My Beloved Husband

Happy Reading

.

.

.

"First night?" Tanya Aileen kikuk. Sungguh, Aileen lupa bahwa ini adalah malam pertamanya. Ia terlalu lelah setelah resepsi hingga melupakan apa yang selanjutnya terjadi.

"Duuhh gimana nih. Gue gak mau. Tapi badannya itu loh menggoda banget. Ada abs-nya kayak suami halu gue, Manu Rios. Dan gue takut dosa juga nolak suami. Jadi gue harus mau gitu?" Batin Aileen bergejolak. Antara ingin melakukannya atau tidak.

Vano terus memandang istrinya yang tengah berpikir keras. Ia tersenyum kecil melihat ekspresi itu. Sungguh lucu menurut Vano. Ia jadi ingin menerkamnya sekarang.

"Tapi gue kan masih SMA kelas 11 pula. Kalau gue hamil gimana? Duluan brojol daripada lulus. Dduhhhh," batin Aileen yang kini menggigit bibirnya keras.

Vano yang melihatnya langsung mengarahkan jemarinya ke bibir itu. Mengelusnya perlahan hingga gigitan pada bibir itu terlepas.

Jantung Aileen semakin berdangdut ria. Bagaimana tidak? Bayangin ada cowok yang ngelus bibir lo dan natap bibir lo itu intens. Aileen kan jadi merasa bibirnya lebih seksi dari pada Kyle Jenner. Ehh tapi tunggu! Jangan dibayangin deh kalau belum punya suami. Ntar dosa. Beda dengan Aileen dong yang sudah sah.

Tapi kata sah itu juga lah yang membuat Aileen tidak bisa berteriak untuk menolak. Bisa ditertawakan dia. Tapi apa benar Aileen ingin menolak? Iyakan saja lah. Jangan lupakan aturan Aileen selalu benar.

"Ehh!" Kaget Aileen saat Vano tiba-tiba semakin  memajukan wajahnya. Tidak sampai menempel. Tapi jaraknya hanya sekitar 1 cm. Aileen boleh tarik gak sekarang? Nanggung banget.

Vano kembali tersenyum kecil melihat ekspresi Aileen yang saat ini sulit ia jabarkan. Vano meraba tangan Aileen yang mencengkram erat sprai putih di bawahnya hingga cengkraman itu terlepas.

Vano membawa tangan Aileen melingkar di lehernya. Dan tanpa permisi ia langsung menyerang Aileen dengan ciumannya.

Kaget? Tentu saja Aileen kaget. Vano langsung menciumnya seperti petir yang langsung menyambar. Aileen sampai tertekan di kasur. Ini kasurnya yang kelewat empuk atau emang Vano yang nafsuan?

Vano melepaskan ciumannya saat merasa tak mendapat balasan. Ia memandang Aileen dengan mata sayu.

"Ouch! Jangan liat gue kek gitu. Bisa ikutan khilaf gue!" Batin Aileen.

"Bukankah kita sudah latihan waktu itu? Apa masih kurang, hm?" Ucap Vano mengusap bibir Aileen yang basah oleh salivanya.

"Lo a--" belum selesai Aileen mengucapkan kalimatnya, Vano sudah menyerangnya kembali.

"Balas saya," ucap Vano di sela ciumannya.

"Ughh lagi asyik bercumbu aja masih pake bahasa formal. Gak ada romantis-romantisnya," gerutu Aileen dalam batinnya namun tetap menuruti apa kata suaminya.

Aileen mengeratkan tangannya yang melingkar di leher Vano saat ciuman suaminya itu turun ke lehernya. Ia berusaha menahan desahannya. Ia takut mengeluarkannya. Takut terdengar tidak seksi :v

Tiba-tiba Vano menghentikan aktivitasnya itu. Aileen yang sedari tadi menutup matanya langsung melek.

"Kamu bau. Kamu mandi gih!" Suruh Vano menjauhkan tubuhnya dari Aileen lalu beralih ke lemari dan menggeleda isinya. Jadi dia lebih suka menggeleda lemari dari pada menggeleda istrinya sendiri? Ouh lupakan itu hanya pemikiran konyol penulis :v

Sedangkan Aileen yang tadi matanya sudah melek kini berubah menjadi melotot dengan mulut menganga. Tak percaya atas apa yang terjadi barusan. Apa hanya sekilas mimpi?

