NovelToon NovelToon
Aku Yang Diabaikan

Aku Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.

Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?

Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian Ketigabelas

Sekar kembali bertemu dengan Maya beberapa hari kemudian, mereka mengobrol di salah satu warung bakso. Maya yang mentraktir dirinya dan Arya.

Sekar menjelaskan tentang kehidupannya yang akhirnya menetap di kota ini. Maya mendengarkannya secara saksama.

"Jadi, selama menikah kamu tidak pernah menghubungi saudara ayahmu di kampung?" tanya Maya.

Sekar menggelengkan kepalanya.

"Ya Allah, Sekar. Malang sekali nasibmu!" kata Maya iba.

"Mas Reno sama sekali tak mengizinkan aku menggunakan ponselnya selama tinggal dengan orang tuanya," jelas Sekar. Ia sering beberapa kali mencoba meminjam ponsel Reno buat menghubungi sanak saudaranya tetapi Reno menolaknya dengan alasan pulsa mahal.

"Kamu tidak pernah menelepon mereka dan juga tak mengunjunginya ketika hari besar. Memang suamimu dan keluarganya sangat kejam!" kata Maya geram ketika mendengar keluh kesah temannya.

"Padahal aku rindu sekali dengan mereka di kampung," ucap Sekar menyeka air matanya. Karena selama ini dirinya diasuh, di rawat dan dimanja oleh keluarga kandung dari ayahnya sejak ia ditinggal pergi ibunya dari usia 7 tahun.

"Aku paham perasaanmu, berharap suamimu berubah dan berpihak padamu," kata Maya menguatkan.

"Aku menyesal, May. Seharusnya dari awal aku mendengar kata paman dan bibiku kalau Reno bukan pria yang tulus," ucap Sekar dengan penyesalan.

"Semua sudah terjadi, semoga kamu bisa melewatinya dengan baik. Jika kamu butuh sesuatu, temui aku saja," kata Maya.

"Iya, May. Aku minta nomor telepon kamu, aku akan menyimpannya. Jika aku perlu, aku coba pinjam ponsel tetanggaku."

Maya lalu memberikan nomor telepon dengan menulisnya di potongan kertas yang mereka minta dari pemilik warung bakso.

Dua jam berlalu, keduanya mengakhiri obrolan karena Sekar ingin buru-buru pulang dan mengerjakan pekerjaan rumah apalagi mertuanya telah balik ke rumah.

Maya pun mengantarkan Sekar dan Arya, tetapi Sekar memintanya untuk menghentikan laju motornya di depan mulut jalan ke rumah saja. Ia tak mau mertuanya banyak bertanya dan membatasi pergaulan dirinya.

Sekar tiba di rumah pukul 5 sore, Lastri sudah menunggunya di teras dengan berkacak pinggang. "Dari mana saja kamu? Kenapa lama sekali pulangnya?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Kerja, Bu. Tadi ada acara makanya pulang lama," jawab Sekar berbohong.

"Hampir tiap hari kamu selalu pulang telat dengan alasan ada acara. Memangnya tiap hari majikanmu buat acara?" tanya Lastri lagi.

"Ya, begitulah, Bu. Orang kaya selalu banyak kegiatan dan temannya," jawab Sekar asal.

"Kenapa kamu tidak membawa makanan dari sana?" tanya Lastri. Ia berharap menantunya membawa sisa makanan dari rumah majikannya.

"Tidak diizinkan dibawa," jawab Sekar. Padahal, Bu Hanna membolehkan dirinya membawa sisa makanan setiap acara yang dibuatnya.

"Pelit sekali majikanmu itu!" umpat Lastri.

"Aku 'kan sudah digaji dan diberikan makan siang yang enak. Aku rasa majikanku tidak pelit, malah di sini yang melakukan pekerjaan rumah tapi tak mendapatkan makanan yang layak. Apalagi mengharapkan uang suami lebih!" sindir Sekar.

"Oh, jadi kamu mengharapkan upah di rumah mertuamu sendiri?" Lastri meninggikan suaranya, ia tersinggung dengan sindiran menantunya.

"Langit sepertinya mendung, aku mau angkat pakaian!" Sekar bergegas meninggalkan mertuanya dan menarik tangan putranya menuju ke arah belakang rumah, ia tak mau memperpanjang perdebatan.

***

Sekar yang sedang memasak sarapan dikejutkan dengan suara tangisan putranya. Ia bergegas menghampirinya dan melihat Arya berdiri dengan air mata menetes.

