Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
Ellen tidak bisa menerima saat Johan menjelaskan apa yang terjadi jauh dari rencana. Sambil menyelam minum air. Selain ingin memaksa David menceraikan Ellen, Yuan juga membutuhkan informasi soal siapa sosok yang ingin merebut kekuasaan.
Mana Johan tahu kalau keberadaan Sam berhasil David temukan lebih dulu. Terpaksa rencana tambahan di lakukan karena Johan sudah berjanji menjamin keselamatan Ellen.
Sepanjang perjalanan Ellen hanya diam tanpa menjawab sepatah kata pun. Tarikan nafas berat yang berhembus panjang, menandakan betapa kesalnya hati Ellen.
Johan sendiri memilih diam saat kehilangan cara merayu. Keadaan mobil begitu hening sampai mereka tiba di kediaman Yuan.
Braaaakkkkkk!!! Ellen turun mobil dan menutup pintu kasar. Johan dan beberapa anak buahnya saling melihat satu sama lain.
"Aku heran sama kamu Kak." Tentu sikap Johan menimbulkan banyak pertanyaan di benak anak buahnya.
"Heran bagaimana?"
"Harusnya Kak Jo bersikap tegas toh dia bukan siapa-siapa."
"Iya. Turunkan saja di jalan."
Johan menempeleng kepala anak buahnya yang asal bicara.
"Dia sudah tanda tangan kontrak perjanjian dan itu berarti dia sudah jadi bagian dari kita! Kalian lupa bagaimana peraturannya!" Tutur Johan mengingatkan jika sesama anggota harus saling menjaga.
"Tempo hari dia bilang asisten Mbok Lela. Kok sekarang..."
"Protes sama Tuan Yu. Dia yang menyuruhku melakukan ini."
Johan turun dari mobil karena merasa khawatir dengan keadaan Ellen yang penuh luka memar. Johan berniat menyuruh Mbok Lela mengobati lalu menemui Yuan untuk membicarakan kegagalan rencana.
.
.
.
.
Sementara Ellen memutuskan mengunci diri di kamar. Dia berdiam di bawah kucuran air shower untuk merendahkan kepalanya yang terasa panas juga membersihkan tubuh dari sisa keringat David yang mungkin masih menempel.
Situasi yang terjadi barusan berhasil mengaduk-aduk emosi Ellen. Takut, terkejut, senang bercampur aduk menjadi satu dan membuat perasaannya menjadi aneh. Ellen bahkan sempat membayangkan David berhasil membawanya kembali ke rumah dan bertemu Paula juga Bu Sarah.
"Lihat kenyataannya Ellen, mereka tidak ingkar janji." Gumam Ellen berusaha memendam rasa kesalnya atas keterlambatan Johan menyelamatkan." Tapi mereka bilang tidak melibatkan lelaki itu! Lantas kenapa dia ada di sana? Apa maksudnya?!!" Teriak Ellen geram. Dia tidak mengerti jika semua yang terjadi di luar rencana.
Tok.. Tok.. Tok..
Ellen menoleh ke arah pintu kamarnya. Hampir satu jam dia berdiri mematung di bawah guyuran shower sampai membuat jari-jarinya berkerut. Wajar jika Johan, Mbok Lela dan yang lain merasa khawatir mengingat Ellen masuk dalam keadaan marah.
"Apa tugasku belum selesai?! Kenapa mereka menganggu ku!" Umpat Ellen yang seharusnya bisa bersikap lebih sopan sebab statusnya di sana hanyalah sebagai pesuruh.
Namun ganguan otak membuatnya sering lepas kendali, bersikap semaunya bahkan tidak segan-segan mengumpat Bu Sarah, mertuanya.
Padahal dulu Ellen adalah wanita yang sopan dan senantiasa menjaga perkataannya. Seiring berjalannya waktu, sifat itu berubah. Ellen seringkali protes atas sikap acuh serta plin-plan David lalu puncaknya terjadi beberapa bulan lalu tepatnya saat David memperkenalkan Paula sebagai madunya.
