NovelToon NovelToon
Nikah Kontrak

Nikah Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

aku warga negara yang baik

“Laras…” Ferdi terpaku melihat sosok itu berjalan bergandengan tangan dengan seorang pria paruh baya. Jantungnya berdegup kencang, ia berusaha mengejar. Namun terlambat—Laras sudah masuk ke dalam mobil, dan kendaraan itu langsung melaju meninggalkannya.

Ferdi berdiri terengah, lalu kembali ke tempat semula. Namun kali ini, sosok Amira tak terlihat.

“Ah, ke mana lagi wanita vampir itu?” gumamnya kesal, matanya terus menyapu sekeliling. Kosong.

Baru sejenak ia tersadar. “Astaga… aku lupa minta nomor ponselnya lagi!” serunya sambil menjambak rambut sendiri. Wajahnya menegang antara frustrasi dan penasaran. Laras tadi bersama siapa? Dan Amira, kenapa bisa menghilang begitu saja?

“Bikin repot saja…” desah Ferdi. Ia akhirnya menyerah. Tubuhnya lemah—semalaman ia kurang tidur, ditambah kabar Renata masuk rumah sakit yang membuat staminanya terkuras habis. “Kalau dia butuh uang, dia juga pasti balik lagi padaku.”

Dengan pikiran itu, Ferdi memutuskan berhenti mencari Amira. Ia akan mencarinya nanti, ketika tenaga dan pikirannya sudah pulih.

..

Sementara itu, Amira yang tadi sempat kehilangan jejak Ferdi, mendapati pemandangan lain. Dari kejauhan, matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya—Jaka. Namun yang membuatnya terperanjat, Jaka berjalan bergandengan tangan dengan seorang perempuan.

Amira menyipitkan mata. “Hah… itu kan Lisa! Teman kerjaku di kafe! Jadi ini alasannya Bang Jaka jarang bisa dihubungi? Rupanya punya pacar… si Lisa lagi. Dasar kutu kupret,” gumamnya sinis.

Rasa penasaran bercampur jengkel membuat Amira mengikuti mereka. Penampilannya sekarang sudah berubah total: jeans ketat, sneaker putih yang sering ia banggakan, kaos hitam bergambar vampir, dan kemeja kotak-kotak yang sengaja tidak dikancing. Sebagai pelengkap, ia menurunkan topi One Piece-nya sampai menutupi sebagian wajah. Gayanya benar-benar mirip debt collector yang sedang mengintai target di jalanan.

Jaka dan Lisa akhirnya duduk berdua di sebuah kafe. Dari meja tak jauh, Amira mengawasi mereka. Lisa tampak manja, menempel di lengan Jaka, dan keduanya memamerkan kemesraan tanpa malu.

Amira merengut. “Ih, lengket banget, kayak permen karet nempel di sandal. Hadeh, Bang Jaka… ternyata kamu kayak gini.

“Benar-benar nggak tahu diri ini orang,” gerutu Amira dalam hati sambil menatap tajam.

“Sayang, gimana kalau Amira tahu?” Lisa bergelayut manja di lengan Jaka, seperti cicak nempel di tembok.

Jaka mengelus rambut Lisa santai. “Tenang aja. Dia itu galak sih, tapi bego. Gampang ditipu. Kalau bukan gara-gara lahan parkirku masih bergantung sama dia, udah dari dulu aku tinggalin.”

Amira sampai nyaris melempar sendok ke arah mereka. “Bego?!! Sini kau, bang, gue tunjukin bego yang asli siapa!” ucapnya dalam hati

Lisa mendengus manja, “Kamu emang nggak berani sama Amira, Bang. Aku kesel banget sama dia. Padahal aku udah cantik maksimal gini, tapi malah orang-orang menjauh. Sementara dia… walau galak, aneh, suka marah-marah… entah kenapa tetap disukai banyak orang.” Lisa makin erat memeluk bahu Jaka.

Jaka menepuk tangan Lisa. “Aku lagi cari cara supaya bisa bebas dari kawasan dia. Kalau aku udah nggak butuh lagi, gampang, aku mutusin dia.”