"Ada apa ini, Bu?" tanya Sekar kepada sang mertuanya yang berdiri dihadapan Arya.

"Anakmu ini nakal, dia sudah menumpahkan minuman di bajunya Lala!" jawab Lastri.

"Apa benar, Nak?" Sekar mendekati Arya dan bertanya dengan nada lembut.

Arya menggelengkan kepala.

"Masih berbohong?" sentak Lastri dengan tangan terayun ke atas membuat Arya memekik.

"Bu!!" Sekar balik membentak mertuanya. "Arya mungkin enggak sengaja!" lanjutnya menjelaskan.

"Enggak sengaja bagaimana? Dia menyenggol minuman yang ada di atas meja!" kata Lastri memarahi menantunya.

"Mana bajunya? Biar aku cuci!" Sekar melihat ke arah adik iparnya.

"Ini!" Lala menyodorkan baju yang terkena tumpahan teh manis.

"Kamu juga salah!" Sekar memarahi adik iparnya.

"Kenapa kamu memarahi Lala?" Lastri tak senang.

"Siapa suruh letak baju di atas meja berdampingan dengan gelas teh!" omel Sekar.

"Kalau Arya tidak menyenggol gelas pasti bajuku tidak mungkin basah!" Lala membela dirinya.

"Percuma bicara dengan anak manja sepertimu, takkan mengerti!" Sekar mengambil baju yang masih dipegang Lala dengan kasar.

"Apa kamu bilang?" Lastri meninggikan suaranya karena Sekar berbicara kasar dengan putrinya.

"Ayo, Nak!" Sekar menggendong putranya sembari membawa baju Lala yang kotor ke dapur.

Reno yang baru saja selesai mandi, menghampiri ibu dan adiknya lalu menanyakan apa yang terjadi.

Lastri dan Lala menjelaskan kejadiannya, Reno yang mendengarnya lantas ke dapur menegur istrinya agar bersikap sopan terhadap ibunya.

Sekar memilih diam mendengar ocehan suaminya. Ia tak mau bertengkar lagi dengan Reno. Karena batinnya terlalu lelah, ia cuma dapat berdoa agar dimudahkan urusannya dan diberikan jalan terbaik.

"Kamu dengarkan apa yang aku bicarakan?" tanya Reno sedari tadi sebab istrinya hanya diam tanpa membantah.

"Iya. Aku dengar dan akan menghormati ibumu!" jawab Sekar.

"Nah begitu, kalau kamu masih mau tinggal di rumah ini!" kata Reno.

"Masih banyak pekerjaanku, jangan ganggu aku!" usir Sekar dengan cara halus.

Setelah kepergian suaminya, Sekar mengepalkan tangannya. Ia menahan sesak di dadanya dan air matanya.

Selepas membereskan rumah, Sekar berangkat bekerja lebih awal dari biasanya karena sedari tadi ia dan putranya belum sempat sarapan.

Sekar singgah di warung bubur ayam dan memesan 2 porsi. Lagi menikmati sarapan, Sekar melihat dari kejauhan Ayu sedang mengobrol dengan 2 orang pria. Sekar hanya memperhatikannya tak berniat ingin mengetahui sosok kedua pria itu apalagi pembicaraannya karena menurutnya tak terlalu penting.

Selesai sarapan, Sekar berjalan kaki menuju rumah Bu Hanna. Sesampainya di sana ternyata majikannya lagi kedatangan tamu.

"Itu dia, Bu Ratna!" kata Hanna mengarahkan pandangannya kepada Sekar dan Arya.

Ratna mengikuti arah mata Hanna lalu melemparkan senyuman.

Sekar balas memberikan senyuman.

"Bu Ratna sudah setengah jam lalu ke sini mencarimu," kata Bu Hanna.

"Memangnya ada apa, ya, mencari saya?" tanya Sekar dengan sopan.

"Tidak ada, cuma saya ingin mengobrol dengan kamu," jawab Ratna.

"Mengobrol?" Sekar bingung karena dirinya pekerja di rumah Hanna tetapi Ratna adalah tamu majikannya, ia sampai menoleh ke arah Hanna apakah diizinkan berbicara dengan Ratna atau tidak.

"Kita bisa mengobrol setelah kamu selesai bekerja. Saya akan menunggunya," kata Ratna.

"Saya selesai bekerja jam dua siang. Terlalu lama jika menunggu sampai jam segitu," ujar Sekar.

"Saya akan kembali lagi jam dua," kata Ratna dan Sekar pun setuju.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!