NovelToon NovelToon
When Love Comes Back

When Love Comes Back

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Pelakor jahat
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Irish kembali, membawa dua anak kembar dan luka lama yang telah berubah menjadi kekuatan. Ethan, pria yang dulu mengabaikannya tanpa rasa, kini tak bisa mengalihkan pandangan. Ada yang berbeda dari Irish, keteguhan hatinya, tatapannya, dan terutama... anak-anak itu. Nalurinya berkata mereka adalah anaknya. Tapi setelah semua yang ia lakukan, pantaskah Ethan berharap diberi kesempatan kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EP 33

Hanna berbisik kesal sambil berjalan,

“Zayn itu, kalau bicara tajamnya bukan main. Biasanya diam, sekarang malah sok membela.”

Irish hanya menunduk, tidak menjawab sedikit pun.

Dion menegur Hanna lembut,

“Hanna, sudah, jangan ribut lagi. Situasi sekarang masih genting.”

Hanna menghela napas, tak membantah lagi, lalu menoleh pada Irish dengan lirih,

“Kita lihat Kak Ethan besok saja, ya.”

Irish tidak bersuara, hanya menatap kosong ke lantai, menahan gelombang emosi yang menyeret hatinya jauh lebih dalam.

“Sudahlah, diam dulu. Sebaiknya celah Pulang, kita semua butuh istirahat,” Dion berkata dengan nada kesal. Kejadian hari ini membuat pikirannya kacau, semuanya terasa tidak beres. Dia mengebut langkahnya, ingin cepat pergi dari sana.

Hanna mendengus kecil pada Dion, tapi akhirnya hanya menunduk dan menggandeng lengan Irish sambil berjalan di belakangnya.

Dengan begitu, Irish terseret oleh Hanna hingga ke depan pintu rumah sakit.

Saat itu, langit sudah larut malam. Malam musim dingin bertabur titik bintang, dan gerbang rumah sakit termewah di Kota itu masih tampak sibuk dengan lalu-lalang orang.

Udara dingin memukul wajah mereka, membuat keempat orang yang seharian diterpa kejadian menegangkan sedikit tersadar dari guncangan emosional.

Tiba-tiba, Irish menghentikan langkahnya, melepas pegangan Hanna, dan berkata, “Hanna, aku baru ingat ada barangku yang tertinggal di dalam. Aku mau mengambilnya dulu.”

Tanpa menunggu jawaban, Irish langsung berlari kembali menuju gedung rumah sakit.

“Irish, besok saja! Apa yang begitu penting?” Hanna berteriak, hendak mengejar.

Tapi Erick, yang sejak tadi diam, menahan Hanna. Ia hanya menatap ke arah Irish yang menjauh, lalu berkata pelan seperti bicara pada dirinya sendiri, “Dia meninggalkan sesuatu di rumah sakit, biarkan saja.”

Hanna menatap Erick tanpa mengerti, ingin bertanya, tetapi melihat wajah Erick yang biasanya hangat kini berubah redup, ia mengurungkan niat.

Irish berdiri di depan pintu bangsal Ethan. Ia ragu beberapa saat sebelum akhirnya mengetuk perlahan.

Pintu terbuka, memperlihatkan Zayn berdiri dengan wajah tegas. “Ada apa kamu ke sini lagi?” tanyanya datar.

“Aku hanya mau melihat Pak Ethan. Biar aku memastikan keadaannya baik-baik saja,” jawab Irish, menahan suaranya agar tak bergetar.

Zayn menatapnya tajam. “Ethan dijaga Carisa di dalam. Kalau kau mau melihatnya, tunggu saja di luar. Besok pagi mungkin dia sudah sadar, baru kau boleh masuk.”

Irish menghela napas dalam, lalu mengangguk pasrah. “Baik, aku tunggu di sini.”

Zayn tampak kaget karena Irish benar-benar memilih menunggu di lorong, tetapi akhirnya hanya menutup pintu perlahan.

Irish menatap pintu tertutup itu. Ia duduk di kursi koridor yang dingin, merapatkan jaketnya sambil bergumam dalam hati, setelah malam ini berlalu, setidaknya ia bisa melihat Ethan dengan matanya sendiri.