Braaaakkkkkk!!!
Cepat-cepat Ellen menyudahi kegiatannya. Dia mengeringkan rambut sekedarnya lalu melilitkan handuk ke tubuhnya. Ellen terpaksa menelan rasa malunya karena kini ketukan beralih ke pintu kamar mandi.
"Ada apa sih? Bukankah tugasku sudah..." Ellen mengalihkan pandangannya saat mendapati fakta jika bukan hanya Johan dan Mbok Lela yang ada di balik pintu melainkan Yuan.
"Pakai bajumu!" Pinta Yuan penuh penekanan. Merepotkan kalau memperkerjakan wanita muda.
"Bukan salah saya Tuan. Anda masuk saat saya mandi." Jawab Ellen melewati Yuan yang tampak canggung sementara Johan malah tertawa kecil.
Apa Johan sengaja mengerjai ku? Batin Yuan. Keadaan Ellen membuatnya cukup menegang dan canggung.
"Tolong minggir Tuan. Saya mau ganti baju." Tegur Ellen.
Memuakkan!! Umpat Yuan dalam hati. Dengan gerakan pelan dia berjalan ke sebuah kursi lalu duduk di sana.
"Kau bilang dia mengurung diri?" Protes Yuan menatap tajam Johan.
"Mbok Lela sudah memanggilnya sejak tadi tapi dia tetap tidak keluar."
"Dobrak saja! Tidak perlu melibatkan ku!" Seharusnya aku tidak perlu khawatir dan melakukan hal bodoh ini!
"Nanti Kak Yu bilang aku lancang. Kalau dia lelaki, pasti ku selesaikan sendiri." Johan selalu punya jawaban untuk lari dari kesalahannya.
"Kan ada Mbok Lela, Jo!!"
"Kak Yu juga langsung mau kan. Kalau tadi Kak Yu menolak, aku pasti mengajak yang lain." Ucap Johan tidak mau kalah.
"Agar otak mereka keruh dan berubah tumpul! Sejak awal aku tidak setuju tapi kau berjanji akan tanggung jawab!" Mbok Lela hanya berdiri tanpa berkomentar sebab sejak kecil Yuan dan Jogan seringkali berdebat selayaknya saudara kandung.
"Nah, Kak Yu saja tidak rela. Mana mungkin aku berani lancang."
"Berhentilah main-main Jo! Kau paham aku tidak suka itu!!" Teriak Yuan geram.
"Nyatanya Tuan yang mempermainkan saya." Sahut Ellen dari ambang pintu kamar mandi.
"Duh El." Mbok Lela langsung meraih lengan Ellen dan memberi peringatan lewat bisikan.
"Lelaki itu ada di sana! Menyentuh saya dan melontarkan kata-kata memuakkan! Anda pikir saya berpura-pura membenci nya!" Yuan akan menjawab tapi Ellen lebih dulu melanjutkan protes." Tugasnya juga tidak sesuai! Lelaki yang bernama Sam itu sungguh tidak sopan! Apa anda sengaja menjual saya atau bagaimana?" Lanjut Ellen, dadanya naik turun menahan emosi tanpa memahami tentang siapa sosok yang tengah di umpat.
"Sejak kau tanda tangan kontrak, hidupmu sudah ku beli! Itu kenapa kau wajib mempelajari isi perjanjian."
"Oh astaga." Ellen membuang nafas kasar sambil menatap tajam Yuan dengan penuh amarah." Jadi saya benar-benar di tugaskan melayani lelaki itu?!" Johan memberi isyarat Mbok Lela untuk diam sebab tidak biasanya Yuan menanggapi protes bernada umpatan.
"Apapun tugas yang ku berikan! Wajib kau penuhi sekalipun harus menjual tubuhmu." Entah kenapa Yuan merasa tidak tega mengucapkannya meski keangkuhan nya lebih besar dari rasa iba nya.
