"Aku tidak butuh uangmu, Pak. Aku hanya butuh tanggung jawabmu sebagai ayah dari bayi yang aku kandung!" tekan wanita itu dengan buliran air mata jatuh di kedua pipinya.
"Maaf, aku tidak bisa!" Lelaki itu tak kalah tegas dengan pendiriannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seno curiga
"Kalian lagi ngapain? Kenapa terdengarnya berisik sekali?" tanya mama lagi.
"Ah itu, Ma. Aku cuma mau minta eskrim Sofia. Kayaknya seger banget," jawab Axel.
Sofia hanya menatap kotak eskrim yang ada di tangannya. Rasanya masih nggak rela berbagi dengan lelaki songong seperti dia.
"Kamu kenapa, Nak? Kamu nggak mau kasih Axel eskrim?" tanya mama demi melihat wajah Sofia yang di tekuk.
"Bu, aku minta maaf. Tapi mendadak bayi aku tidak mau berbagi. Sungguh aku merasa menjadi orang yang tak tahu diri. Padahal ibu dan keluarga sudah begitu baik padaku, bahkan eskrim ini saja dokter Seno yang memberikan. Hiks...." ucap Sofia mendrama.
"Eh eh, kok kamu malah nangis. Kamu jangan merasa bersalah seperti itu. Jika kamu tidak mau berbagi ya tidak masalah. Lagian Axel ini kan sudah tua, jadi nggak perlu di kasih. Dia bisa cari sendiri jika dia mau," ucap Bu murni seraya menghampiri Sofia.
"Sudah ya, kamu jangan nangis lagi. Ayo sana kamu balik ke kamar. Bawa eskrimnya. Nanti kalau kurang ibu suruh Axel atau Seno beliin untuk kamu," imbuh mama begitu menyayangi wanita hamil itu.
Sofia mengangguk dengan senyum tipis menatap Axel. Tentu saja ia senang karena Bu murni berpihak padanya.
"Tapi Ma, masa minta dikit doang nggak boleh sih? Aish, pelit banget jadi orang," gerutu Axel menatap kesal pada Sofia.
"Jaga bicaramu, Axel!" Bentak mama menatap garang pada Axel.
"Tidak apa-apa Bu, sepertinya pak Axel tidak menyukai aku. Maaf bila aku disini sudah banyak merepotkan ibu," ujar Sofia masih dengan dramanya.
"Benar begitu, Xel? Kamu bicara apa saja pada Sofia? Kamu tahu Sofia ini sedang hamil, dan mama sudah menceritakan semuanya tentang Sofia. Kamu yang mama suruh untuk membantu Sofia, tetapi kenapa sikap kamu malah jelek begini?"
"B-bukan begitu Ma, tapi aku...." Axel menatap tajam pada Sofia.
"Ini ada apa kok malam-malam berisik sekali?" intrupsi papa yang ikut melipir kedapur demi mendengar adanya kegaduhan.
"Ini si Axel, Pa. Dia sudah membuat Sofia sedih, kata-katanya juga tidak sopan pada Sofia. Entah sejak kapan dia menjadi lelaki arogan seperti ini," adu mama pada sang suami.
"Pa, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku tadi cuma mau minta eskrim sedikit saja, tetapi sofianya nggak mau kasih, ya aku merasa jengkel saja," jawab Axel mencoba menjelaskan.
"Lagian Abang aneh banget. Kenapa minta eskrim Sofia? Itu sengaja aku beliin buat orang hamil," sambung Seno yang juga turun kebawah.
Axel tercengang. "Eskrim orang hamil? Emangnya ada?"
"Ya adalah, itu aku beli dari teman aku yang memiliki usaha eskrim yang memang di khususkan untuk orang hamil. Karena rendah gula dan kafein, di sana juga ada tambahan kalsiumnya," jelas Seno.
"Ya, aku cuma mau cobain dikit aja. Penget banget soalnya," celetuk Axel membuat Seno dan kedua orangtuanya menatap aneh.
"Pengen banget?" tanya Seno menaikkan sebelah alisnya.
"Iya, emangnya nggak boleh kalau aku pengen makan eskrim?" ujar Axel santai.
"Bukan nggak boleh, ya kalau Abang pengen, kenapa tidak beli saja ke supermarket. Kalau nggak suruh sequrity yang beliin," jawab Seno memberi solusi.
Axel terdiam sejenak, masalahnya ia hanya ingin eskrim yang ada di tangan Sofia. Ia juga bingung kenapa dirinya jadi seperti ini.
"Aku tuh cuma pengen cobain tuh eskrim satu sendok doang. Apa susahnya sih?" Axel berjalan mendekat pada Sofia.
