Tiba-tiba pernikahan Raka dan Arumi berakhir setelah 1001 malam berlalu.
“Aku sudah menjalani tugas sebagai suamimu selama 1000 hari bahkan lebih dua hari. Sekarang waktunya mengakhiri pernikahan palsu ini.”
Arumi yang sedang merapikan selimut tertegun, berbalik badan lalu menatap lekat kepada Raka yang tengah berjalan ke arahnya.
“Tidak adakah sedikit pun percikan cinta selama kita bersama ?” tanya Arumi dengan wajah sendu.
Raka tidak menjawab hanya menyerahkan amplop cokelat kepada Arumi yang bergetar menerimanya.
“Jangan mempersulit !” tegas Raka dengan tatapan tajam yang menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertentangan
“Jelaskan padaku sekarang juga ! Permainan apa yang ingin kamu lakukan bersamaku ?”
Arumi terkejut mendapati Thalia sudah berdiri di depan pintu kamar pribadinya.
Tigapuluh menit yang lalu, usai sarapan Arumi meninggalkan Raka bersama Sofia yang sedang ngobrol di teras belakang.
Arumi perlu membahas urusan kantor dengan Sapta dan Bimo lewat zoom tentu saja tanpa sepengetahuan Raka. Pekerjaan dan tanggungjawab Arumi bertambah karena Raka tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai CEO.
“Permainan ?” Arumi mengerutkan dahi.
Thalia melengos kesal, memutar kedua bola matanya sambil bertolak pinggang.
“Jangan berlagak bodoh !” decih Thalia. “Kamu menyuruhku pura-pura jadi istrinya Raka tapi kamu juga yang menjatuhkan harga diriku di depannya. Bagaimana aku bisa membuat Raka nyaman kalau dia ragu-ragu dan curiga padaku ?”
Arumi tertawa kecil, “Sepetinya kamu sudah salah mengartikan kata nyaman di sini padahal aku sudah menjelaskannya secara detil sebelum kita menandatangani kesepakatan.”
Masih dalam posisi bertolak pinggang, Thalia mengerutkan dahinya.
“Tujuan kamu di sini hanya untuk mencegah Raka tambah stres lalu tantrum karena perempuan yang diingat sebagai istri tidak bisa dilihatnya saat bangun pagi dan sebelum tidur malam, selebihnya adalah tanggungjawabku.”
“Bukankah rasa curiga dan ragu-ragu tentang siapa diriku bisa jadi penyebab Raka stres ?”
“Itu urusanku Thalia, cukup jalankan peranmu sesuai yang aku minta.”
“Aku tidak menyangka kalau kamu adalah seorang perempuan yang……” Thalia tidak menyelesaikan kalimatnya malah mendekati Arumi dengan mata menyipit dan sempat memutarinya sekali.
“Hhhhmmmm…… sepertinya kamu mulai kehilangan rasa percaya diri tapi tidak ada pilihan lain karena dokter menyarankan aku harus terlibat. Kamu takut Raka tidak akan pernah ingat lagi padamu selamanya ?”
“Kenapa harus takut ? Aku tahu kalau kamu sudah tidak menginginkan Raka lagi karena selain cacat ternyata Raka tidak sekaya yang kamu kira,” sindir Arumi sambil tertawa kecil.
“Jangan asal bicara !”
Arumi kembali terkekeh, “Sumberku sangat terpercaya. Alasan kamu kembali mendekati Raka setelah 4 tahun meninggalkannya karena melihat posisinya sebagai CEO. Kamu pikir Raka sudah kaya tapi sayang informanmu tidak memberitahu soal pernikahan Raka karena tidak pernah dipublikasi di sosmed manapun.”
“Aku tidak memerlukan uang Raka untuk hidup bersamanya bahkan kalau mau aku bisa membiayai hidup kamu berdua.”
“Yakin kamu bersedia dan sanggup menyokong hidup Raka kalau kalian sungguh-sungguh menikah ? Bukankah simpanan uangmu semakin menipis sampai kamu nekad mengajukan klaim asuransi palsu ?”
“Tutup mulutmu !” bentak Thalia dengan suara cukup keras.
“Aku pastikan kamu tidak akan bisa mengancamku dengan masalah itu lagi ! Akan kubuat kamu menyesal dan Raka membencimu seumur hidupnya.”
Arumi kembali tertawa. “Silakan saja kalau kamu bisa.”
“Wanita sombong ! Aku merasa sangat kasihan padamu karena bagi Raka pernikahan kalian hanyalah di atas kertas. Kamu tidak pernah bisa membuatnya jatuh cinta bahkan tertarik padamu sekailpun kamu te**lan**jang di hadapannya,” ejek Thalia sambil tertawa.
Arumi tidak terpancing sedikit pun, ia hanya tersenyum tipis.
“Kamu pasti yakin bisa merubah perasaan Raka, membuatnya jatuh cinta padamu dengan perhatian, kepedulian dan semua yang kamu lakukan saat ini,” lanjut Thalia dengan nada sinis.
“Bagaimana kalau keyakinan itu menjadi kenyataan ?” tantang Arumi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Thalia langsung tertawa cukup keras namun tatapannya makin merendahkan Arumi
“Silakan buktikan ! Kamu harus menjadikan aku orang pertama yang mengetahui hasilnya.”
“Tidak masalah,” sahut Arumi sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Thalia tersenyum sinis tapi hati kecilnya kehilangan rasa percaya diri. Sejujurnya Thalia tidak benar-benar bisa membaca langkah Arumi karena perempuan itu terlalu tenang dan jarang menunjukkan emosinya.
