RUNGKAD
Menyapu, mengepel, mencuci piring, memasak pun sudah dia lakukan. Meski dengan koyo menempel di sisi kedua pelipisnya, Rukayah tetap ikhlas melakukan semua pekerjaan rumah yang dibebankan untuknya.
Beban? Apakah satu kata itu terdengar terlalu berlebihan. Bukankah semua wanita yang sudah berkeluarga memang dituntut untuk menjadi 'babu' untuk keluarganya? Atau memang hanya Rukayah saja yang berpikir jika dirinya sajalah wanita yang menjadi keset setelah pernikahannya.
Bukan manja, tapi lihatlah... Setelah semua pekerjaan rumah telah wanita itu kerjakan, dengan perasaan campur aduk dia harus kembali mengulang apa yang tadi dia lakukan. Mengambil sapu dan pel untuk membuat lantai itu bisa dipakai untuk bercermin!
"Mas, sandal mu kotor. Kenapa masuk rumah langsung nyelonong nggak dilepas dulu gitu di luar. Aku capek habis bersihin ini semua sekarang malah mirip kandang sapi lagi." Keluh Rukayah.
"Berisik! Nyapu tinggal nyapu, ngepel tinggal ngepel kok banyak omes!"
"Masak apa? Aku laper!" Raden Manukan, lelaki itu tak peduli dengan protes yang disuarakan istrinya.
"Masak batu!" Rukayah kesal. Suara itu tidak sampai didengar oleh Raden tentunya.
"Ruuuuu.. Kok kamu masak sayur lompong sih (batang pohon talas). Kamu pikir aku bekicot apa kudu makan ginian. Ogah ogah, bikinin nasi goreng aja Ru!" Perintah yang mulia Raden Manukan.
"Itu enak mas. Dicoba dulu. Aku belum istirahat dari tadi. Jangan nambah capek ku sehari aja bisa?" Huuft rasanya ingin sekali menaruh kain pel pada mulut suaminya jika dia tak ingat dosa.
"Ruuuuu.. Buatin aku nasi goreng!!! Aku nggak mau makan makanan bekicot kayak gini!" Perintah yang mulia kembali terdengar.
Cukup! Rasanya semua ini nggak akan berakhir jika Rukayah tidak segera menuruti permintaan suaminya. Meski dengan hati mangkel, Rukayah tetap ke dapur untuk membuatkan suami manjanya itu nasi goreng.
Mengupas bawang, cabe dan kawan-kawannya menjadikan satu kesatuan bumbu nasi goreng yang ketika digoreng baunya menguar membuat indera penciuman berontak dan memerintahkan perut makin keroncongan. Sedangkan Ru, panggilan akrab orang-orang untuk Rukayah.. Sibuk dengan wajan dan peralatan dapur lainnya untuk memuaskan kebutuhan perut suaminya, Raden malah ongkang-ongkang kaki sambil main hp di depan televisi.
"Ini sih the real of babu." Rutuk Ru tak kuasa membendung kekesalannya.
"Buset Ru, kamu bikin nasgor lama amat! Bikin seporsi aja buat aku, nggak usah bikin buat se RT! Kelamaan oeee!!!" Teriakan Raden sudah mirip orang kelaparan yang memang belum makan selama beberapa hari.
Sepiring nasi goreng panas dengan telur dadar di atasnya tersaji di meja. Ru tidak bicara apapun, dia melenggang pergi mengambil kembali sapu yang tadi dia letakkan di dekat pintu dapur.
Mengulang pekerjaan rumah yang tertunda karena permintaan suaminya tadi, tangan lincah Ru sudah mengambil gagang pel sekarang. Sepuluh menit mondar-mandir dengan tongkat pel yang mirip senjata Cupatkai, akhirnya semua selesai. Pekerjaan rumah Ru kelar!
Tapi baru juga mengambil handuk hendak mengantarkan diri ke kamar mandi, Ru dibuat kaget dengan suara khas piring atau mungkin gelas yang pecah. Buru-buru Ru berjalan ke arah suara gemplontang pyaar tadi.
"Astaghfirullah hal adzim!"
Ru melihat piring yang tadi dipakai suaminya makan sudah jatuh ke lantai, berserakan dengan sisa sedikit nasi di sana yang makin menambah ambyarnya pemandangan. Lantai putih suci murni yang baru saja dibersihkan itu sekarang laksana tempat playground para ayam tetangga dengan beberapa hiasan tembelek di sana.
"Mas!! Ini kok ada banyak ayam masuk rumah kamu biarin aja sih?! Kamu gimana lho, aku capek tahu nggak nyapu ngepel nyapu lagi ngepel lagi. Kayak hidupku dipakai buat ngurus lantai aja!"
Di mana Raden? Dia di kamar. Menyalakan kipas angin dan rebahan santai sambil bertelanjang dada. Menikmati musik campursari dari pemutar musik di ponselnya. Jelas saja dia tak mendengar keributan para ayam tetangga yang tiba-tiba bertamu ke rumahnya wong di kedua telinganya dia sumpal dengan headset full bass miliknya.
"Maaas!!' Ru berdiri bagai nini kunti di depan Raden sambil melotot tajam.
"Apa sih Ru apa?? Kamu ganggu aku tau nggak! Aku ngantuk mau tidur!" Lelaki itu menambah volume di ponselnya. Lalu membelakangi istrinya yang masih berdiri di depannya yang terus beristigfar dalam hati agar tidak nekat mencekik laki-laki yang menjadi suaminya itu.
