Sering dijuluki perawan tua ditengah gencarnya pernikahan dini di kalangan masyarakat, hal itu sudah terbiasa bagi Alara, seorang guru bahasa inggris yang mengajar di salah satu sekolah swasta ternama. Usianya yang sudah menginjak 32 tahun namun masih enggan untuk menikah, bahkan untuk sekedar dekat dengan lelaki saja Alara rasanya sungkan. Alara menyingkirkan hal asmara dalam hidupnya. Kebenciannya pada pernikahan bermula ketika rumah tangga kedua orangtuanya hancur. Ayahnya mematahkan hatinya.
Apakah Alara akan tetap teguh dengan pendiriannya yang tidak ingin menikah, disaat takdir mempertemukannya dengan seseorang yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santy puji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana ini
"Kenapa?" Hanun ikut melihat undangan yang Alara lihat.
"Cantik, ganteng, bule lagi," ujar Hanun saat melihatnya.
"Ini bule yang kemarin di hotel sama Donita."
"Donita _" Alara menghentakkan kakinya. Dirinya tidak habis pikir, ayahnya sudah di rebut perempuan jahat itu, sekarang calon suami adiknya juga digoda juga. Entahlah, mungkin hati Donita terbuat dari abu neraka. Sekejam itu.
"Hah, maksudnya, bule yang tadi kamu cerita itu?" tanya Hanun.
Alara mengangguk, Hanun ikut terkejut. Hidup Alara kenapa begitu pelik, dia tidak ingin membiarkan adiknya menikah dengan lelaki tukang selingkuh, tapi entahlah memberitahukannya dengan cara apa.
"Bagaimana ini, Nun? dia adik aku." Alara gusar, ia memutar otak, bagaimana caranya agar pernikahan adiknya itu gagal.
"Ya tinggal bilang aja sama Alula, Ra."
"Nggak mungkin dia langsung percaya, yang ada malah nanti aku akan dituduh yang aneh-aneh, kamu tahu sendiri kan bagaimana Alula."
Hanun mengangguk, memanglah Alara dan Alula begitu berbeda dari segi sifat dan karakter, begitulah manusia, walaupun terlahir dari rahim yang sama, tapi tetap akan tumbuh dewasa dengan sifat yang berbeda-beda.
"Eh mending kamu minta bantuan aja sama Adam itu, kan dia juga bisa jadi saksi tuh."
Alara terdiam, ide Hanun memanglah tepat, tapi dirinya tidak begitu yakin jika Adam mengingat wajah bule itu. Seorang Adam pasti tidak akan mengingat hal yang tidak penting.
"Nggak ah, aku nggak berani minta tolongnya. Malu."
"Katanya demi adik kamu."
Alara semakin dilema, memang benar demi adiknya, tapi ia tidak ingin melibatkan pihak lain, apalagi Adam, orang yang baru saja dikenalnya, hanya kenal.
"Ah, sudah nanti saja kita pikirkan di cafe. Kepalaku mendadak pusing. Nih, pegang dulu undangannya."
Alara dan Hanun bergegas ke parkiran sekolah. Banyak siswa siswi yang tengah bersiap pulang sekolah menggunakan sepeda motor. Alara menghela nafas ketika melihat bocah tengil sedang duduk di atas motor yang terparkir di sebelah motor dirinya.
"Ngapain kamu duduk di situ, kalau sudah waktunya pulang, langsung pulang, Andre." Alara menaiki sepeda motornya, bersiap mengenakan helm.
"Sengaja, motor Miss masih di sini, jadi aku sengaja jagain motor Miss sebelum jagain orangnya sampai akhir hayat," ucap Andre, dirinya bukan sedang menggombal, tapi benar-benar dari lubuk hati yang paling dalam.
Alara tidak mengatakan apapun, sedang malas meladeni bocah tengil di sebelahnya. Walaupun semakin hari gombalan Andre semakin berkualitas, tapi hati Alara tidak mudah luluh begitu saja.
"Ra, ini undangannya. " Hanun menghampiri Alara, takut jika undangannya Alula hilang nantinya.
"Kenapa nggak nanti aja sih."
"Takut hilang ah, aku kan pelupa."
"Undangan nikah?" celetuk Andre. Hanun melirik murid populer yang digandrungi siswi-siswi seantero sekolah tapi malah naksir dengan guru yang usianya terpaut begitu jauh.
"Dih, kok disini parkirnya," ucap Hanun.
"Setiap hari juga di sini Bu Hanun, baru tahu memangnya? Sebelum orangnya yang berdampingan, bisa lah motornya dulu aja yang berdampingan," ucap Andre sambil terkekeh.
"Haduh Andre, ingat apa kata tukang parkir."
"Apa memangnya?" Andre mengernyitkan dahi, tidak paham dengan ucapan bu Hanun.
"MUNDUR," ucap Hanun dengan nada sedikit tinggi. Alara ingin tergelak, namun akhirnya hanya bisa tersenyum tipis.
"Nggak akan, itu Miss Alara udah sering dapat undangan, nanti kalau aku lulus, kita sebar undangan ya Miss, aku siap lahir batin." Andre terus saja tiada henti meyakinkan guru tercintanya.
"His, ayo Ra, kalau kelamaan ngeladenin Andre nanti lama-lama kepincut juga akhirnya." Hanun tergelak, ia bergegas kembali menuju sepeda motornya yang terparkir sedikit jauh dari Alara.
Alara langsung melajukan motornya, sedangkan Andre menatap wanita tersayangnya itu sampai menghilang dari pandangannya.
"Miss, cintaku asli, kenapa kamu selalu ragu," ucap Andre lirih.