkan Maestro.
Arkan dan Rachel bekerja sama untuk melacak lokasi Nadya. Mereka menggunakan semua sumber daya yang mereka miliki untuk mencari tahu di mana Nadya dibawa.
Setelah beberapa jam, Rachel akhirnya menemukan lokasi Nadya. "Tuan, aku telah menemukan lokasi Nadya," kata Rachel. "Dia dibawa ke sebuah gedung di pusat kota."
Arkan memandang Rachel dengan mata yang tajam. "Siapkan tim, kita akan pergi ke sana sekarang juga," kata Arkan.
Rachel mengangguk dan mulai menghubungi tim keamanan. Arkan memandang ke depan, matanya menyala dengan tekad. "Aku akan menyelamatkanmu, Nadya," dia berjanji pada dirinya sendiri.
Setelah tim keamanan siap, Arkan dan Rachel berangkat menuju gedung di pusat kota. Mereka bergerak dengan hati-hati, mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.
Ketika mereka tiba di gedung, Arkan memandang ke atas, matanya memindai bangunan. "Rachel, aku butuh kamu untuk memeriksa keamanan gedung," kata Arkan.
Rachel mengangguk dan mulai memeriksa keamanan gedung. Setelah beberapa menit, dia kembali ke Arkan. "Tuan, aku telah menemukan jalur masuk yang aman," kata Rachel.
Arkan mengangguk. "Baiklah, mari kita mulai," kata Arkan.
Dengan senjata yang siap, Arkan dan timnya memasuki gedung, siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Mereka bergerak dengan hati-hati, mempersiapkan diri untuk menghadapi Maestro dan orang-orangnya.