kunjungi ig author meylani_lindak untuk melihat karya-karya author lainnya.
Dirinya selalu dianggap pembawa sial, hingga di kucilkan di panti asuhan.
Bertahun-tahun mendambakan hidup bersama dengan ayahnya, Suatu hari keinginan Mayang tersebut akhirnya terkabul.
Tak pernah di sangka, Setelah 18 tahun kini Mayang di jemput di panti asuhan dan di bawa kerumah keluarganya.
Ternyata kehadiran Mayang hanya untuk jadi barang gadaian sebagai jaminan dari pinjaman sang ayah kepada seorang CEO yang kejam.
Hingga suatu hari kehormatan Mayang terenggut dan ia harus mengandung benih dari pria yang ia benci.
Bagaimana kisah Mayang selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak lagi Berharga
Sesampainya di kamar Mayang langsung menuju kamar mandi.
Ia sendiri merasa jijik terhadap dirinya sendiri.
Mayang melepaskan kancing piamanya satu persatu dengan tubuh yang meriang.
Hatinya seperti teriris-iris melihat kebuasan Andre dalam meninggalkan jejak-jejak pada tubuhnya.
Mayang kembali menangis dengan rasa kecewa dan putus asa , karna membayangkan dirinya yang tak lagi berharga. Masa depan pun terasa suram. Tak akan ada pria yang akan sudi menikahinya.
"Hiks hiks hiks. Hidup ku hancur sudah hiks hiks."
Dengan tangan yang gemetar dan tubuhnya yang menggigil menahan dinginnya guyuran air yang menyiram tepat di atas kepalanya.
Dengan tangisan pilu Mayang membersihkan kotoran yang tampak di tubuhnya meski ia tak mungkin lagi kembali suci.
Kelopak Mata Mayang terasa berat. Belum pun pulih dari sakitnya kini ia harus keluar dari rumah tersebut.
Setelah Mandi Mayang menggunakan pakaian berlapis-lapis untuk menggurangi rasa dingin yang menerpa seluruh tubuhnya.
Setelah semua barang-barangnya masuk ke dalam koper, Mayang pun menarik koper tersebut meninggalkan rumah itu tanpa berpamitan pada seorang pun dari rumah tersebut.
Tatapan Mayang lurus dengan bola mata yang selalu bergenang dan sesekali meneteskan air mata meluncur pada pipinya yang terlihat sembab.
Dari jendela kamarnya Andre menatap kepergian Mayang dari rumah itu.
***
Langkah Mayang semakin lungkai menapaki setiap trotoar yang ia lewati.
Sudah hampir satu jam ia berjalan, tubuhnya pun semakin lemah.
Matahari semakin bersinar dengan terik.
Keringat pun mengucur deras pada sebagian tubuh Mayang.Membasahi pakaian yang ia kenakan.
Mayang melangkah meski dengan keraguan dan kebinggungan.
"Aku harus kemana? sekarang aku tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.Hiks hiks hiks. Ibu tak bisa kau kau menjemputku, hiks hiks hiks,"tangisnya sedih.
Tubuh Mayang semakin lemas sudah sesiang ini ia belum minum obatnya, belum makan dan minum.Tak punya uang sepesar pun terlebih ia tak punya arah dan tujuannya, kemana ia harus melangkah
Ingin kembali ke panti asuhan. Panti asuhan tersebut berada di luar kota.Mayang tak ingin kembali ke rumah orang tuanya.
Mayang kembali melanjutkan langkahnya entah sampai di mana ia sanggup melangkah dengan kaki yang kini semakin bergetar.
Seketika tubuh Mayang terasa ringan. tubuhnya tergeletak tak sadarkan diri.
Mayang mendengar suara sayup-sayup suara ribut di sekitarnya, Semakin lama-lama semakin jauh kemudian mendadak sepi dan gelap.
***
Mayang menerjab-nerjabkan matanya mendengar seseorang yang memanggil namanya.
"Mayang! Mayang!"
Ia pun membuka matanya mengintip.sedikit dari kelopak matanya.
Hah! Mayang kaget ketika melihat sosok yang tak asing di matanya.
"Mayang! Kau mengenali ku kan?" tanya dokter Radit.
Mayang mengangguk lirih.Masih tersirat ketakutan pada wajahnya.
"Apa yang terjadi pada mu ? kau nekad keluar dari rumah itu?" tanya Radit.
Mayang menggeleng kepalanya. Ia pun kembali mengingat kejadian yang menimpanya.
"Dimana aku ?"tanya Mayang dengan glisah. Tubuhnya masih terasa sakit semua.
"Kau di sebuah klinik tempat ku praktek."
"Ehm aku harus pergi, "ucap Mayang mencoba mengangkat tubuhnya untuk bangkit tapi tak bisa bangkit.
Radit tersenyum, "Ehm kau mau sok kuat ya? atau mau ku telpon tuan Andre ?"
Mendengar nama tuan Andre, Mayang langsung ketakutan.
"Tidak! Jangan hubungi dia," pinta Mayang dengan wajah yang ketakutan.
"Hm baiklah, kalau begitu ceritakan apa yang terjadi pada mu?"tanya Radit dengan nada mengancam.
Mayang menatap hampa langit-langit yang ada di atas kepalanya. Dengan bibir yang gemetar ia pun menceritakan apa yang terjadi padanya hingga ia berada di klinik ini
Bulir bening terus menetes di wajah pucat yang terlihat putus asa tersebut.Radit pun tergugah mendengar pengakuan dari Mayang. Matanya berpendar menatap Mayang penuh iba.
"Tolong tuan, jangan beritahu tuan Andre jika aku ada disini hiks hiks hiks." Pinta Mayang memelas.
'Andre memang kelewatan, kasihan gadis ini' batin Radit.
"Iya beristirahatlah. Penyakit mu harus di obati terlebih dahulu."
"Di atas nakas ada makanan dan obat. Makan dan minumlah. Aku harus melanjutkan tugas ku." Radit.
Mayang menatap kepergian Radit.
Ia pun meringis merasakan perih pada bagian ulu hatinya.
"Setelah ini, aku harus kemana?"guman Mayang.
Bulir bening kembali menetes di pipinya.
"Ibu jemput saja aku. Aku ngak sanggup sendiri di dunia ini hiks."
Bersambung dulu readers. Terima kasih atas dukungannya.