"Pasti ini efek dari perbuatan saya yang rela menawarkan diri pada sembarangan lelaki." Ellen tertawa kecil namun maniknya tampak berkaca-kaca." Itu kenapa anda menyebut kecantikan saya sebagai senjata sebab saya memang hanya punya itu. Astaga... Harusnya sejak awal saya sadar. Lelaki memang suka berbuat semaunya saat kekuasaan ada di genggaman. Sekalipun perbuatannya berhasil merusak mental, lelaki memang selalu wajib di turuti perintahnya." Ellen mengusap kasar sudut matanya yang mulai berair." Ya sudah, terserah anda mau menjual saya atau menjadikan saya umpan. Tapi tidak ada kompensasi untuk lelaki itu. Saya memilih mati daripada harus kembali ke tempat terkutuk itu. Bagaimana Tuan, bisa di terima permintaan saya." Ellen mengulurkan tangannya ke arah Yuan dengan manik memerah.
Di luar dugaan Yuan tidak membalas jabatan tangan Ellen dan pergi tanpa berkomentar. Ellen duduk lemah seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Terdengar helaan nafas panjang nan berat berhembus. Ellen baru menyadari jika harga dirinya sangatlah murah bahkan bisa di jual selayaknya barang. Padahal Ellen ingat, sebelum Paula hadir, dia selalu menjaga kehormatannya selayaknya wanita berkelas.
"Lain kali jangan asal ngomong El. Mbok takut Tuan melakukan hal buruk padamu." Ujar Mbok Lela menegur.
"Anehnya Kak Yu tidak melakukan itu." Sahut Johan.
"Mungkin karena Ellen..."
"Mbok lupa kejadian itu?"
Dulu Mbok Lela sempat membawa seseorang dari kampungnya. Dia merupakan gadis berumur belasan tahun. Umur si gadis yang terlalu muda membuatnya sering teledor. Padahal si gadis cenderung sopan dan hanya menatap Yuan berlama-lama sebab memang. beberapa kali si gadis memuji-muji ketampanan Yuan. Namun akibat perbuatannya itu, si gadis kehilangan nyawa. Beruntung pihak keluarga tidak memperbesar masalah dan mau menerima kompensasi yang Yuan berikan.
"Iya kok aneh ya Jo." Ujar Mbok Lela.
"Saya juga merasa aneh Mbok. Itu kenapa tadi saya bohongi."
"Jangan main-main Jo, kasihan El kalau terjadi sesuatu." Tegur Mbok Lela." Sabar El, jadi pesuruh ya memang begini. Mbok siapkan kompres ya." Lanjutnya. Sedikit iba atas kejadian yang menimpa Ellen tapi memang begitulah aturan yang di buat Yuan.
"Terimakasih Mbok. Kalian keluar saja, saya mau istirahat." Tanpa menatap Johan.
"Makan dulu." Tutur Johan.
"Terserah kalau mau tetap di sini."
Ellen beranjak dari tempat duduknya lalu berbaring di atas ranjang. Johan menghela nafas panjang, selayaknya Yuan, dirinya pun sulit menunjukkan sikap tegas apalagi setelah kesalahan yang di perbuat tadi.
"Sekali lagi ku jelaskan. Apa yang terjadi tadi tidak sesuai rencana. Harusnya Sam langsung menemui target tapi malah mengajakmu ke Villa. Percayalah El, Kak Yu tidak berniat menjual mu termasuk aku. Kami memang bukan orang baik, tapi solidaritas kami sangat kuat. Sekalipun nyawa taruhannya, kami akan tetap menyelamatkan mu seperti janji kami." Ujar Johan menjelaskan. Meski tidak merespon, Ellen mendengarnya." Akan lebih baik kamu pindah kamar. Di sini pintunya rusak. Selamat beristirahat." Johan tersenyum simpul lalu berjalan keluar kamar di ikuti Mbok Lela.
Terserah! Aku pusing. Keluh Ellen berusaha memejamkan mata tanpa perduli pada keadaan pintu yang rusak.
🌹🌹🌹