Praya Asteria, gadis Muda berumur 22 tahun yang rela menjadi istri kedua karena cinta, Asteria dinikahi pria tampan berwibawa berumur 37 tahun, pria itu menikahi Asteria hanya untuk memuaskan nafsunya saja di karenakan istri tercinta yang sedang sakit dan tidak bisa melayani sebagai seorang istri yang seutuhnya, Praya mencintai dengan tulus suaminya tapi tidak dengan suaminya yang bernama bara, karena sejak awal bara menikahi Praya hanya untuk di jadikan teman tidurnya saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembuh
"Fokus bara, fokus" pulpen di tangan terus berputar-putar.
"argghhh" bara mengacak rambutnya, ia selalu memikirkan Praya, sejak kemarahannya hari itu perasaan bersalah selalu saja menghantuinya, tidak seharusnya ia melakukan hal Setega itu pada istrinya yang sedang sakit, padahal saat melakukan hubungan paksa dengan Praya, bara bisa merasakan suhu tubuh wanita itu tinggi, air mata wanita muda itu pun tidak membuat bara menghentikan aktivitasnya. belum lagi rintihan permohonan Praya tidak sama sekali meluluhkan hati keras Bara.
Bara yang sudah tidak tahan lagi, akhirnya meninggalkan pekerjaan nya yang menumpuk, bara memasang kembali jasnya dan meraih kunci mobilnya.
"waalaikumsallam" Praya yang melihat Bara lah yang datang tidak sama sekali meraih tangan suaminya seperti biasa, Praya masih kesal dengan kemarahan Bara, ia tinggalkan bara setelah membuka pintunya tanpa mengajaknya bicara.
"sudah makan?" Praya hanya mengangguk, ia kembali tidur dengan posisi membelakangi bara. seperti biasa Bara langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
selesai mandi, Bara persiapkan makan malamnya sendiri.
"kamu sudah makan, Praya?"Praya tidak menjawab, ia berpura-pura tidur.
"ya udah, saya habiskan ayam Krispy nya sendiri" Bara dengan sengaja membuat suara suara dari ayam Krispy kesukaan Praya, sebenarnya saat bara mengatakan ia membawa ayam Krispy, Praya sudah hampir kalah dengan egonya, tapi sungguh Praya masih kesal, apa lagi sampai sekarang Bara tidak ada meminta maaf padanya.
"em, enaknya, saos Koreanya enak banget" Praya berdecak kesal dan menutup telinganya.
"ahh, sudah habis satu, masih pengen, ya udah lah, nggak ada juga yang mau" praya meneguk salivanya dengan terus membelakangi bara.
"beneran nih nggak mau... saya habisin Lo!" goda bara.
Praya bangun dari tidurnya dan duduk bersila di depan bara" aku mau!" di raihnya satu potong ayam goreng dengan saus kesukaannya, bara menyunggingkan senyum. rambut yang tergerai membuat Praya kesulitan menikmati makanannya, bara yang melihat itu segera berpindah duduk di belakang Praya.
Praya menoleh menatap bara yang kini sudah menggenggam rambutnya. "mas mau ngapain?"
"mana ikat rambut kamu?" dengan dagunya Praya menunjuk laci " tu di laci"
Praya merasakan sesuatu yang tidak biasa saat kulit tangan bara bersentuhan dengan kulit lehernya, mereka memang sering melakukan hubungan suami istri pada umumnya, sentuhan seperti itu mungkin terlihat biasa, tapi untuk satu ini, Praya bisa merasakan ketulusan dari setiap sentuhan bara dari biasanya berbeda jika bara sedang menidurinya, tidak ada Kasih sayang, tidak ada perasaan lemah lembut, semuanya hanya karena nafsu belaka, Praya tersenyum bahagia, hatinya menghangat.
bara kembali duduk di depan Praya, ia pasang lagi sarung tangan palastik untuk melanjutkan makannya.
"tumben, mas datang di jam segini, kerjaan mas sudah beres?"
"hm" bagong Bara, terlalu gengsi rasanya Jika mengakui alasan kedatangannya, Praya mengangguk.
"Gimana, perasaan kamu sekarang, masih pusing?"
"udah mendingan sih mas, cuman tenggorokan aku masih ada rasa panas" Praya Hanya mampu menghabiskan satu potong ayam, selera makannya belum kembali, biasanya Praya mampu menghabiskan dua potong ayam tanpa nasi.
"sudah?" Praya mengangguk, ia buka botol air minum dan menegakkannya Hingga habis setengah.