Udara di koridor begitu menusuk, membuatnya gemetar. Ia menggosok-gosok tangannya, berusaha mengusir dingin, lalu berjalan bolak-balik agar tetap hangat.

Sesekali matanya menatap lampu di bangsal Ethan yang menyorot lembut. Senyumnya muncul samar meski wajahnya pucat dan lelah.

------

"Orang serendah dia, kenapa Ethan harus mempertaruhkan nyawanya untuk menolongnya? Kenapa?" Carisa menatap kosong ke arah Ethan yang masih terbaring, suaranya penuh kebencian. Ia sama sekali tidak berniat membiarkan Irish lolos begitu saja. "Tunggu sampai Ethan bangun. Aku akan bertanya langsung padanya. Kalau sampai kudengar dari mulut Ethan bahwa dia sedikit saja menaruh rasa pada perempuan itu..."

Carisa menghentikan ucapannya, menoleh dingin ke arah Zayn. "Kalau memang begitu, perempuan itu tidak layak hidup."

Zayn menunduk, berpikir cukup lama sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Baik. Aku akan mengurusnya."

Carisa hanya mendengus puas, lalu kembali membelai pipi Ethan dengan jemarinya. Tanpa Carisa dan Zayn sadari, sebenarnya Ethan sudah sadar diri pengaruh obat bius.

kali ini, Ethan tidak lagi merasakan kehangatan di tangan Carisa, hanya ada rasa getir yang menyesakkan dadanya. Hatinya menjerit, menyadari betapa Carisa yang sekarang sungguh berbeda dengan wanita lembut yang pernah ia percaya.

Seandainya tidak ada keraguan di hatinya sebelumnya, maka semua gerak Carisa kini sudah membuktikan bahwa dia tak sama lagi.

Di tengah napasnya yang berat, Zayn berkata lagi, "Kamu begadang semalaman, istirahatlah sebentar. Aku akan belikan sarapan."

"Baik." Carisa mengangguk, menyerahkan jas yang menutupi bahunya ke Zayn.

Zayn merapikan jas itu dan berjalan keluar bangsal. Begitu mendorong pintu, matanya langsung menangkap sosok Irish yang menggigil di kursi koridor. Irish merapatkan mantelnya erat-erat, wajahnya pucat. Begitu melihat pintu terbuka, ia buru-buru berdiri, suaranya gemetar. "Pak Zayn, apakah Pak Ethan sudah bangun?"

"Belum," jawab Zayn dingin tanpa menoleh. "Kamu terus tunggu saja," ujarnya sebelum berlalu.

Irish hanya bisa memandang punggung Zayn yang menjauh, lalu menghela napas berat, kembali duduk di kursi dingin itu untuk menunggu.

Tak lama setelah Zayn pergi, Ethan perlahan membuka matanya. Pandangannya masih buram, dan yang kali ia lihat adalah wajah Carisa, tampak khawatir dan lelah.

Ethan menyipitkan mata, mencoba mencari tahu apakah kekhawatiran itu tulus, atau sekadar topeng. Semakin ia menatap, semakin ia menyadari, di balik semua kelembutan Carisa, tersembunyi rahasia yang membuat dadanya sesak.

Tapi belum terlambat. Mulai sekarang, ia bertekad untuk benar-benar melihat siapa Carisa sebenarnya.

"Ethan, kamu sudah bangun?" Carisa buru-buru menyapanya dengan wajah lega.

"Hm," Ethan mengangguk pelan, menahan rasa sakit. Sudut bibirnya terangkat sedikit, meskipun wajahnya masih pucat.

"Ethan, jangan seperti ini lagi. Kemarin kamu masih baik-baik saja, tapi malamnya malah masuk rumah sakit. Aku benar-benar takut," ucap Carisa dengan nada bergetar, campuran kesedihan dan kecemasan.

Ethan menggenggam tangannya pelan, berusaha menenangkan. "Semua terjadi begitu cepat. Aku bahkan tidak sempat berpikir. Tapi sekarang aku baik-baik saja, jangan terlalu khawatir."

Carisa mengangguk sambil menunduk, namun saat hendak bersandar di dadanya, Ethan mendesis kesakitan.

