Bahaya!
Seorang gadis manis menjual dirinya sendiri pada kakak iparnya. Kirana namanya dia mendapat perlakuan sadis dari sang suami yang menyuruhnya menjadi wanita malam.
Kirana tidak pernah di sentuh oleh suaminya, sehingga hubungan terlarang antara dirinya dan kakak iparnya perlahan menjadi sebuah kerangka cinta.
Mampukah cinta mereka meruntuhkan norma, dan membebaskan Kirana dari cengkeraman suaminya?
Simak kisah lengkapnya dalam Novel Pelacur tapi Perawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma
"Ayah? Apa maksud kalian?" Joshua melotot tidak ingin tau sebenarnya apapun hal buruk tentang ayahnya dan dia juga jelas tidak akan terima bila seseorang menjalakan nama ayahnya sendiri.
"Ah, aku malah mual ayang... Buang aja deh ni orang sebel aku." Afika berbicara manja menutup mulutnya dan memeluk erat Tata.
"Kita lakukan sesuai keinginan Alvin saja, yo ah bawa dia ke penjara." Tata melajukan kendaraannya kembali setelah memasukan Alvin ke dalam mobil itu dan kembali melesat menuju sebuah pulau terpencil.
"Inikan tempat para tahanan Internasional." Afika menunjuk ke arah gerbang, Tata mengangguk faham dan menyerahkan kendaraan itu pada seseorang yang sudah di hubungi oleh dia sebelumnya.
"Kita pulang yu, disini banyak jebakan hati hati." Tata merangkul bahu Afika dan membawanya menjauh dari tempat tersebut dengan berjalan kaki.
Sebuah helikopter menurunkan jaring tangga hingga akhirnya Tata dan Afika naik dan merekapun pergi ke arah dimana kini matahari tengah tenggelam.
(Sekian kisah Tata dan Afika di Novel ini ya bestie kita lanjut kisah pemeran utama kita di sini.)
"Bagaimana kondisi kesehatan Kirana dan bayinya?" Alvin saat itu tengah berada di ruang Dokter saat seorang Dokter memanggilnya untuk memberikan laporan.
"Semuanya sudah kembali normal Tuan, anda bisa membawa pulang Nona kirana. Namun," Kata kata Dokter itu terhenti yang sontak membuat Alvin penasaran.
"Tapi apa Dok?" Alvin bertanya dengan wajah serius berharap tidak ada hal buruk yang menerpa Kirana.
"Nona Kirana mengalami trauma, dia mungkin akan menjerit histeris tiba tiba. Selama di rumah sakit dia tidak pernah berhubungan dengan dunia luar jadi trauma yang dia alami tidak terlihat." Dokter itu menarik nafas dalam dalam sebelum melanjutkan kembali kalimatnya.
"Saya beberapa kali memeriksa Nona Kirana dan dia seperti takut pada saya, bahkan saat saya akan memeriksa denyut nadinya tangannya bergetar hebat. Namun, Nona Kirana menyembunyikan rasa takutnya dan sepertinya dia tidak ingin orang lain tahu, oleh sebab itu saya memanggil anda kemari." Dokter itu menjelaskan setiap hal yang menurutnya penting dan harus di ketahui Alvin setelahnya.
Selama ini Alvin tidak pernah melihat Kirana ketakutan saat di sampingnya, namun saat Jack masuk ke ruangan dia bisa melihat gurat kekhawatiran nampak jelas di mata Kirana.
"Baiklah saya mengerti, apa yang sebaiknya saya lakukan kedepannya?" Alvin bertanya berharap ada jalan untuk menyembuhkan trauma Kirana.
"Selama ini mungkin Nona tidak pernah mendapatkan perlindungan dari siapapun itulah sebabnya rasa curiga berlebih dan takut selalu menghampirinya, bila hal itu terus berlanjut itu akan merubah sedikit demi sedikit kepribadiannya, untuk menghindarkan hal itu sebisa mungkin Nona Kirana harus dekat dengan orang orang baik yang sangat ceria." Dokter itu menjelaskan kemungkinan terburuk dan jalan keluar bagi Kirana.
"Baiklah saya mengerti, terimakasih banyak Dok." Alvin mengulurkan tangannya dan Dokter itupun menjabat dengan senyum di bibirnya.
"Sama sama, sudah menjadi kewajiban saya sebagai seorang Dokter." Jawab Dokter itu dan tersenyum ramah.