Amira mengernyit, menahan tawa sinis. Hah, dasar munafik! Bilangnya mau lindungi gue, ternyata malah gini di belakang. Sementara si Lisa? Dulu tiap ketemu gue kerjaannya ngompor-ngomporin: ‘Bang Jaka itu bukan lelaki baik.’ Lah, sekarang malah nempel kayak perangko! Pantes aja Bapak nggak suka sama Bang Jaka. Ternyata kelakuannya kaya setrikaan: licin tapi panas.

Amira menggenggam gelas minumannya erat-erat. Untung saja dia masih bisa menahan diri. Kalau enggak, meja kafe itu sudah pasti berubah jadi arena smackdown gratis.

Setelah Bang Jak percaya sama Abang, lalu apa tindakan Abang?” tanya Lisa.

“Ya gampang, Abang akan bilang saja kalau Amira mau merebut kekuasaan Bang Jak. Selesai perkara,” ucap Jaka.

“Abang memang pintar,” puji Lisa.

Amira berdiri, lalu berjalan menghampiri mereka. Ia langsung duduk di depan Jaka dan Lisa, kemudian membuka topinya.

“Oh, jadi Abang selama ini selingkuh sama si kutu kupret ini?” Amira menatap Jaka dengan pandangan tenang, tanpa emosi.

“K-kenapa kamu ada di sini, Amira? Bukannya kamu sedang kerja di luar kota?” Jaka bergidik, tak menyangka kedatangan Amira.

“Jangan bertanya hal yang tidak penting, Bang. Sekarang jelaskan padaku, kenapa Abang menghianati aku? Padahal aku sudah habis-habisan membela Abang. Aku bantu Abang menyingkirkan preman-preman kelas teri. Tapi kenapa balasan yang aku dapat justru seperti ini?” suara Amira datar, namun cukup membuat Jaka terintimidasi.

“Amira!” bentak Lisa. “Sekarang kamu sudah tahu semuanya. Baiklah, akan aku jelaskan. Selama ini Bang Jaka tidak suka sama kamu, karena kamu itu kasar, barbar, dan keras kepala!” katanya dengan nada meremehkan.

“Siapa kamu, hah? Aku nanyanya ke Bang Jaka, kenapa malah kamu yang nyahut. Dasar kutu kupret! Lisa, Lisa… kamu memang bikin gatal kepala aja.” Amira membalas dengan nada hampir tanpa ekspresi.

“Berani kamu menghina aku, hah?” ucap Lisa sengit. “Bang Jaka mungkin takut sama kamu, tapi aku tidak! Aku ini anak Marcel, penguasa Kampung Baru. Aku tidak takut!”

“Mau Kampung Baru, Kampung Lama, atau Kampung Siluman, nggak ngaruh sama aku,” sahut Amira cuek.

“Dasar wanita sombong! Wanita murahan! Wanita aneh! Anak setan! Aku benci sama kamu! Kamu selalu lebih unggul dariku!” teriak Lisa dengan napas tersengal.

Ekspresi Amira tetap datar, tak ada raut kemarahan sedikit pun. “Sudah selesai? Dengerin ya, karung goni, kentut bau, mulut bau aspal. Sampah sama tong sampah memang pantas bersatu.” ucap Amira enteng.

Rahang Lisa mengeras, gigi bergemeretak, tangannya mengepal. Matanya melotot sebelum akhirnya ia berdiri.

“Plak!” Lisa menampar Amira keras.

“Byur!” ia menyiram Amira dengan segelas air jeruk.

“Cuh!” Lisa meludahi wajah Amira.

“Bencana…” gumam Jaka.

Lisa memang tidak mengenal Amira lebih jauh. Hinaan tidak akan berpengaruh apa-apa pada Amira. Tapi begitu masuk ranah kontak fisik, maka bencana tidak bisa dihindari.

Amira menyeringai. Ia mengusap pipinya yang basah, lalu tersenyum seperti iblis sebelum berdiri dan melangkah mendekati Lisa.

Dan—

“Plak! Plak! Plak! Plak!”

“Bugh! Bughhh!”

