Queen Li tumbuh dalam kekacauan—dikejar rentenir, hidup dari perkelahian, dan dikenal sebagai gadis barbar yang tidak takut siapa pun. Tapi di balik keberaniannya, tersimpan rahasia masa kecil yang bisa menghancurkan segalanya.
Jason Shu, CEO dingin yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan, diam-diam telah mengawasinya sejak lama. Ia satu-satunya yang tahu sisi rapuh Queen… dan lelaki yang paling ingin memilikinya.
Ketika rahasia itu terungkap, hidup Queen terancam.
Dan hanya Jason yang berdiri di sisinya—siap menghancurkan dunia demi gadis barbar tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Malam hari.
Setelah sibuk seharian, Queen akhirnya kembali ke rumahnya. Langkahnya terasa berat saat membuka pintu, bahunya sedikit turun menahan lelah. Ia melepaskan sepatu di depan dan menghela napas panjang.
"Queen, kau sudah pulang. Mari makan dulu, kau pasti lapar," seru Zoanna dari arah ruang makan.
Queen melangkah masuk dan pandangannya langsung tertuju pada meja makan yang penuh. Beberapa jenis hidangan tersaji rapi, aromanya menggugah selera, namun justru membuat Queen mengernyit curiga.
"Hari ini hari apa?" tanya Queen sambil menatap ibunya, nada suaranya datar namun penuh selidik.
Zoanna tersenyum, tapi senyum itu terlihat kaku dan dipaksakan.
"Tidak ada hari istimewa," jawabnya singkat.
Queen melirik satu per satu hidangan di meja.
"Masakanmu ada dua jenis ikan dan tiga jenis sayur. Ma, hanya kita berdua. Mana bisa menghabiskan makanan sebanyak ini?" tanyanya, alisnya terangkat tipis.
Zoanna menarik napas pelan, seolah sedang menyiapkan keberanian.
"Queen, ada yang ingin mama katakan padamu. Mama punya seorang teman, anaknya sedang mencari jodoh. Jadi—"
Kalimat Zoanna terhenti mendadak saat terdengar suara ketukan pintu.
Tok… tok…
Zoanna menoleh cepat ke arah pintu, lalu berusaha terlihat tenang.
"Queen, pergi cuci tanganmu. Mama saja yang buka pintunya," katanya sambil beranjak berdiri.
Queen menyipitkan mata, rasa curiga makin jelas terpancar dari wajahnya.
"Siapa yang datang? Kenapa begitu semangat?" gumamnya pelan sambil melangkah menuju dapur.
Di dalam hatinya, Queen sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres malam ini.
Sementara di luar sana, Jason berdiri sambil bersandar pada mobilnya. Lampu jalan memantulkan bayangan tubuhnya yang tinggi dan tegap. Tatapannya terarah ke lantai atas gedung, jendela tempat Queen berada masih menyala.
"Bos, Zoanna mencari seorang pria dari anak temannya untuk dijodohkan dengan Nona Li," kata Rey yang berdiri di samping bosnya sambil memeriksa ponsel.
Jason menyipitkan mata, rahangnya mengeras.
"Pria gemuk yang baru masuk itu?" tanyanya datar.
"Benar. Dia adalah seorang lintah darat yang suka meminjamkan uang kepada banyak orang dengan bunga yang tinggi. Sepertinya Zoanna masih tidak berubah dan menggunakan cara ini untuk mendapatkan pinjaman," jawab Rey. Ia lalu melirik ke arah gedung. "Apakah akan terjadi sesuatu?" tanyanya lagi, suaranya sedikit waspada.
Jason tersenyum tipis, namun senyum itu tidak sampai ke matanya.
"Dengan sifat Queen, dia tidak akan tunduk pada ibunya. Kita lihat saja apa yang akan dia lakukan," jawabnya tenang, seolah sudah membaca akhir dari pertemuan itu.
"Iya," jawab Rey singkat.
Di sisi lain, Queen baru keluar dari dapur. Langkahnya terhenti saat pandangannya menangkap sosok pria gemuk yang duduk di ruang tamu. Wajah pria itu licik, matanya berkilat aneh saat menatapnya, senyumnya terlihat penuh niat buruk.
"Queen, mama kenalkan. Ini Roland, putra dari teman mama. Mama ingin menjodohkan kamu dengannya. Kalian bisa berteman dulu," kata Zoanna dengan senyum ramah yang dibuat-buat.
Queen tidak membalas senyum itu. Ia berdiri tegak, menatap Roland dari ujung kepala hingga kaki tanpa menyembunyikan penilaiannya.
"Roland, apa kerjamu?" tanyanya datar.
Roland terkekeh kecil, dadanya sedikit dibusungkan.
"Queen, pekerjaanku adalah pekerjaan paling mudah untuk mendapatkan keuntungan. Menikah denganku, kau tidak perlu lagi bekerja dari pagi hingga malam. Kau hanya perlu menikmati hidup," jawabnya percaya diri.