"Ethan, aku menyentuh lukamu?" Carisa panik, langsung menjauh.

"Tidak apa-apa," Ethan memaksa tersenyum.

Carisa tampak menyesal. "Maaf, aku ceroboh..."

"Kamu sudah melakukan yang terbaik," hibur Ethan dengan lembut, meski di dalam hatinya, ia merasa jauh dari Carisa.

Tak lama, Zayn kembali dengan membawakan sarapan. "Carisa, kamu harus makan dulu, biar tenang."

Carisa mengangguk dan merapikan letak sarapan di meja. Zayn menoleh pada Ethan, memeriksa keadaannya. "Bagaimana perasaanmu? Mau ku panggilkan dokter?"

"Aku baik-baik saja," jawab Ethan sambil menghela napas, lalu menatap Zayn. "Terima kasih, sudah menjagaku."

"Itu sudah tugasku," sahut Zayn ringan.

Lalu Ethan seolah baru teringat sesuatu. "Oh ya, Zayn, tadi kamu bicara dengan siapa di luar?"

Zayn sempat terdiam sesaat, lalu menoleh ke Carisa sebelum akhirnya menjawab pelan. "Irish. Dia masih menunggu di luar."

"Irish? Kenapa dia menunggu di luar"

"Dia merasa bersalah padamu, karena kau menyelamatkannya." Ujar Zayn memberitahu Ethan.

Ethan menatap Carisa dan Zayn, keningnya berkerut. "Bukankah kemarin aku menyelamatkan Hanna?"

"Hanna?" Carisa menatap Ethan penuh kebingungan. "Tidak, aku dengar sendiri dari Hanna, saat lampu kristal jatuh, Irish mendorongnya, dan kamu menolong Irish!"

Ethan memejamkan matanya sesaat, pura-pura mencoba mengingat. Ia perlahan berkata, "Aku ingat, saat itu aku melihat lampu besar hampir menimpa Hanna, lalu aku langsung menariknya dan berguling... mungkin karena Irish juga dekat dengan Hanna, jadi aku tak sengaja menarik mereka berdua. Itu cuma naluri."

Carisa dan Zayn saling berpandangan, tidak yakin harus percaya atau tidak.

Ethan menatap mereka dalam-dalam. "Percayalah, aku hanya berusaha menyelamatkan orang di depan mataku. Aku tidak memikirkan siapa pun selain Hanna waktu itu."

Sunyi sejenak. Lalu Carisa berusaha tersenyum, meski hatinya masih penuh tanda tanya. "Baiklah, kalau begitu nanti kita tanyakan juga pada Irish."

1
Nanda
The best thorku😊
Nanda
The best thorku😉
Delisa
Bagus thor.. bintang lima pokoknya
Mikeen SI
Ceritanya bagus karna gk terlalu berat...
Mikeen SI
Ceritanya bagus karna gk terlalu berat...
Ddek Aish
siap2 kau bakal tersingkir jalang
Desi Trikorina
semangat lanjut ceritanya thor
Waryu Rahman
Thor update tambah lagi donx
Ddek Aish
itu belum seberapa dari penderitaan yang dialami oleh Irish.
Adinda
Lanjut thor
Adinda
kapan si carissa ketahuan thor, lanjut Thor
Desi Trikorina
asik bacanya tidak terlalu menekan pembaca
Ddek Aish
Ethan pasti galau dengan perasaanny sekarang
Adinda
Lanjut thor
Nurul Boed
lepasin jessy dari jeremy kak,, abis tu semoga kelakuan bejat Carisa dan zyan juga segera ke bongkar

gemessaa lihatnya
Desi Trikorina
thor hajar wanita dan laki2 jalang yang ngak tau terimakasih itu..biar mereka sadar
Waryu Rahman
judulnya di ganti ya thor
Lela Alela: Iya kak, judulnya saya ganti
total 1 replies
Ety Murtiningsih
hadehhtt ada lagi manusia macem jeremy
Desi Trikorina
hajar jeremy dan ibunya dong dokter
Nurul Boed
jgn sampek uang Irish buat pacarnya jeremy kak,, bener² ngak relaaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!