Sebuah guling melayang di punggung Raden. Dengan kesal Raden berbalik dan menatap lebih garang ke arah Ru. Mau perang nih kayaknya!
"Bangun! Abis makan tidur, kena stroke kamu ntar!"
"Kamu nyumpahin aku??"
"Nggak!! Aku ngasih tau!! Lagian itu kenapa kamu taruh piring di meja gitu aja, pecah piringnya kena senggol ayam. Mana pintu juga nggak kamu tutup lagi, itu lho banyak ayam masuk ngasih oleh-oleh tainya!!" Ru mencurahkan isi jeroannya.
"Tinggal bersihin apa susahnya sih Ru?"
Gitu doang? Iya emang gitu doang. Terdengar sepele tapi asli bikin mangkel semangkel mangkelnya!
"Yang salah ayam tetangga, napa sewotnya ke aku coba? Istri ku itu emang ada gila-gilanya." Keluh Raden saat Ru memilih mengalah dan keluar dari kamar.
Ingin rasanya mengumpat, tapi umpatan tak menyelesaikan semua hasil karya para ayam di lantainya. Dengan hembusan nafas kasar Ru kembali mengambil pentungan pel yang baru beberapa menit dia letakkan. Ngepel lagi? Iya.. Mau bagaimana lagi.
Terlintas ide jahil di kepala Ru, dia ambil baju di jemuran. Baju suaminya! Kaos putih kerah V yang biasa Raden pakai untuk hahahihi di warung kopi bersama teman-temannya. Dengan membayangkan muka suaminya, Ru menaruh asal kaos itu di lantai bernodakan tembelek ayam tadi, dia kesat-kesut dengan kakinya. Dibejek-bejek sesuka hati. Rasanya puas sekali setelah tahu kaos putih itu sekarang punya warna coklat khas tai ayam yang memenuhi benda tak berdosa milik suaminya itu.
Selesai. Ru ingin sejenak mengistirahatkan badannya. Dari pagi sampai siang hari dia bekerja layaknya kuli, tapi tak dibayar sama sekali. Raden Manukan, suaminya itu cuma menang di tampang selebihnya banyak sifatnya yang jika dituliskan akan sepanjang jalan kenangan!
Pelit, suka ngatur, sering bentak, banyak maunya, egois, pemalas dan yang paling bikin Ru kesal dari semua sifat suaminya adalah suka ngadu ke orang tuanya jika sedang ada masalah rumah tangga dengan Ru. Alhasil bukan penyelesaian masalah yang didapat tapi menambah masalah baru karena di mata orang tua Raden, Ru adalah wanita yang seburuk itu.
Bangun tidur ku terus mandi.. Maaf ini bukan tentang lagu anak-anak itu. Karena memang setelah bangun dari tidurnya, Raden menapakkan diri ke kamar mandi. Dia hanya melewati Ru yang ada di ruang tamu sedang nyetrika sambil sesekali memperhatikan satu-satunya hiburan di rumahnya, televisi ketap-ketip dengan layar jenong seperti jidat ikan lohan.
"Kaosku mana Ru?" Raden membelitkan handuk di pinggangnya. Bertanya pada Ru yang membuat kesibukan baru dengan tumpukan baju yang akan dia susun di lemari.
"Tuh banyak." Tunjuk Ru dengan dagunya ke arah tumpukan baju rapi milik suaminya.
"Yang putih itu lho." Mencari dengan asal. Dan akhirnya, tumpukan rapi itu jadi kena gempa oleh ulah tak bertanggungjawab Raden.
"Ya Allah Gusti!!! Cuma cari baju sebijik kan nggak perlu berantakin baju di lemari mas!! Emang bajumu cuma satu itu aja apa???" Ru tak mau kalah. Emang udah ngebul dari pagi soalnya.
"Rapiin lagi kan bisa! Aku suka kaos itu. Mana, cepet cariin. Atau belum kamu cuci ya??"
Raden berjalan masih dengan belitan handuk ke arah keranjang baju kotor tapi tidak menemukan apa yang dia cari.
"Gila!! Ini apa Ruuuuu?! Ruuu sini!!" Raden berteriak seperti akan melahirkan anak saja.
"Apa??"
"Ini kaos ku kan? Edan kowe, kenapa bisa kena tai ayam semua gini?!"
"Eh kok bisa.. Aduh ini pasti jatuh pas aku angkat jemuran tadi. Mana jatuhnya pas di lantai yang ada tai ayamnya lagi." Ujar Ru polos dibuat-buat.
"Asu lah!" Raden misuh saking kesalnya.
"Kamu ngatain aku mas??!"
"Ngatain ayamnya Ruuuu, ngatain ayamnya!! Masuk rumah cuma nyampah aja, besok-besok kalo ada ayam masuk rumah lagi langsung tangkap aja. Sembelih, dibikin opor!"
'Wes reti kui pitik kok didarani asu..' (Udah tau itu ayam kok dikatain anjing..)
Ru bisa tersenyum juga hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
fitriani
baru baca bab 1 tapi yg dirasa udah nano2... kesel dan lucu🤭
2024-11-10
1
𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯
Ya kamu lebih gila lagi, harusnya mau masuk itu pintunya d tutup jadi ayam tetangga gak bertamu kerumah kamu...
Si Raden pikir dia hidup d rumah gedongan kali ya yang pagarnya tingginya melebihi pemilik rumah..
dasar gendeng , aku juga ikut mangkel
2024-10-20
1
𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯
menghadap orang gila memang harus lebih gila...
😄😄😄
2024-10-20
1