Sofia seketika menyembunyikan kotak eskrim di belakangnya. "Pokoknya aku nggak mau berbagi," ucapnya menatap garang.
"Kamu tuh pelit banget ya. Aku ini kan Aya...." Axel menghentikan ucapannya. Hampir saja ia keceplosan.
"Aya, Aya apa maksud kamu?" tanya mama menatap curiga.
"Ayasudahlah.... Jika memang tidak boleh minta sedikit saja," jawab Axel pandai sekali berkelit.
"Udah sana kamu masuk kamar, sof. Nggak usah di ambil hati ucapan bang Axel. Nanti kalau kurang eskrimnya biar aku pesan lagi untuk kamu," titah Seno pada Sofia.
"Iya, kamu istirahat ya. Nggak usah di dengerin ucapan Axel. Mungkin dia lagi kesambet oleh makhluk halus yang datang dari Amerika sana," timpal mama.
"Ma, apaan sih ngomongnya begitu?" protes Axel gusar sendiri.
"Nggak usah protes kamu. Memang begitu kenyataannya. Wanita itu selalu saja membawa pengaruh buruk padamu. Mama tidak suka bila kamu kembali berhubungan dengannya!" tekan wanita itu sangat jelas.
Sofia penasaran siapa wanita yang di maksud oleh Bu murni. Apakah Axel sudah mempunyai pacar? Pantas saja axel sangat menolak kehadiran dirinya dan sang bayi. ternyata dia sudah punya wanita pilihan sendiri.
Sofia beranjak hendak kembali ke kamar. Namun, lagi-lagi ia mendengar Axel mual dan muntah.
Hueek! Hueek! Hueek!
Axel kembali mengeluarkan muntahnya. Kali ini rasa cairannya sangat pahit di lidah. Sungguh rasanya sangat menyiksa.
"Kamu kenapa, Xel?" tanya mama menghampiri putra sulungnya itu. Mama membantu mengusap punggungnya agar sedikit lebih nyaman.
"Nggak tahu Ma, ini udah dua kali aku muntah dan mual. Padahal tadi aku nggak kenapa-kenapa," jelasnya pada mama.
"Mungkin masuk angin. Sana kamu bawa istirahat. Makanya nggak usah kelayapan tengah malam," ujar papa kesal juga.
Seno tak berkomentar. Ia hanya memperhatikan sembari menautkan prihal muntah dan keinginan Axel pada eskrim yang di makan oleh Sofia. Kok ada yang aneh pada abangnya itu.
Sementara itu Sofia masih termangu menatap Axel yang tampak berkeringat dingin setelah mengeluarkan cairan di perutnya. Ah, apa urusan dirinya. Biarkan saja lelaki itu menikmati deritanya. Apa yang di rasakannya belum seberapa dibandingkan rasa sakit di hatinya atas perlakuan lelaki itu.
"Kamu habis makan apa? jangan-jangan kamu di racuni oleh wanita itu."
"Hush! Mama sembarangan kalau ngomong. Jangan seudzon gitu ah, nggak baik!" bantah papa.
"Ya abisnya mama kesal sama dia, Pa. Pergi menemui wanita itu sampai lupa waktu."
"Iya, tapi nggak boleh berpikiran buruk seperti itu. Mungkin Axel memang masuk angin."
"Papa selalu saja belain nih anak. Apakah papa merestui hubungan Axel dan sindy?"
"Nggak Ma, papa nggak restu. Tapi mama nggak boleh nuduh sembarangan juga."
"Ya Allah, ini kenapa pada cekcok sih. Sudahlah, ayo aku antar Abang ke kamar." Seno membantu Axel untuk naik kelantai dua.
"Biar mama periksa," ucap mama hendak mengambil peralatan medisnya.
"Nggak usah Ma, nanti biar aku yang periksa. udahlah, mama nggak usah khawatir begitu. Aku yakin Abang nggak kenapa-kenapa. Dia kebanyakan minum nih. Soalnya bau alkohol," ucap Seno mencium aroma minuman di baju yang di kenakan oleh Axel.
Seketika mata mama melebar saat mendengar ucapan Seno. Mama hendak menghampiri Axel untuk mencium langsung. Namun, seketika polisi itu ngaciri.
"Dasar payah kamu! Nambahin masalah aku aja!" ujar Axel mendorong Seno dan segera berlari naik ke atas.
"Jangan kabur kamu, Axel!" panggil mama geram sekali.
Sementara Seno hanya terkekeh kecil melihat pemandangan itu. Biar tahu rasa, lagian udah di kasih tahu agar tak berhubungan lagi dengan wanita itu. Makan tuh cinta buta.
Bersambung....