"Profesimu apa?" tanya Queen lagi, nadanya tetap tenang namun menusuk.
Zoanna tersenyum senang melihat percakapan itu.
"Sepertinya Queen sangat berminat. Kalau tidak, mana mungkin dia ingin tahu pekerjaan pria ini," batin Zoanna.
"Aku seorang rentenir. Siapa pun yang meminjam uang dariku akan dikenakan bunga tinggi. Dengan begitu, kekayaanku bisa dinikmati sampai anak dan cucu kita," jawab Roland tanpa rasa malu.
"Begitu rupanya," ucap Queen sambil tersenyum tipis. Tatapannya kemudian beralih ke Zoanna.
"Kalau kita menikah, apakah kau akan mengenakan bunga tinggi pada mamaku? Dia suka berjudi," tanyanya santai, seolah membicarakan hal sepele.
Roland tertawa kecil.
"Dengan mertua sendiri tentu aku beri bunga rendah," jawabnya.
Queen tertawa pelan, lalu menatap ibunya.
"Ma, ternyata kau pintar sekali. Selama aku mengenalmu, kau selalu membawa masalah padaku. Kali ini kau mengenalkanku pada seorang rentenir agar kau bisa bebas pinjam uang dengan bunga rendah," katanya sambil bertepuk tangan, tawanya terdengar jelas namun dingin.
Zoanna ikut tersenyum tanpa menyadari bahwa dirinya sedang dipermainkan.
"Benar katamu. Dengan cara ini kita tidak akan dikejar utang lagi," jawabnya penuh harap.
"Sebentar! Kalian tunggu aku sebentar!" kata Queen sambil tertawa. "Aku akan memberi kalian hadiah kecil," lanjutnya sebelum melangkah menuju dapur.
Roland menoleh ke arah Zoanna, wajahnya tampak puas.
"Zoanna, lihatlah putrimu sangat menyukaiku. Dia bahkan tertawa sebahagia itu," ujarnya dengan nada sombong.
Sementara itu, di dapur, senyum Queen perlahan menghilang. Tatapan matanya berubah dingin, seolah hadiah yang ia maksud bukanlah sesuatu yang menyenangkan.
Di saat mereka berjalan menghampiri meja makan, Queen keluar dari dapur dengan sebuah pisau daging di tangannya. Kilau bilah pisau itu memantul terkena cahaya lampu, kontras dengan wajah Queen yang kini dingin dan penuh amarah.
"Zoanna jahanam…!" teriak Queen sambil melangkah cepat menghampiri ibunya.
Zoanna menoleh, wajahnya langsung pucat pasi.
"Aahh!" teriaknya histeris.
Tanpa berpikir panjang, Zoanna berbalik dan berlari keluar dari apartemen bersama pria gemuk itu. Roland yang terkejut ikut terseret, napasnya langsung terengah-engah. Langkah mereka terburu-buru, hampir tersandung satu sama lain.
Queen tidak berhenti. Dengan pisau masih tergenggam erat, ia mengejar mereka tanpa ragu. Langkahnya cepat dan mantap, sepatu menghantam lantai dengan bunyi keras.
Aksi kejar-kejaran itu berlanjut menuju tangga darurat, turun ke lantai bawah. Suara teriakan memecah keheningan malam, menggema di lorong apartemen.
"Jangan lari!" teriak Queen dengan suara lantang, amarahnya jelas terdengar.
Di seberang gedung, Jason dan Rey yang sedang berdiri langsung menoleh ke arah sumber keributan. Tatapan Jason mengeras saat melihat sosok Queen berlari mengejar dua orang dari kejauhan.
"Itu—" gumam Rey, matanya membelalak.
Sementara itu, Roland berlari terseok-seok, wajahnya merah dan penuh keringat. Tubuhnya yang gemuk membuatnya kewalahan, napasnya tersengal, langkahnya semakin melambat.
"Tolong…!" teriak Roland panik, suaranya nyaris putus, sementara Zoanna menarik lengannya dengan putus asa.
"Kalau kalian berani jangan lari," teriak Queen sambil mengejar mereka berdua.
hai teman teman .... ayo ramaikan karya ini dgn follow tiap hari dan juga like, komen dan jangan ketinggalan beri hadiah yaaaaaaa
sungguh, kalian gak bakalan menyesal, membaca karya ini.
bagus banget👍👍👍👍
top markotop pokoknya
hapus donh🤭🤭
kau jangan pernah meragukan dia, queen
👍👍👌 Jason lindungi terus Queen jangan biarkan orang2 jahat mengincar Queen
.
ayoooooo tambah up nya.
jangan bikin reader setiamu ini penasaran menunggu kelanjutan ceritanya
ayo thor, up yg banyak dan kalau bisa up nya pagi, siang, sore dan malam😅❤️❤️❤️❤️❤️❤️💪💪💪💪💪🙏🙏🙏🙏🙏
kereeeeennn.......💪
di tunggu update nya....💪