Selain itu Thalia harus mengakui kalau Arumi berhasil merubah Raka meski pria itu tidak pernah mengakuinya.
Sejak pertemuan kembali beberapa bulan yang lalu, Thalia langsung melihat dan merasakan bagaimana sosok Raka yang ada di hadapannya banyak berubah dan cukup berbeda dengan pria yang ditinggalkannya 4 tahun lalu.
Bukan hanya penampilan fisiknya, cara Raka menghadapi Thalia yang manja dan suka ngambek sudsh tidak lagi sama dan cenderung mengacuhkan Thalia.
“Jangan lupa untuk menerjemahkan maksud ‘nyaman’ sesuai perjanjian kita !” tegas Arumi dengan suara pelan di telinga Thalia saat melewatinya.
Thalia menggeram kesal sambil mengepalkan kedua tangannya namun detik berikutnya ia pun berbalik badan saat mendengar Arumi berbicara dengan nada terkejut.
“Pak Raka !”
*****
Raka masih berada di depan jendela yang tirainya dibiarkan terbuka. Ia menolak saat Arumi menawarkan untuk menutupnya karena hari mulai gelap bahkan Raka menyuruh Arumi meninggalkannya sendirian.
Kali ini Arumi tidak membantah namun tidak juga bertanya sejauh mana Raka mendengarkan perseteruannya dengan Thalia.
Beberapa kali pria itu menghela nafas dan memijat pelipisnya yang kadang-kadang berdenyut.
“Kamu pasti yakin bisa merubah perasaan Raka, membuatnya jatuh cinta padamu dengan perhatian, kepedulian dan semua yang kamu lakukan saat ini,”
“Bagaimana kalau keyakinan itu menjadi kenyataan ?”
Kedua percakapan yang diucapkan Thalia dan Arumi mengganggu pikiran Raka namun ia enggan minta penjelasan pada kedua wanita yang entah sejak kapan berseteru.
Raka tidak berniat menguping. Suara Thalia yang cukup keras dan bernada tinggi memancing perhatiannya namun keterbatasan dan belum terbiasa menjalankan kursi roda sendiri membuat Raka tidak bisa cepat menghampiri Thalia.
Raka juga sempat mendengar suara Arumi berbisik sebelum wanita itu melihatnya di balik dinding tapi sayang Raka hanya menangkap kata nyaman karena diucapkan penuh penekanan meski pelan.
Akal sehat Raka mulai berpikir kalau kecelakaan yang dialaminya bukan hanya membuat ia terpaksa duduk di kursi roda tapi otaknya juga terganggu.
Raka yakin Arumi bukan sekedar perawat yang ditunjuk dokter Erwin untuk membantu proses pemulihan dan lesembuhan Raka.
Tidak mungkin Arumi mengetahui banyak hal tentang diri Raka bahkan Sofia kelihatan lebih peduli padanya daripada Thalia.
“Aaarrrgghh !” Raka menggeram sambil menjambak rambut, kepalanya kembali sakit tapi ia tidak mau memanggil siapapun.
Selain Arumi, hal lain yang sangat mengganggu Raka sejak kemarin adalah rumah ini.
Perasaan Raka benar-benar asing, tidak ada kehangatan yang dirasakan saat masuk ke dalam rumah, tata ruangnya pun sangat jauh dari selera Raka.
Kalau memang rumah ini adalah miliknya dan Thalia, kenapa Raka tidak menemukan satu foto pun entah momen pernikahan atau peristiwa penting lainnya.
Raka masih ingat bagaimana ia sering berdebat dengan Thalia karena beda prinsip.. Raka tidak suka privasinya dilihat banyak orang sekalipun hanya diposting sebagai story yang akan hilang dalam waktu 24 jam, sedangkan Thalia malah senang menunjukkannya pada khalayak ramai.
Lamunan Raka buyar saat mendengar pintu kamar diketuk tapi tidak langsung dibuka seperti biasa. Raka yakin Arumi yang melakukanya.
Kamu harus berjuang untuk sembuh Raka ! Jangan tenggelam dengan keadaanmu apalagi dokter bilang kamu bisa berjalan lagi asal mau berusaha.
Belajarlah mengendalikan emosi supaya lebih mudah menemukan jawaban dari semua kebingungan ini.
Raka memutar kursi roda dan menatap sosok Arumi yang muncul saat pintu terbuka padahal ia belum mengijinkan.
“Sudah waktunya makan malam,” ujar Arumi.
Raka bergeming, tidak melajukan kursi rodanya. Tatapan tajamnya tertuju pada Arumi yang berdiri tegak dengan pembawaan yang sangat tenang bahkan masih bisa tersenyum.
SIAPA KAMU SEBENARNYA DALAM HIDUPKU ARUMI ? Batin Raka.
raka msih shat tp udh d blng mninggal....mndingn blik lg deh kl msih sling cnta,jgn gngsi yg d gdein...
stlh psah,bru mrsa khilangn....cma bs "s'andainya"....tp ingt,dlu kn raka bnci bgt sm arumi....mlah lbh mlih s ulat bulu drpd istrinya....kl skrng mnysal,nkmti aja....😝😝😝
ga sbr nunggu mreka dpt hkumn stimpal....
Arumi msih pduli trnyta....enth krna msh punya prsaan atw krna hti nurani....
bkannya tnggung jwb,mlah kbur...
enk bgt dia bs bbas skian thn,sdngkn kluarga krban mndrta krna khilngn orng2 yg d cntainya......mga dia jg mrasakn skit yg sma....