Amira menampar Lisa tanpa ampun. Bukan dengan amarah, melainkan sambil tersenyum, seakan sedang menikmati setiap detiknya. Wajahnya lebih mirip psikopat ketimbang manusia biasa.

“Tolong!” teriak Jaka, panik. Ia tahu, dirinya tidak akan mampu menghentikan Amira.

Beberapa pria mencoba datang menarik Amira. Namun begitu tangan mereka menyentuh, tubuh mereka malah terpental seolah terkena hantaman tak kasatmata.

Amira berbalik, lalu menendang mereka satu per satu hingga terkapar. Senyumnya menyeringai, seperti serigala lapar. Bahkan air liurnya menetes, membuat suasana makin mencekam.

Ia kembali menatap Lisa. Tangannya mencengkeram leher perempuan itu, mencekik hingga Lisa megap-megap, hampir kehilangan napas.

“Dor!” terdengar letusan tembakan.

Amira menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria berseragam kepolisian berdiri dengan pistol terangkat.

Kata-kata ayahnya Yono langsung terngiang di kepalanya: “Senakal-nakalnya kita, jadilah warga negara baik. Harus nurut sama polisi.”

“Berhenti!” ucap polisi tegas.

Amira perlahan menghentikan cekikannya. Lisa terkulai, wajahnya sudah tidak berbentuk akibat tamparan dan cekikan brutal tadi. Ekspresinya campur aduk—marah, takut, kesal, sekaligus tak berdaya.

“Angkat tangan!” perintah polisi dengan suara tegas.

Amira menoleh sekilas, lalu mengangkat kedua tangannya tanpa perlawanan.

Dua orang polisi segera menghampiri, memborgol tangannya dengan cepat. Gelang besi itu mengikat pergelangan Amira, tapi ia sama sekali tidak melawan.

“Ikut kami,” ujar salah satu polisi dingin.

Amira menunduk sedikit. Meski wajahnya masih menyeringai samar, dalam hati ia berbisik pada dirinya sendiri “aku ini warga Negara yang baik harus patuh sama polisi” ucapnya dalam hati

1
Dewi Anggraeni
anjirrrrr pemanas an yg aduhai
partini
bulu bulu salah pilih lawan wkwkkw
fer kecintaan buangttt ma Kunti
3C
keren Amira...
Dea Wibowo
suka aja, bahasa nya natural, konplik ringan, cerita nya jg gak ribet .. enak buat d baca sambil rebahan /Facepalm//Good/
Mami Pihri An Nur
Ya Allah bab pertama sj sudah bikin aku ngakak,, smngat kak, aku kasi bunga deh
Dewi Anggraeni
sepertinya amora dan amira kembar an yaa
SOPYAN KAMALGrab
makasih Lo ka
partini
ao seperti itu
partini
sehhhh mantap sekali ini Oma
partini
dari sinopsis bikin curiga lah pas baca 👍👍👍👍
3C
Amira kereen...anak serigala gitu loh
3C
cerita nay bagus....unik beda dari yg lain. nyesel lho klo ga baca
3C
wah, makin seru ceritanya nih...
Heny
Kucing di kasi ikan mn nolak kwkw
y_res
boleh getok palax Ferdy e teflon gk sich bego banget jdi org,nenekx diselamatin eh malah gk sadar diri,ap dulu wkt sekolah cman ampe pagar 🙏🙏🙏
y_res
ntah si Ferdy in polos atw bodoh level dewa,ditinggalin di hari pernikahan msh cinta,,,gk ad harga dirix🙏🙏🙏
y_res
judul e berkaryalah....ta kirain suruh kerja a gitu eh ternyata suruh nglukis pake bibir 😅
y_res
biasax dlm nikah kontrak yg sadis tuh suami istri cman bsa manut trus mewek diam2,,,lah disini suamix malah frustasi gk bsa ngelawan😅
y_res
bru bab 1 dah ngakak🤣🤣🤣,tpi ta simpen dulu thor biar banyak soale aq tim maraton 😅🙏
Rian Moontero: mampiiirr/Bye-Bye/
total 2 replies
3C
wkwkwk...lucu bgt dah Amira. biasanya tokoh wanita itu cengeng, ini mah keren....
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka @
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!