"Apa tadi? Bau? Jadi first night gue cuman kek gini? Dicium terus dikatain bau sama suami? Yang benar saja! Kan anying!" Batin Aileen dengan napas memburu memandang sang suami yang kini telah menemukan pakaian.

Saat Vano memegang ujung handuknya yang ada di pinggang, Aileen langsung menjerit menutup matanya dan berlari ke arah kamar mandi. Untung saja ia tidak kepentok. Kalau iya, bisa malu tingkat dewa dia.

Aileen segera membuka gaun pengantinnya yang ribet itu. Untung saja tidak seperti di novel-novel yang akan kesusahan membuka resleting gaunnya dan ia akan meminta bantuan sang suami. Aileen tersenyum sambil berendam di bathtub. Ia berusaha menghilangkan kekesalannya.

Huuufffttt

Setelah sekitar 20 menit berendam, Aileen segera ke bawah shower untuk membilas tubuhnya. Namuna ada yang janggal. Ia tidak melihat satupun handuk atau bathrobe di sini. Dan itu pertanda gawat! Ia berpikir tidak akan ada adegan seperti di novel-novel. Tapi ternyata ada. Sungguh mengesalkan. Baru saja ia berendam untuk menghilangkan kekesalannya. Haruskah ia berendam lagi? Huh! Pembodohan!

Aileen segera pergi ke arah pintu dan mengetuknya berharap Vano belum tidur.

"Kalau beneran tidur, suami macam apa dia meninggalkan istrinya untuk tidur!" Gerutu Aileen yang tak menyadari Vano sudah menyahut di balik pintu.

Karena khawatir, Vano membuka pintu hingga Aileen tersadar dari lamunannya dan terdorong ke belakang karena pintu terbuka. Aileen segera menahan pintu agar tidak terbuka lebih lebar dan bersembunyi di belakangnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Vano khawatir.

"Gak ada ganduk di sini. Ambilin dong!" Suruh Aileen tak berani menatap sang suami.

"Oh mau minta handuk. Saya kira ada apa. Sebentar ya," ucap Vano berbalik mengambil handuk dan memberikannya kepada istrinya.

Aileen mengambil handuk itu dan sekilas melihat Vano yang kini telah memakai celana selutut dan baju kaos.

Setelah memakai handuk dengan benar, Aileen membuka pintu kamar mandi perlahan dan mendapati Vano yang kini berbaring memunghungi dirinya. Kesempatan. Aileen segera berlari ke lemari dan mengambil pakaiannya. Mungkin mamanya yang menyediakannya.

Tak lama kemuadian Aileen kembali dengan pakaian yang telah dipakainya. Dilihatnya Vano masih berbaring membelakanginya. Aileen berdecak lalu segera ikut berbaring di samping Vano dan ikut membelakangi suaminya itu. Jadilah mereka saling memunggungi.

"Njirrr dia gak gerak sama sekali. Jadi beneran cuman gini malam pertama gue? Kamvret! Meskipun gak ngelakuin itu karena gue gak siap, setidaknya peluk kek. Apa lagi kek!" Aileen teeus menggerutu dalam batinnya hingga ia jatuh tertidur dengan napas teratur.

Vano yang sedari tadi belum tertidur membalikkan badannya dan mendekati sang istri yang membelakanginya. Ia mengelus rambut Aileen dan mengecup keningnya sekilas.

Vano bukannya tidak mau. Hanya saja ia tidak ingin egois. Ia tau bahwa sang istri belum siap. Ia tersenyum lalu memeluk tubuh sang istri dari belakang.

-TBC-

Akhirnya up juga setelah sekian lama tidak up. Beneran deh part ini rada gaje :v

Tapi meskipun gaje jangan lupa vote ya

Oh iya baca juga ceritaku yang lain judulnya (Not) Perfect Boy dan Beside You.

Jangan lupa vote juga ya.

(Not) Perfect Boy udah end tapi Beside You masih on going juga.

Ok segitu aja yang mau aku ucapin.

See u next part....

salam dari Vano dan Aileen