Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Angin laut membelai wajah Arion, membawa serta bau asin dan firasat bahaya yang mencekam. Di balik kegelapan malam, tersembunyi pulau Alditama, sebuah benteng kemewahan yang dibangun di atas penderitaan, Di sana Luna menanti, terperangkap di antara dinding-dinding kesunyian.
Ini bukan lagi tentang perkelahian jalanan, melainkan misi penyelamatan sebuah pertaruhan hidup dan mati yang harus Arion menangkan, Setiap denyut jantungnya terasa seperti genderang perang, mengiringi langkah kakinya menuju kegelapan yang tak terduga.
Perahu karet kecil membelah gelapnya laut, bergerak senyap di bawah naungan bintang-bintang yang samar. Arion memegang kemudi, matanya menembus kegelapan, mencari garis pantai pulau Alditama. Di sampingnya, ada Kenzie duduk dengan tegang, sambil terus memeriksa senjatanya.
Di belakang, ada Markus dan Dewi bersiap, peralatan infiltrasi terpasang rapi di tubuh mereka, Adrian yang tetap berada di daratan, mengawasi mereka melalui perangkat komunikasi satelit.
"Sistem radar utama pulau ini masih aktif," Adrian berbisik melalui earpiece Arion.
"Aku berhasil menciptakan celah kecil di sisi barat daya, Kalian punya waktu lima belas menit untuk masuk tanpa terdeteksi."
Paham," Arion membalas lelu mempercepat laju perahu.
"Gua tersembunyi ada di sana Dion, Tapi ombaknya cukup ganas, Kita harus mendarat dengan hati-hati". Dewi menunjuk ke arah tebing curam dan balas Arion mengangguk.
Ia merasakan adrenaline memompa di sekujur tubuhnya, Ini adalah medan yang berbeda dari lorong kampus, namun instingnya sebagai pemimpin tetap tajam, Ia harus membuat setiap keputusan dengan tepat, Mereka berhasil mendarat di celah tersembunyi di kaki tebing. Ombak yang ganas menghempas tubuh mereka namun mereka berhasil mempertahankan diri, Markus dengan kekuatan fisiknya membantu mengamankan perahu.
"Baiklah" Arion berbisik.
"Kenzie, kau pimpin tim pengalihan, Ciptakan kegaduhan di sisi utara pulau, Tarik perhatian mereka"
"Markus, kau ikut aku, dan Dewi, kau berikan kami panduan dari jauh." Kenzie mengangguk.
"Hati-hati, Dion."
"Kau juga" Arion membalas lalu Mereka berpisah.
Saat Kenzie menghilang dalam gelapnya tebing, Arion merasakan sentakan di hatinya, Ia tahu setiap anggota timnya mempertaruhkan nyawa Dan ia tahu semua ini demi Luna, Bayangan Luna yang terikat, yang ada di foto itu, menjadi cambuk yang tak henti memotivasi dirinya.
Arion dan Markus mulai mendaki tebing, bergerak senyap seperti bayangan. Dewi memandu mereka melalui earpiece, menunjukkan jalur yang paling aman. Angin laut dingin menusuk tulang, namun mereka tidak peduli, Fokus mereka hanya pada satu tujuan yaitu Luna.
"Aku melihat menara pengawas di atas sana" Dewi berbisik.
"Ada dua penjaga yang berjaga, Mereka berganti shift setiap tiga puluh menit."
"Kita akan menunggu" Arion memutuskan.
Mereka bersembunyi di balik semak belukar, mengamati menara pengawas. Arion bisa melihat kilatan senjata otomatis yang dibawa oleh penjaga, Ini bukan main-main.
Setelah beberapa saat, penjaga-penjaga itu berganti shift. Arion memberi isyarat kepada Markus lalu Mereka mulai bergerak. Markus dengan kekuatan fisiknya, dengan cepat dan tanpa suara berhasil melumpuhkan kedua penjaga itu dengan cepat dan senyap. Arion memeriksa menara pengawas dan Ada kamera pengawas yang terhubung dengan sistem pusat.
