NovelToon NovelToon
PENGHIANATAN SANG ADIK

PENGHIANATAN SANG ADIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Pelakor jahat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ristha Aristha

Ariana harus menerima pukulan terberat dalam hidupnya, ketika suaminya ketahuan selingkuh dengan adiknya. Siapa yang mengira, berkas yang tertinggal suatu pagi membawa Ariana menemukan kejam suatu perselingkuhan itu.
Berbekal sakit hati yang dalam, Ariana memutuskan untuk pergi dari rumah. Namun dibalik itu, dia secara diam-diam mengurus perceraian dan merencanakan balas dendam.

Apakah Ariana berhasil menjalankan misi balas dendamny??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LUKA YANG PAPA TOREH

Kami duduk bersebelahan di kursi panjang, di sebuah taman yang tidak jauh dari apartemen. Beratapkan langit yang semakin gelap, aku menunggu Papa mengawali pembicaraan kali ini. Keheningan yang menyelinap membuat tekanan atmosfer diantara kami semakin berat.Aku paham situasi sekarang sangat membebani Papa, tapi aku juga mempunyai perasaan yang paling terluka disini.

Aku ingin egois sesekali. Tak mau bertanya atau berbasa-basi, sebelum lelaki disampingku ini yang mengawali.

"Riana".

Akhirnya Papa membuka mulutnya untuk memanggil namaku, setelah ia gunakan hanya untuk menghela beberapa kali dari tadi. Namun aku masih bergeming, dadaku terlalu sesak untuk sekedar menimpali sapaan barusan.

Keadaan kembali hening. Dari diamnya Papa, bisa aku rasakan jika ada hal yang sangat sulit untuk dikatakan. Entah karena menyesal, atau tidak enak karena kadung ketahuan.

"Maafin Papa, Riana", ucapnya setelah kami membiarkan jeda cukup lama. "Ini pasti berat banget buat kamu, kan?"

Tentu saja, saking beratnya beban yang datang seperti hujan yang tak kunjung reda ini, aku hampir gila dan menyudahi hidupku sendiri. Akan tetapi aku masih memilih diam. Tak mengiyakan atau mengatakan kalimat untuk menenangkan Papa. Jika laki-laki  itu tahu aku menderita, lantas apa yang bisa dia lakukan untuk menambal luka terlanjur menganga lebar?

"Papa yang sepenuhnya salah disini", sambungnya dengan helaan nafas yang lumayan panjang. "Papa sempat berpikir, andai dulu gak selingkuh, mungkin kamu gak akan menderita dari kecil ".

Papa kembali memberi jeda. Suara napasnya terdengar berat, seperti dia tengah menahan sesak yang teramat berat. Hingga setelah beberapa saat, dia kembali berucap, "Tapi Papa sama sekali gak nyesel. Karena saat kamu lahir, Papa merasa menjadi sosok yang paling bahagia di dunia ini".

Dadaku semakin sesak. Aku tidak ingin mendengar kalimat syukur dari pria yang sudah berkhianat dan melukai lebih dari satu wanita. Namun yang lebih menyakitkan ternyata, ada sedikit perasaan bahagia yang menyelinap. Seumur hidup, baru kali ini Papa menyampaikan apresiasi atas keberadaan ku.

"Kamu tahu, Riana? Sebenarnya Papa ingin menyimpan rahasia ini sendirian sampai mati. Tapi sekarang, sepertinya lebih baik kamu tahu apa yang terjadi dan siapa ini kandung kamu".

Aku belum siap, aku ingin menutup telinga rapat-rapat. Bagaimana jika yang Papa katakan justru akan membuatku semakin terluka? Jika begitu, tolong simpan saja, aku tidak mau mendengarnya. Namun meski begitu yang aku tegaskan dalam hati, kenyataannya aku tetap diam dan membiarkan Papa tetap melanjutkan.

Tak lama, Papa kembali berkata, "Dulu setelah menikah, kami gak dikasih momongan yang lumayan lama. Lima tahun kami berusaha, tapi hasilnya tetap nihil"

"Jadi itu alasan Papa berselingkuh?" Tanyaku tanpa sadar.

Dengan ekspresi menanggung beban, Papa mengangguk mengiyakan.

"Papa laki-laki, Riana. Papa juga pingin punya anak dari darah Papa sendiri. Dan pada saat Papa terpuruk, kami bertemu. Papa dan ibu kandung kamu".