Alvin akhirnya meninggalkan ruang Dokter tersebut dan kembali masuk ke ruang dimana Kirana di rawat. Dua minggu lamanya Kirana di rawat dan nampak kini daging mulai menempel di tulangnya dan wajahnya juga sudah cerah sangat cantik.
Alvin tersenyum saat Kirana menghampirinya selang Infusan yang selama ini menempel di tangannyapun sudah nampak di cabut dan wajah manis Kirana benar benar menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Alvin.
"Kamu sangat cantik." Bisik Alvin mengecup sekilas pipi Kirana.
"Anu kak.." Kirana mengadu adukan dua jari telunjuknya dan sedikit mengerucutkan bibirnya yang membuat kesan imut pada wanita itu.
"Kenapa?" Alvin mengangkat dagu Kirana hingga mata keduanya beradu. Alvin tertegun menatap lensa mata Kirana yang berwarna biru.
"Kenapa harus pakai lensa sayang?" Alvin menarik pinggul Kirana hingga keduanya mendekat dan saling menempel.
"Aku malu kak, katanya kakak suka gadis bermata biru." Kirana mengadu adukan dua jarinya hingga sebuah tawa keluar dari bibir Alvin.
"Siapa yang mengatakan itu? Aku tidak pernah suka gadis bermata biru, tapi suka apapun yang menurut kamu indah." Alvin menempelkan keningnya di kening Kirana hingga senyum terukir dari keduanya.
Tiba tiba Kirana mendorong tubuh Alvin dan bergumam tidak jelas, Alvin yang tidak dapat mendengar gumaman Kirana akhirnya mendekat dan memeluk kembali Kirana.
"Jangan bergumam sepeti itu, coba katakan apa yang terjadi." Alvin berbisik manis di ujung telinga Kirana.
"Aku masih berstatus sebagai istri orang, jangan macam macam." Kirana mengangkat satu jarinya dan menekankannya ke arah kening Alvin.
"Baiklah baiklah, tapi kalo kamu masih sama Joshua kamu juga sudah terikat perjanjian dengan ku kan? Kamu akan tetap menjadi wanita ku." Alvin mengingatkan kembali dimana perjanjian yang mengikat mereka.
"Tapi itukan.." Kirana hendak membantah namun Alvin langsung mengangkat satu jari telunjuknya dan meletakkannya di depan bibir Kirana.
"Aku sudah membiayai rumah sakit, pengacara, dan juga adik mu. Jadi, kamu harus membayar hutang sekarang. Bayangkan berapa lama kamu akan membayarnya hah?" Alvin tersenyum licik mengangkat dagu Kirana.
"Meski kamu istri orang tapi kamu tetap wanita ku." Alvin tersenyum penuh kemenangan dan langsung melahap bibir Kirana dengan ganas.
Sudah lama sekali Alvin tidak melakukan ciuman sepanas itu dengan Kirana, dia benar benar ingin segera pulang dan melucuti pakaian wanitanya itu.
"Kak.." Kirana mendorong dada Alvin hingga sedikit menjauh, namun samar samar Alvin dapat melihat raut wajah Kirana yang memerah.
"Kamu juga mau kan sayang?" Alvin tidak mendengarkan dan kembali memeluk Kirana seraya berbisik manja dan menggoda.
"Kakak jahat." Kirana memukul dada Alvin dan sontak tawa Alvin bergema begitupun dengan Kirana.
Status yang sangat aneh memang, seorang istri orang yang harus melayani pria lain dan dia juga mencintai pria itu dan membenci suaminya sendiri, bila waktu bisa di putar mungkin Kirana akan menunggu Alvin dan mencintai pria itu hingga tidak ada penyesalan yang menyakitkan seperti saat ini.
"Kita pulang ya?" Alvin berbisik saat melihat Kirana sedang memeluk dirinya dan sangat nyaman di rasa Alvin.
"Hmm.." Kirana mengangguk dan tidak ingin beranjak dari duduknya yang berada di atas ranjang pasien.
"Nakal." Alvin melihat bagaimana Kirana memejamkan matanya dan memeluknya erat, dia seolah tidak ingin bangkit dari duduknya dan ingin terus seperti itu.
Alvin tersenyum lembut dan mengecup ubun ubun Kirana, dia mengangkat tubuh Kirana dan membawanya ke arah Lift hingga sampai di area parkiran.
Benar, kini Alvin bisa merasakan dengan jelas Kirana menutup rapat matanya nampak ketakutan, tangannya bergetar hebat dan keringat nampak membasahi keningnya.
Bersambung...
Mbak baru mau maraton lagi dikarya kak Nuah yang sudah tamat
ceritanya bagus👍👍