"Adrian, kau bisa meretas ini?"
"Aku sedang mencoba Dion, Tapi sistemnya sangat terenkripsi," Adrian membalas.
"Aku akan mencoba mencari akses fisik ke server" Arion berkata kemudian menatap Markus.
"Kau jaga di sini."
Arion menyelinap masuk ke dalam kompleks utama pulau, Bangunan-bangunan mewah berdiri megah diterangi lampu-lampu taman yang remang-remang. Ia melihat beberapa pengawal berpatroli, bersenjata lengkap, Ia harus sangat berhati-hati.
Tiba-tiba, suara ledakan kecil terdengar dari sisi utara pulau, Itu adalah Kenzie, Ia berhasil menciptakan pengalihan, Sirine keamanan mulai meraung, lampu-lampu sorot menyala, dan pengawal-pengawal bergegas menuju suara ledakan.
"Pengalihan berhasil!" Adrian berseru melalui earpiece.
"Kau punya waktu sepuluh menit Dion! Mereka akan kembali". Arion bergerak cepat dan Ia berhasil menemukan ruang server, Pintunya terkunci dengan sistem biometrik.
"Adrian, aku di ruang server, Sistem biometrik."
"Sial! Aku tidak bisa meretas itu dari sini!" Adrian membalas.
"Kau butuh sidik jari atau retina!" Arion menghela napas, dia menatap ke sekeliling ruangan, lalu dia melihat beberapa alat kebersihan dan dia teringat akan sebuah trik lama, dia menggunakan selembar plastik tipis dan bedak lalu mencoba mengambil sidik jari dari gagang pintu.
"Berhasil!" Adrian berseru.
"Aku melihat ada sidik jari yang cocok! Aku akan mencoba menggunakannya!" Arion menunggu dengan tegang.
Detik-detik terasa seperti jam, Lalu pintu terbuka, Arion langsung masuk, Ruangan itu penuh dengan server-server besar yang berkedip-kedip.
"Adrian, kau bisa mendapatkan denah pulau ini? Lokasi Luna?" Arion bertanya.
"Aku sedang mencoba Dion, Ini butuh waktu," Adrian membalas,Tiba-tiba Arion mendengar suara langkah kaki dari luar.
"Sial" Pengawal, Mereka kembali.
Arion menyembunyikan diri di balik server, Ia melihat pengawal-pengawal itu masuk, memeriksa ruangan, Jantungnya berdebar kencang, Ia nyaris ketahuan.
Di sebuah ruangan gelap, Luna terikat di kursi. Mulutnya disumpal, matanya tertutup kain hitam, Ia mendengar suara-suara dari luar, suara tembakan, teriakan, Ia tahu Arion ada di sini, dia tahu Arion datang untuk menyelamatkannya, Air mata mengalir di pipinya, dia tidak tahu apakah Arion akan berhasil, dia tidak tahu apakah ia akan selamat Tapi dia tahu, ia tidak akan menyerah, Ia akan berjuang.
Luna mengingat kembali ciuman Arion, sentuhan Arion, Janji Arion, Itu adalah satu-satunya harapan yang ia miliki di tengah kegelapan ini. Arion berhasil keluar dari ruang server, menghindari pengawal.
"Adrian, bagaimana?"
"Aku mendapatkan denah pulau dan beberapa informasi tentang lokasi Luna!" Adrian berseru.
"Dia ada di bagian bawah gedung utama, Ruangan bawah tanah, Tapi ada jebakan di sana."
"Jebakan apa?" Arion bertanya.
"Aku tidak tahu, Tapi hati-hati Dion, Mereka sudah tahu kau ada di sini." Arion merasakan darahnya mendidih, dia harus cepat, dia harus menyelamatkan Luna.