Ah, sepertinya aku mulai bisa melihat benang merahnya sekarang. "Jadi, Papa menghamili wanita itu dan membawaku setelah lahir?" Jika seperti itu, kejam sekali laki-laki itu yang selama ini aku anggap baik.

Namun ternyata Papa menggelengkan kepala. "Setelah kamu lahir, Papa berniat menikahi ibumu menjadi istri kedua. Tapi ___"

Papa tiba-tiba berhenti, dan matanya mulai berkaca-kaca. Hal menyedihkan apa yang sudah terjadi, sampai membuatnya ingin mengeluarkan airmata?

"Ibu kamu meninggal pas ngelahirin kamu".

Deg!

Jantungku terasa berhenti sesaat. Aku bahkan tidak tahu harus merespon apa kabar duka ini dengan ekspresi yang seperti apa. Semua ini terlalu mendadak, aku belum siap.

"Riana..." Papa kembali menatapku, seolah menyampaikan perasaan bersalah yang sangat besar.

"Papa beneran minta maaf sama kamu".

Meski aku bisa merasakan ketulusan permintaan maaf darinya, aku tetap masih belum bisa memaafkan Papa.

"Tapi kenapa Papa gak ngakuin aku dan malah nganggep aku kayak anak pungut?" Tanyaku pada akhirnya. Dadaku sesak, tenggorokan rasanya tercekik airmata yang tertahan. "Dari awal aku anak Papa, tapi kenapa Papa bilang aku anak pungut?"

Tangis yang sengaja aku tahan, akhirnya tumpah. Aku menangis, terisak diantara beban yang bertumpuk di dalam dada. Entah mana yang lebih menyakitkan, dibohongi selama ini atau dianggap anak oleh ayah sendiri.

"Riana__" Papa berusaha menyela.

"Papa tahu kan bagiamana aku selama ini perlakukan sama Mama dan Ayunda? Papa liat sendiri kan gimana mereka benci sama aku", potongku, kemarahan yang selama ini aku pendam kini meluap begitu saja. "Suamiku bahkan direbut adikku sendiri. Apa Papa gak mikir ini buah dari penghianatan yang Papa lakuin?"

"Maafkan Papa, Riana. Papa tau, apalah yang salah disini".

"Papa yang salah, kenapa aku yang harus kena getahnya?!" Aku berteriak, tak peduli jika ada orang lain yang mendengar. Ariana yang selama ini sabar sudah tidak ada. Sekarang yang ada Ariana yang egois dan berusaha melindungi dirinya sendiri.

"Kenapa Papa ngelakuin itu kalo cuma bikin aku menderita?" Aku terus menangis, airmata mengalir deras seperti air hujan. "Kenapa aku dilahirin kalo cuma untuk disakiti seperti ini? Aku gak mau lahir, Papa yang menginginkannya. Tapi kenapa Papa justru nyakitin anak yang Papa harapkan untuk lahir?"

Dadaku terasa semakin penuh sampai membuatku kesulitan bernapas. Sementara di depanku, Papa terdiam sambil sesekali mengelap air mata yang juga tumpah. Sepertinya, kami sama-sama merasakan emosi yang sangat besar disini.

Papa berusaha meraih tanganku, tapi aku menepisnya dengan keras. "Papa tau? Aku tumbuh dengan rasa sakit. Aku selalu ngerasa gak diinginkan, selalu ngerasa gak cukup baik. Papa gak tau gimana rasanya hidup dengan bayangan gelap ini setiap hari".

Lelaki di depanku kembali menunduk, suaranya bergetar saat dia bicara lagi. "Papa tau. Papa minta maaf, Ariana".

Aku kembali diam. Sesak yang menyerupai memaksaku untuk menahan diri sebentar. Hingga setelah cukup lama kami hanya saling bertukar helaan, aku berkata, "Sekarang apa yang mau Papa lakukan?"

"Papa mau minta maaf sama kamu".

"Oke." Aku mengangguk, meskipun hati ini masih remuk. "Aku udah maafin Papa".

"Papa tau Papa salah, tapi... Maukah kamu datang berkunjung kerumah sesekali ?"

Haha! Aku tertawa dalam hati. Kupikir, Papa mau mengatakan hal lain yang lebih penting, tapi apa... Dia malah menyuruhku untuk berkunjung kerumah keramat itu.