"ini masih banyak, kalau mau makan di panaskan dulu" bara menutup kotak ayam itu, ia rapikan tempat makan mereka.
"biarin aja mas, aku aja nanti"
melihat bara yang masih ada di sana dengan memainkan ponselnya membuat Praya takut, takut bara kembali ingin meminta hak-nya, Praya belum sembuh total, tubuhnya masih sering nyeri.
"mas..."
"hm" bara berdehem tanpa mengalihkan pandangannya dari benda pipih keluaran terbaru.
"emm, aa--aku masih pusing mas, apa boleh hari ini aku menolak untuk berhubung dengan mas" takut-takut Praya berucap, ia gigi bibir bawahnya saat bara dengan wajah tenangnya memberi tatapan tajam, ponsel di tangan bara letakkan di atas Nakas, bara melepaskan jasnya dan menggulung lengan bajunya, tubuh Praya seketika melemah, ia pasrah sekarang, sepertinya hari ini akan kembali menjadi hari yang melelahkan untuknya.
bara mendekat ke arah Praya, ia pandangi wajah Praya yang sudah mengerucutkan bibirnya.
"Takut? hm" bara menyentil pelan kening Praya.
"aww, sakit mas" praya mengusap-usap keningnya yang memerah, Karena memang kulit Praya yang begitu putih jadilah sedikit saja terkena gesekan sudah memerah. bara pegangi ke-dua bahu Praya dan menuntunnya untuk kembali menidurkan diri. setelahnya bara juga ikut bergabung di samping Praya, ia kikis jarak dan juga menutupi tubuhnya dengan selimut tipis Praya, tangan kekar bara sudah menyusup di pinggang ramping Praya.
"tidurlah, kemarin saya Hanya emosi Karena kamu yang pulang gitu aja dari rumah sakit tanpa mengabari saya, belum sembuh juga" bara mengomeli Praya sudah seperti mengomeli anaknya.
"habisnya aku bosen mas, nggak ada yang datang buat jenguk, aku juga nggak tahan sama bau obat" kembali bara mendorong jidat Praya.
"mas..."
"Makanya kalau nggak mau masuk rumah sakit... makan itu di jaga, hati-hati, jangan sambil ngomel, rasakan sendiri sakitnya"
"mas, aku hampir mati Lo mas, hampir mata gara-gara makan makanan yang kamu bawa, kamu masih tega nyalahin aku"
"bukan nyalahin kamu, cuman ngasih tau buat lebih hati-hati aja, jangan asal makan kalau ada yang nawarin makan" Praya memutar matanya Jengah
"terus kenapa nggak datang sehari aja buat jenguk aku"
"saya sibuk praya!"
"alasan "
"ya udah... gimana kalau saya nginap di sini, anggap aja sebagai ganti karena sudah nggak datang jenguk kamu, mau nggak?" Praya mendongak menatap bara.
"serius?" tanya Praya hanya ingin memastikan, kemudian ia tersenyum saat bara mengangguk.
"janji ya, malam ini tidur di rumah"
"iyaa"
"udah tidur, saya juga mau istirahat sebentar sebelum balik ke kantor, kamu istirahat aja dulu sampai benar-benar sehat, jangan di paksa "
"siap mas" bara mengeratkan pelukannya.
"aku sayang Banget sama kamu mas, jangan pernah tinggalin aku ya" permintaan tulus dari seorang istri kepada suaminya, permintaan sederhana yang belum tentu dapat di kabulkan oleh Bara, tau sendiri alasan bara menikahi Praya.
"hm, udah tidur"
....
"saya pergi dulu, nanti saya pulang ke rumah kamu" Praya mengangguk, ia cium dengan takzim punggung tangan bara.
"hati-hati ya, mas"
"kamu juga hati-hati, obatnya di minum, saya pergi, assalamualaikum"
"waalaikumsallam"
saat sakit sebenarnya bukan hanya memerlukan obat untuk sembuh tapi juga perhatian dan kasih sayang, sama seperti apa yang Praya rasakan sekarang, semenjak kedatangan bara dan perhatian yang di tunjukan Bara padanya, Praya merasa jauh lebi baik sekarang, Praya bahkan sedang sibuk membuat masakan untuk suami tercinta, Praya juga membereskan rumahnya yang sudah hampir satu Minggu tidak pernah Praya bersihkan, keringat mulai bercucuran di tubuhnya, Praya bergegas mandi untuk membersihkan diri, tidak mungkin ia menyambut suaminya dengan keadaan seperti itu .