"Ariana __"

"Nggak, Pa". Aku menggeleng. Sudut bibirku memang naik, tapi hanya miris yang aku rasakan. "Aku gak bakal datang lagi kerumah itu".

"Tap, Ari___"

"Papa sebenarnya ngerti gak sih apa yang aku rasakan?" Aku melotot, memegangi dada yang semakin sesak. "Semua rasa sakit yang aku dapat dari rumah itu. Dan Papa sekarang minta aku datang seolah-olah gak ada apa-apa?"

Papa kembali diam. Melihat wajah murung itu, sebenarnya aku tidak tahan. Namun kembali lagi, rasa sakit yang menumpuk menutupi empatiku.

Setelah cukup lama kami tenggelam dalam keheningan yang suram, aku akhirnya memutuskan untuk bangkit. Mengelap pipi yang basah sebelum mengatakan kalimat terakhir. "Kalo gak ada yang perlu di omongin lagi, mending Papa pulang sekarang. Aku capek ".

"Ariana, sebentar ". Papa tiba-tiba mengeluarkan amplop dan menyerahkannya padaku. "Papa betul-betul minta maaf karena sudah membuat kamu menderita selama ini".

Aku menatap amplop yang Papa julurkan dengan gamang. Seakan mengerti rasa enggan di wajahku, Papa melanjutkan, "ini.... Adalah kenang-kenangan yang ibu kamu tinggalin ".

Awalnya aku hanya diam, namun setelah tiga, empat detik, amplop coklat itu aku terima. Meski tetap aku hanya beranjak tanpa mengatakan sepatah katapun.

Silahkan cap aku sebagai anak tidak tahu diri. Sebab, rasanya aku selama ini tidak menjadi seorang anak.

Aku berjalan meninggalkan Papa dengan luka yang semakin terbuka. Airmata yang jatuh buru-buru aku hapus sebelum orang lain melihatnya . Namun, saat aku tiba di depan kamar, seseorang berdiri disana seolah-olah sedang menungguku. 

"Bu Riana!" Kenzi memanggilku dengan wajah cemas. "Bu Riana tidak apa-apa?"

"Aku gak apa-apa", ujarku sambil menyembunyikan mata yang sembab. "Kamu ngapain disini? Bukannya kamar kamu bukan dilantai ini?"

"Saya khawatir sama, Bu Riana", katanya.

Hanya perasaanku saja, atau memang tangan Kenzi terasa sangat panas. Saat ku tengok , wajahnya juga sangat memerah.

"Syukurlah kalau, Bu Riana gak apa-apa". Setelah mengatakan itu, Kenzi tiba-tiba ambruk.

Aku mendelik. "Kenzi!" Teriakku dengan panik. "Kenzi kamu kenapa? Hei, bangun!"

Sayang sekali, sepertinya anak itu sudah kehilangan kesadaran. Sebanyak apapun aku memanggil, sepertinya Kenzi tidak menyahuti sama sekali. Sekarang apa yang harus aku lakukan?

Aku yang awalnya ingin masuk kamar dan menangis, sekarang malah harus mengurus orang sakit. Memangnya aku, mau menangis dengan tenang pun ada saja gangguannya.

1
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Ada apa dgn papanya Riana mungkinkah Riana mau dijodohkan !
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Sabar Riana semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan yg baik juga atasan yg baik juga yg bisa menghormati dan melindungi seorang wanita dari orang2 yg mau melecehkannya dan segera dapat pengganti Dimas.
Ma Em
makanya Riana kamu jgn lemah lawan Ayuna dan ibunya yg selalu menghina dan merendahkan mu Riana kalau kamu diam Ayuna dan ibunya makin menjadi tambah berani dia dan jgn dituruti kemauan mereka lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri Riana tinggalkan orang2 yg tdk tau diri itu.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Semangat Riana kamu jgn patah semangat semoga kamu bisa melewati cobaan dgn legowo dan cepat lepaskan Dimas biarkan dia dgn Ayunda untuk apa Riana pertahankan lelaki mokondo yg cuma morotin uang kamu Riana, semoga Riana cepat move on dan aku berharap sih Riana berjodoh dgn Kenzi meskipun umurnya lbh muda dari Riana.
Ma Em
Bagus thor ceritanya aku langsung suka apalagi cerita perselingkuhan yg si istri yg diselingkuhin tdk bodoh dan berani melawan pada si suami dan pelakor .
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!